Mommies sedang kesulitan menghadapi anak yang gampang menangis? Yuk, pelajari penyebab, akibat, dan cara mengatasinya di sini!
Menangis adalah salah satu respons yang wajar bagi anak untuk mengekspresikan perasaannya saat merasa kurang nyaman dengan orang-orang atau lingkungan di sekitarnya. Sayangnya, saat anak mulai tumbuh besar dan mulai mengetahui apa yang diinginkannya, mereka menggunakan tangisan sebagai senjata untuk mendapatkan keinginannya tersebut. Hal ini terkadang membuat Mommies pusing dan lelah saat menghadapi anak yang gampang menangis.
Menghadapi anak yang gampang menangis memang perlu kesabaran yang ekstra dan harus menggunakan cara-cara tertentu, apalagi kalau tangisannya berlangsung sepanjang hari tanpa henti. Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya Mommies hindari langsung memarahi anak dan mulai mencari tahu dulu apa yang menyebabkan anak menjadi gampang menangis.
Anak jadi gampang menangis bisa jadi disebabkan karena sifatnya yang lebih sensitif dibandingkan teman-temannya, jadi hal-hal kecil menurut Mommies biasa saja tetapi bisa membuat mereka sakit hati dan menangis. Selain itu, ada juga anak yang mungkin selalu dilarang dan kemudian tumbuh menjadi penakut dan selalu cemas akan dimarahi jika mengambil keputusan baru.
Nah, untuk mengulik informasi yang lebih mendalam mengenai anak yang gampang menangis, Mommies Daily pun berkesempatan untuk bertanya langsung pada Psikolog Klinis Anak dan Remaja, Firesta Farizal, M.Psi., Psikolog tentang penyebab, akibat, dan cara menghadapi anak yang gampang menangis. Yuk, simak pembahasannya di bawah ini.
BACA JUGA: Jangan Larang Anak Laki-laki Menangis, Ini 3 Alasannya!
Jangan langsung dimarahi, ketahui dulu alasan kenapa anak jadi gampang menangis.
Anak yang berusia 2-3 tahun biasanya sedang berada di fase puncak tantrum. Sebab, di usia tersebut anak sudah mulai berkembang secara emosi tapi belum diikuti dengan kemampuan verbal yang cukup komprehensif, sehingga masih sulit untuk betul-betul memverbalisasi apa yang dirasakannya. Lalu, di fase tersebut anak juga mulai menunjukkan apa yang diinginkannya, sehingga tantrum sering muncul di usia 2-3 tahun.
Selanjutnya yang menjadi penyebab anak gampang menangis, yaitu adanya pola sehari-hari yang tidak konsisten atau tidak teratur, seperti pola tidur yang berantakan jadi anak gampang menangis karena sebenarnya ngantuk atau lapar. Jadi, ada kebutuhan fisik yang tidak terpenuhi dengan baik.
Ada hal-hal yang membuat anak menjadi kurang nyaman, terutama jika anak punya hipersensitivitas di area sensorik tertentu, sehingga anak mudah merasa tidak nyaman ketika mendengarkan suara yang keras atau misalnya sensorik perabaannya terkena sesuatu yang basah atau lengket. Biasanya anak yang punya masalah sensorik jadi mudah merasa terganggu.
Anak mungkin merasa overwhelmed atau sudah lelah tetapi belum bisa menangkap sinyal itu dari tubuhnya. Jadi, anak yang sebetulnya kelelahan bermain bisa jadi overstimulasi dan overwhelmed sendiri juga bisa jadi penyebab anak gampang menangis.
Ada perubahan yang signifikan pada hidup anak, seperti pindah ke tempat baru, ganti pengasuh baru, atau ayahnya yang sering main bersama sekarang sedang sibuk bekerja. Kemudian, bisa juga karena punya adik sehingga waktu sama ibunya jadi berkurang.
Selain memperhatikan respons orang-orang sekitar saat anak menangis, Mommies juga bisa pelajari respons diri sendiri ketika anak menangis. Apakah saat ia menangis justru jadi mudah mendapatkan apa yang diinginkannya, sehingga pola yang dipelajari anak adalah menangis untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Hal ini bisa menyebabkan pola menangisnya jadi lebih sering.
Terakhir, keadaan emosi orang-orang terdekatnya yang sedang tidak baik-baik saja, sehingga anak secara emosi juga tidak merasa baik-baik saja. Secara tidak sadar mungkin ada ekspresi, intonasi, atau cara bicara Mommies yang dibaca dan dirasakan oleh anak, sehingga anak pun jadi merasa tidak nyaman secara emosi dan jadi lebih sering menangis.
Foto: Pexels
Sebenarnya menyebut anak gampang menangis juga perlu hati-hati. Sebab, gampang menangis itu cukup subjektif. Bisa saja bagi anak hal tersebut cukup sensitif, tetapi bagi orang lain biasa saja. Jadi, sebaiknya hindari memberikan label yang tidak tepat untuk anak.
Ini beberapa kibat lainnya yang bisa terjadi jikaanak udah menangis.
Ketika pola menangis anak semakin sering, hal ini membuat Mommies atau orang dewasa di sekitarnya jadi kurang memahami apa yang sebenarnya anak butuhkan atau inginkan karena tidak disampaikan secara verbal.
Menangis adalah salah satu bentuk emosi yang baik dan harus diekspresikan, tetapi jika sudah berlebihan memang perlu diperhatikan. Sebab, anak yang gampang menangis juga bisa memengaruhi kondisi emosi orang tua atau orang-orang terdekatnya.
Anak yang gampang menangis bisa saja mendapatkan label negatif dari orang-orang sekitar, seperti dibilang cengeng. Hal ini yang perlu ditekankan untuk Mommies agar tidak melakukan hal tersebut pada anak.
Selanjutnya, anak juga jadi membatasi diri untuk eksplor lingkungannya karena ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman, sehingga dia memilih untuk menghindar dan menangis. Hal ini membuat pengalamannya untuk eksplor, interaksi, dan mempelajari sekitarnya jadi kurang.
Anak yang sering menangis akan merasa mudah lelah karena energinya habis setelah menangis. Selain energinya habis, anak yang sering menangis juga jadi kurang siap untuk menghadapi segala situasi dengan positif atau dengan baik. Misalnya, hari ini anak ada jadwal bermain tapi karena ada sesuatu yang membuatnya merasa kurang nyaman, kegiatan bermainnya jadi kurang menyenangkan dan anak jadi menangis.
Semakin sering anak menangis juga bisa membuat orang tua jadi lelah menghadapinya, terutama jika orang tua belum memahami polanya atau penyebabnya itu bisa menyebabkan orang tua menjadi lelah. Ketika orang tua lelah, bisa jadi memarahi anak dan hubungannya jadi kurang baik, pada akhirnya hal ini membuat anak jadi lebih sering menangis serta kondisi emosi atau psikologis orang tua jadi kurang baik-baik saja.
Foto: Freepik
Jangan khawatir, begini cara mengatasi anak yang gampang menangis.
Yang pertama Mommies harus mempelajari pola atau penyebab anak menangis, apakah ada hal yang mengganggunya, apa yang sebenarnya sedang anak rasakan, dan apa pemicunya. Jadi, Mommies perlu memahami dulu pola perilaku menangis anak.
Selanjutnya, Mommies bisa periksa lagi apakah anak betul sering menangis atau hanya Mommies yang merasa mereka menangis, karena bisa saja tangisannya itu disebabkan oleh sesuatu, misalnya jatuh atau ada hal yang membuatnya tidak nyaman.
Jadi, sebaiknya Mommies periksa lagi dan hati-hati dalam memberikan penilaian ‘anak gampang menangis’ karena bisa jadi itu tangisan yang wajar secara penyebab, intensitas, dan frekuensi.
Setelah memahami penyebabnya, Mommies usahakan untuk mengatur polanya, seperti pola tidur atau pola makannya diperbaiki. Selain itu, jika Mommies terlalu sibuk bekerja dan jadi kurang interaksi dengan anak, Mommies juga bisa memperbaikinya dengan cara meluangkan waktu untuk anak setelah pulang kerja atau di akhir pekan. Jadi, pelajari dulu polanya agar Mommies bisa tahu apa yang perlu diubah.
Hal ini bisa Mommies lakukan jika anak sudah bisa berbicara dan diajak bicara. Validasi emosinya dengan cara mengajak si kecil berbicara, kemudian validasi emosinya, dan diskusikan dengan anak hal apa yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya.
Orang tua butuh menghadapi situasi anak menangis dengan tenang. Selain itu, Mommies juga bisa ajarkan anak untuk mengungkapkan perasaannya. Hindari ajak anak berbicara atau memberikan nasihat saat ia masih menangis, sebaiknya ajak anak ngobrol dan diskusi ketika anak sudah tenang.
Mommies bisa pelajari bagaimana cara Mommies meregulasi emosi, apakah juga meledak-ledak sehingga anak jadi mengikuti pola tersebut. Sebab, anak menjadikan orang tuanya role model atau contoh dalam mengelola emosinya.
Itu dia penjelasan mengenai penyebab, akibat, dan cara mengatasi anak yang gampang menangis. Yuk, mulai pelajari hal yang menyebabkan anak jadi gampang menangis mulai dari sekarang! Semoga bermanfaat ya, Mommies!
BACA JUGA: 5 Kalimat yang Tidak Boleh Diucapkan Orangtua Saat Anak Menangis
Ditulis oleh: Shandya Pricilla
Cover: Freepik