Sorry, we couldn't find any article matching ''
10 Penyebab Hubungan dengan Mantan Pasangan Memburuk Setelah Bercerai
Sudah bercerai tapi hubungan dengan mantan pasangan terus memburuk? Kok, bisa? Berikut penjelasan dari Psikolog Klinis Keluarga tentang penyebabnya.
Perceraian itu berat. Sangat berat. Tidak ada orang yang sehat akal dan pikirannya berencana menikah untuk kemudian bercerai. Apalagi pakai acara huru-hara segala. Pernikahan dirancang untuk menjadi komitmen cinta jangka panjang antara dua orang.
Namun karena setiap orang tidak sempurna, membawa ‘beban’ mereka masing-masing ke dalam pernikahan, maka akibatnya banyak pernikahan yang usianya diharapkan kekal abadi nyatanya harus usai. Kerusakan yang berkepanjangan yang tidak diperbaiki lambat laun berujung pada perceraian.
“Sebetulnya ketika pasangan sesungguhnya masih punya tanggung jawab bersama, misalnya membesarkan anak, harapannya mereka masih punya hubungan yang baik. Apabila hubungannya jadi buruk, maka sebetulnya perlu dipertanyakan apakah perceraian adalah solusi bagi mereka. Kalau memang sudah tak ada tanggung jawab bersama sih memang bisa dibilang tak punya kebutuhan lagi untuk bersama,” jelas Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psikolog, seorang Psikolog Klinis Keluarga.
BACA JUGA: Hindari, 8 Perilaku Buruk dalam Pernikahan ini Bisa Bikin Cerai!
Setelah Bercerai Hubungan Mantan Suami Istri Malah Memburuk
Tentu adalah harapan yang wajar ketika pasangan yang bercerai berharap hubungan yang toxic itu akan berakhir setelah mereka diputuskan resmi berpisah. Sayangnya, nggak selalu seperti itu. Mengakhiri hubungan yang buruk tidak serta merta menghilangkan racun yang kadung menjalar kemana-mana. Kadang-kadang keadaan akan menjadi lebih buruk sebelum menjadi lebih baik. Namun ada kalanya akan terus begitu, dan berpisah menjadi solusi yang tidak bisa ditawar lagi.
Memutuskan berpisah butuh pertimbangan matang dan nggak sebentar. Butuh kesadaran bahwa kita perlu menghargai diri sendiri, mencintai diri sendiri, berani, dan sadar bahwa diri Anda dan anak-anak Anda (jika Anda punya anak) layak bahagia.
10 Penyebab Hubungan dengan Mantan Pasangan Memburuk Setelah Bercerai
Begitu dokumen perceraian ditandatangani, nyatanya beberapa orang nggak langsung berbesar hati meski sedih. Mereka masih menolak fakta pernikahannya telah usai. Sulit melanjutkan hidup, mereka berusaha keras menempel pada masa lalu dan mantan pasangannya.
Beberapa orang bahkan sampai nekat menempuh jalan berbahaya. Prinsipnya, kalau saya nggak bahagia, mantan saya juga nggak boleh bahagia. Hal ini pada akhirnya menjadi masalah bagi sang mantan dan memperburuk hubungan yang sudah buruk setelah bercerai.
Jadi mengapa ini bisa terjadi? Psikolog Nina bilang ada banyak kemungkinannya.
1. Menganggap cerai adalah akhir hubungan
Seringkali memang hubungan sebelum perceraian sudah buruk, lalu perceraian dianggap akhir dari hubungan mereka, tanpa mempedulikan apakah masih ada tanggung jawab bersama atau tidak (misalnya tanggung jawab membesarkan anak atau membayar utang tertentu). Hal ini kadang terkait sakit hati yang demikian dalam, sehingga mereka menolak berhubungan lagi.
2. Perencanaan pasca perceraian tidak diatur
Beberapa (hubungan) pasangan memburuk karena sebetulnya persiapan perceraian mereka kurang baik. Misalnya mereka tidak punya kesepakatan bagaimana mereka bertemu atau menyelesaikan masalah-masalah setelah bercerai.
Foto: Freepik
3. Terpisah jarak dan waktu
Kemungkinan lain karena setelah bercerai mereka tinggal terpisah, bahkan pindah ke daerah lain, sehingga lebih sulit untuk bertemu. Mereka yang tinggal di negara berbeda juga sering terdampak dengan perbedaan time zone, yang membuat mereka secara alamiah juga makin sulit untuk menjaga relasi.
4. Dipersulit pihak lain
Ada pula pasangan bercerai yang kemudian ‘dijaga’ oleh orang lain, misalnya keluarga dekat yang melarang bahkan mempersulit pasangan yang sudah bercerai ini untuk berhubungan.
5. Tidak mau bertanggung jawab
Jauh lebih mudah mencari kesalahan mantan pasangan daripada bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri. Perceraian memaksa seseorang untuk menginventarisasi setiap kesalahan, perilaku kasar, dan tindakan manipulatif. Jadi, alih-alih introspeksi, lebih enak membesar-besarkan kekurangan sang mantan agar dia tidak perlu bertanggung jawab.
6. Merasa dirinya korban
Mantan pasangan membutuhkan kemarahan untuk mengidentifikasi dirinya sebagai korban. Ingin bisa membenarkan tindakan dan kesalahannya seperti selingkuh dan berbuat curang secara finansial kepada pasangannya, dengan menjadikan pasangannya adalah ‘si Jahat’ di matanya, terutama di pandangan orang lain.
Dia merasa bahwa dengan menjadi korban akan menumbuhkan empati dari orang lain atas penderitaan yang dialaminya. Faktanya, bagi sebagian orang, kemarahan dan playing victim adalah cara yang mujarab untuk mendapatkan empati dan kepedulian dari orang lain.
7. Merasa malu
Ketika sebuah pernikahan hancur, hal itu kemungkinan besar akan menimbulkan rasa malu. Membangkitkan perasaan takut dianggap gagal, tidak cukup baik, tidak normal, dan mungkin yang paling nggak bisa diterima adalah anggapan dirinya tidak cukup layak buat dicintai, diperjuangkan.
Respons orang-orang terhadap rasa malu bermacam-macam, beberapa di antaranya benar-benar bisa memicu tindakan nekat. Ketika rasa malu dilibatkan, orang akan melakukan apa saja untuk melindungi dirinya sendiri.
8. Merasa tidak berdaya
Jika Anda yang memutuskan untuk berpisah, mungkin ada peralihan kekuasaan dari mantan pasangan ke Anda. Kemungkinan besar, dia akan merasa tidak berdaya, tidak becus, dan sangat nggak berarti. Karena beberapa alasan inilah dia kemudian bertindak kejam, baik secara fisik dan verbal. Bersikap kasar adalah upayanya untuk membalikkan keadaan dengan cara mengecilkan Anda.
9. Mantan terlalu obsesif
Ada banyak kejadian mantan pasangan bersikukuh tidak akan melepaskan mantannya, terlepas dari fakta bahwa mereka sudah resmi bercerai. Dia akan meneror mantannya dengan ungkapan cinta, menuntut untuk rujuk kembali, bahkan pakai cara mengancam. Hanya orang naif yang menganggap ini sebagai perasaan cinta yang sangat besar dan mendalam.
Ini bukanlah perasaan cinta yang sehat. Sebaliknya, itu adalah cinta yang obsesif. Biasanya hanya orang-orang dengan karakteristik abusif yang bisa bertindak seperti itu. Tindak kekerasan dan pelecehan akan terus berlanjut dalam bentuk manipulatif yang berbeda.
Agar tidak salah mengartikan, pahamilah bahwa cinta sejati menghormati hak seseorang untuk memilih dan mengambil keputusan. Ia tidak akan menekan, memaksakan jalannya, menjebak, mengendalikan, menyalahkan, atau memanipulasi. Dan yang paling penting, cinta sejati tidak memikirkan kepentingan dan kepuasan diri sendiri.
Foto: Freepik
10. Menolak untuk memaafkan
Nah, ini alasan yang paling menyebabkan hubungan dengan mantan jadi memburuk setelah bercerai: menolak untuk memaafkan. Memaafkan seringkali disalahpahami sebagai kelemahan. Memaafkan bukan berarti kita menolerir tindakan salah orang lain. Sebaliknya, ini berarti bahwa orang yang memaafkan tidak lagi membiarkan kejadian-kejadian buruk di masa lalu mengendalikan emosinya saat ini, khususnya kemarahan.
Manfaat dari memberi maaf bukan untuk si penerima, kok, tetapi justru untuk si pemberi. Setelah memaafkan, lupakan, dan move on. Biarkan masing-masing menjalani dan menikmati lembaran hidup yang baru. Jika ada anak-anak, selain ini akan menjadi teladan yang bagus, mereka akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan situasi baru yang sebenarnya sudah sangat sulit untuk mereka hadapi.
BACA JUGA: Waspada! Kenali 5 Usia Pernikahan Rawan Konflik dan Perceraian Ini!
Cover: Freepik
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS