Sorry, we couldn't find any article matching ''

Wajib Dicatat, Ini 7 Penyebab Anak Keras Kepala dan Cara Orang Tua Mengatasinya
Orang tua sering kali sulit memahami mengapa anak mereka keras kepala. Cari tahu penyebab dan tips mengatasinya berdasarkan saran dari psikolog keluarga.
Mommies sering mengalami anak balita melakukan B, padahal perintah Mommies adalah A? Selalu suka-sukanya dia saja. Sabar, Mommies. Anak keras kepala ketika masih sangat kecil adalah hal yang wajar, tetapi bukan berarti sifat itu boleh dibiarkan tanpa penanganan yang tepat.
Mendidik anak yang keras kepala dengan benar di saat dia masih belia akan sangat menentukan kedewasaan mereka nantinya. Jadi, Mommies perlu pahami dulu penyebabnya, baru deh Mommies bisa tahu cara menghadapinya.
BACA JUGA: Menghadapi Remaja Keras Kepala: Ada Triknya Biar Hati Tetap Adem
Anak Keras Kepala Tidak Melulu Negatif Asalkan…
Nadya Pramesrani, M.Psi., Psikolog, Co Founder dari Rumah Dandelion sekaligus Psikolog Keluarga dan Pernikahan bilang bahwa dari awal mindset orang tua bukanlah memaklumi sifat keras kepala anak. Namun sejak usia dini, anak sudah diajarkan hal-hal terkait kemampuan regulasi diri dan kemampuan berkomunikasi efektif. Orang tua juga perlu menetapkan batasan yang konsisten dijalani sehingga anak-anak keras kepala (atau strong willed children) tetap dapat menempatkan dirinya secara sesuai di lingkungan sosial.
Apakah anak keras kepala atau strong willed children selalu berarti buruk? Nggak juga. Ini kata, Psikolog Nadya, “Ada kecenderungan anak-anak strong willed untuk melanggar batas, dalam artian testing the limit sejauh mana mereka bisa “mengendalikan” lingkungan. Dengan catatan, hal ini bukanlah hal yang buruk, karena bila diarahkan dengan baik, justru strong willed children dapat tumbuh menjadi anak yang bisa stand up for themselves, resilien, dan tidak mudah terpengaruh oleh social pressure.”
Kenali Penyebab Anak Keras Kepala
Secara umum, ada banyak alasan, tetapi MD telah pilihkan 7 penyebab teratas:
1. Takut terhadap perubahan
Bagi anak-anak, perubahan merupakan hal yang menakutkan sehingga mereka sering menjadi keras kepala sebagai benteng pertahanan. Beberapa anak mungkin bersikap keras kepala jika pindah ke tempat baru atau sekolah baru. Bahkan kelahiran seorang adik pun bisa membuat anak pertama takut karena mengira dia akan kehilangan perhatian dan kasih sayang kedua orang tuanya. Situasi seperti itu membuat mereka khawatir dan stres sehingga memunculkan sifat keras kepala.
2. Tak punya kendali
Alasan umum lainnya di balik sifat keras kepala pada anak-anak adalah perasaan tiada kendali. Karena sebagian besar anak patuh ketika diminta mengerjakan pekerjaan rumah, tidur, atau mengerjakan tugas apa pun tanpa bertanya. Anak-anak merasa tidak mempunyai kendali atas kehidupan mereka dan membuat mereka menjadi keras kepala. Dengan keras kepala mereka menikmati perasaan memiliki kendali.
3. Mencari perhatian
Anak-anak selalu punya ide untuk mendapatkan perhatian, terutama ketika mereka merasa diabaikan dalam situasi tertentu. Jika anak Mommies merasa diabaikan atau tidak penting, mereka akan mulai bersikap keras untuk mendapatkan perhatian Mommies.
4. Ketidakdewasaan
Anak Mommies mungkin tidak sepenuhnya mengerti mengapa sesuatu tidak diperbolehkan. Kedewasaan berkembang seiring bertambahnya usia, dan jika si kecil melihat temannya melakukan sesuatu yang biasanya tidak Mommies izinkan, hal itu dapat menyebabkan dia berperilaku keras kepala.
5. Miskomunikasi
Sebagai orang tua, Mommies akan menghadapi kelelahan secara fisik, mental, dan emosi, yang mungkin tanpa sengaja akan diproyeksikan kepada anak dalam bentuk kemarahan. Jika cara berkomunikasi Mommies hanya dengan marah dan membentak anak atau menghukumnya, anak akan tumbuh menjadi keras untuk menghindari rasa sakit hati.
6. Selalu dibanding-bandingkan
Kita tidak suka dibanding-bandingkan. Anak-anak pun begitu. Terus-menerus dibandingkan dengan teman, saudara, atau sepupunya akan sangat menyakitkan buat anak. Beberapa anak akan menunjukkan perilaku keras kepalanya sebagai cara mengatasi rasa frustrasinya.
7. Tidak adanya panutan
Anak-anak mengamati tingkah laku orang-orang di sekitarnya. Jika Mommies dan Daddies, atau anggota keluarga lainnya sering menunjukkan perilaku keras di rumah, anak juga akan menirunya. Selain orang dewasa, anak-anak juga mengamati teman-temannya. Jika temannya bersikap keras kepala dan seenaknya, anak mungkin berpikir dia juga boleh melakukan hal yang sama.
5 Tips Mengatasi Anak yang Keras Kepala
Bila diarahkan dengan baik, anak-anak keras kepala dapat tumbuh menjadi anak yang berani, mandiri, tangguh, dan tidak mudah menerima pengaruh buruk lingkungannya. Simak beberapa saran dari Psikolog Nadya:
Foto: Freepik
1. Tetapkan batasan dan miliki ekspektasi yang rasional
Mommies perlu menetapkan batasan. Berikan struktur dan rutinitas yang dapat memberi anak sense of stability. Menetapkan batasan dan ekspektasi yang jelas dan konsisten sangat penting dalam menangani anak yang keras kepala. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki aturan yang konsisten dan ekspektasi yang jelas cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik, tidak mengalami masalah perilaku, kecemasan, dan depresi.
2. Jadilah teladan yang baik
Anak-anak belajar dengan melihat contoh, jadi penting untuk mencontohkan perilaku yang ingin Mommies lihat pada anak Mommies. Jika Mommies terus-menerus berdebat dengan anak Mommies atau berusaha menunjukkan siapa yang lebih kuat, anak akan meniru Mommies. Ketika meminta anak melakukan sesuatu, berikan alasan kenapa mereka perlu melakukan hal tersebut.
Hal itu dapat meminimalisir konflik power struggle antara orang tua dan anak. Sebaliknya, berikan teladan dalam hal komunikasi positif, menunjukkan empati, dan keterampilan memecahkan masalah. Menjadi panutan yang baik juga berarti mengelola emosi dan reaksi diri sendiri saat menghadapi sifat keras anak.
3. Pujian di saat yang tepat
Pujian adalah strategi yang terbukti ampuh dalam mengelola perilaku anak dengan sifat ini. Cobalah untuk menunjukkan penghargaan ketika mereka bersikap kooperatif dan suka membantu. Memuji anak atas perilaku yang baik tidak hanya mendorong mereka untuk melanjutkan berperilaku baik, tetapi juga meningkatkan harga diri mereka dan memperkuat ikatan orang tua dan anak.
4. Dorong anak berani mengambil keputusan
Berikan ruang untuk anak berpendapat dan memilih untuk dirinya sendiri, sehingga tetap ada porsi kendali tertentu yang mereka miliki, tapi tetap dalam batasan yang diberikan oleh orang tua. Memberi anak kesempatan mengambil keputusan sendiri adalah cara yang efektif untuk mengatasi sifat keras kepalanya.
Mendorong anak berani mengambil keputusan juga dapat membantunya mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan kemampuan mengambil keputusan sehingga kelak mereka akan menjadi remaja dan orang dewasa yang mandiri.
5. Sabar dan konsisten
Orang tua perlu sabar dan tetap tenang. Pahami bahwa temperamen anak atau kepribadian anak yang strong willed ini bukanlah hal yang negatif. Membesarkan anak yang keras kepala bisa membuat frustrasi, namun penting untuk tetap sabar dan konsisten karena mengubah perilaku membutuhkan waktu dan setiap anak akan butuh waktu yang berbeda-beda.
Misalnya, jika Mommies menetapkan aturan bahwa anak-anak harus menyelesaikan pekerjaan rumah baru boleh nonton televisi, pastikan untuk konsisten. Jika Mommies menyerah, anak-anak akan belajar meremehkan aturan dan bahwa mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan bersikap keras kepala.
BACA JUGA: 10 Sifat Istri Zodiak Taurus, Keras Kepala tapi Loyal pada Pasangan
Cover: Freepik
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS