Raffi Ahmad diketahui baru saja mengadopsi seorang bayi perempuan. Belajar darinya, mari kita pahami persiapan sebelum memutuskan mengadopsi anak.
Raffi Ahmad dan Nagita Slavina sekali lagi mencuri perhatian usai dikabarkan mengadopsi anak. Belum ada informasi resmi dari pihak Raffi dan Gigi, tetapi sosok bayi perempuan yang diduga sebagai anak adopsi pasangan tersebut kembali muncul di video terbaru YouTube Rans Entertainment.
Akhir pekan lalu, Raffi mengungkapkan bahwa dia akan menjelaskan tentang sosok Lily usai Lebaran. “Nanti Lily kita ceritain, itu nanti habis Lebaran (kita ceritain),” ungkap Raffi dikutip dari detik, ketika ditemui di daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Ayah dari Rafathar dan Rayyanza itu hanya menjelaskan bahwa dirinya ingin memberikan yang terbaik untuk Lily. Dia juga mengaku bahwa dialah yang mengadzani bayi perempuan tersebut.
“Yang penting niatnya baik, mudah-mudahan Lily, namanya juga kita yang kasih nama, aku yang adzanin juga. Mudah-mudahan baik nasibnya, kita sebutnya Lily,” jelas Raffi Ahmad.
Di momen Lebaran lalu, Raffi juga membagikan potret keluarganya bersama sang istri, kedua anak lelakinya, dan juga sosok Lily. “❤️ Berkah Ramadhan ❤️ Lebaran ❤️ Berkah untuk semuaaanyaaa,” tulisnya dalam kolom caption.
BACA JUGA: 10 Cara Bonding dengan Anak Adopsi
Namun jika benar Lily adalah anak yang diadopsi oleh Raffi dan Gigi, maka sebelum melakukan hal tersebut keduanya tentu sudah melakukan banyak persiapan yang matang. Tidak bisa sembarangan, ternyata ada enam persiapan sebelum mengadopsi anak yang harus dilakukan oleh pasangan suami istri.
Persiapan mental adalah salah satu persiapan terpenting sebelum memutuskan untuk adopsi anak. Tanyakan diri dan pasangan mengenai alasan ingin mengadopsi anak, dan seberapa kuat alasan itu. Pasalnya, Anda dan pasangan hendak mengemban tugas mulia dengan menjadi orang tua.
Jika hanya salah satu saja yang ingin mengadopsi anak, sementara pasangan lainnya tidak, itu bisa menimbulkan konflik di kemudian hari. Setelah mantap secara psikologis, diskusikan rencana adopsi ini dengan keluarga besar. Kalau kalian sendiri yakin, kemungkinan keluarga akan setuju.
Merawat dan membesarkan anak itu pada praktiknya cukup menguras energi orang tua. Jadi, pastikan Mommies dan Daddies perlu juga untuk mempertimbangkan kesanggupan kalian dari segi fisik. Kalian berdua harus dalam keadaan sehat dan kondisi yang prima.
Kehidupan dan skala prioritas kalian akan berubah ketika seorang anak hadir. Jadi bicarakan dengan detail bersama pasangan mengenai rencana pengasuhan anak. Misalnya pembagian tugas kalian berdua, gaya pengasuhan apa yang akan diterapkan, pakai pengasuh atau tidak, dan banyak persiapan parenting lainnya.
Sebelum mengadopsi anak, pastikan kalian sudah mempersiapkan diri dengan banyak ilmu parenting. Karena anak adopsi juga perlu dicintai dan diurus tak beda dengan anak kandung.
Nah, ini yang penting. Mengadopsi anak tidak hanya sekadar menyayangi dan mencintai mereka. Kalian juga perlu mempersiapkan makanan, pakaian, dan juga pendidikannya di masa depan. Jadi, ada baiknya Anda memiliki finansial yang baik sebelum memutuskan menghidupi seorang anak.
Di Indonesia, tata cara mengadopsi anak diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UU Perlindungan Anak), dengan peraturan pelaksana berupa Peraturan Menteri Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak (PP Adobsi), dan lebih terperinci dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 110 Tahun 2009 (PERMEN) tentang Persyaratan Pengangkatan Anak.
Jika kalian memenuhi syarat, silakan lanjut untuk mengajukan permohonan adopsi anak ke Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi. Setelah itu, negara dan pengadilan terkait akan melakukan uji kelayakan untuk memastikan bahwa kalian memang bisa melanjutkan proses adopsi.
Proses uji kelayakan ini juga memakan waktu panjang, yaitu sekitar dua tahun. Sehingga Mommies dan Daddies perlu bersabar.
Mommies dan Daddies juga bisa melanjutkan persiapan dengan mengecek latar belakang sang anak, termasuk termasuk riwayat kesehatannya, baik fisik maupun mental, dan latar belakang keluarganya.
Di Indonesia, mengadopsi anak dengan agama dan suku yang sama dengan calon orang tuanya juga masih dianggap penting. Hal tersebut untuk menghindari sengketa perbedaan agama antara orang tua angkat dengan orang tua kandung yang bisa saja terjadi di masa depan.
Sebelum memutuskan untuk mengadopsi anak, ada baiknya Mommies dan Daddies juga berkonsultasi dengan psikolog sebagai persiapan psikologis. Kalian juga bisa bergabung dengan komunitas adopsi anak dan berbagi informasi dengan orang tua lainnya di sana.
Salah satu pertanyaan yang menjadi pikiran para orang tua yang mengadopsi anak adalah: kapan waktu yang tepat memberitahu sang anak bahwa dia diadopsi?
Kalau menurut Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi, cara terbaik adalah dengan tidak merahasiakan adopsi ini termasuk dari anak itu sendiri. Jika dirahasiakan dan anak malah tahu dari orang lain atau dari Anda sendiri, tentu akan sangat menyakitkan bagi mereka. Anak akan merasa dibohongi dan seluruh dunia yang selama ini diyakininya ternyata hanya kebohongan belaka.
Selain itu anak juga akan mempertanyakan alasan orangtua kandungnya tidak mau merawat dia sehingga muncul perasaan bahwa kehadirannya memang ditolak atau tidak diinginkan.
Jadi baiknya sejak awal anak dikondisikan atau dibiasakan dengan status adopsinya. Jadikan istilah adopsi sebagai istilah biasa, positif, dan bukan merupakan aib atau rahasia.
Jelaskan sejak awal bahwa anak memiliki dua orangtua yang sangat menyayanginya, yaitu orangtua kandung yang ingin si anak memiliki kehidupan lebih baik tapi tidak mampu, dan orangtua angkat yang sangat sayang serta ingin memenuhi semua kebutuhannya karena kehadirannya merupakan anugerah tak ternilai.
Jadi, jika ingin mengikuti langkah Raffi Ahmad mengadopsi anak, maka tidak bisa sembarangan dan perlu persiapan matang, ya.
BACA JUGA: Alasan Orangtua, Wajib Mengadopsi Pola Hidup Sehat
Cover: Instagram/raffinagita1717