Sorry, we couldn't find any article matching ''
Dari Mantan Istri Kurnia Meiga, Kita Belajar 8 Hal Ini
Kurnia Meiga dan mantan istrinya sempat membuat ramai jagad maya. Walau sudah lewat berbulan-bulan lalu, bagi saya tetap ada pelajaran yang bisa didapat dari hubungan mereka.
Belakangan, mantan istri Kurnia Meiga, yang adalah mantan kiper pemain Timnas Indonesia, Azhiera Adzka Fathir, wara-wiri di podcast menceritakan apa yang terjadi dalam pernikahannya dengan Kurnia, yang telah berakhir sejak awal tahun 2023. Salah satunya di podcast Denny Sumargo, Azhiera mengungkap kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialaminya selama tahun-tahun pernikahannya. Dari selingkuh, kebiasaan mabuk, kekerasa fisik, verbal, pengabaian, termasuk anak-anaknya yang turut menyaksikan dan menjadi korban kekerasan ayahnya.
Terlepas dari apa pun motif Azhiera, popularitas mantan suami -yang sekarang menderita sakit- membuat kisah ini menjadi viral. Wawancaranya dengan Denny Sumargo ditonton hingga lebih dari 7 juta. Banyak pihak yang mengaku kaget, termasuk Denny Sumargo, tidak menyangka di balik tembok rumah tangga sang atlet yang dipuja menyimpan drama pahit.
Apa yang bisa dipelajari dari pengalaman mantan istri Kurnia Meiga ini?
Karena pacaran singkat?
Menurut cerita Azhiera, saat pertama mengenal Kurnia, ia tak melihat tanda-tanda Kurnia bisa melakukan kekerasan sebab waktu pacaran mereka terbilang singkat sebelum akhirnya memutuskan langsung menikah. Namun sebetulnya Azhiera sudah mengetahui kebiasaan mantan suaminya minum alkohol sejak berusia 18 tahun. Hanya saja, Azhiera mengaku, ia belum pernah menjalin relasi dengan pria peminum sebelumnya sehingga ia tak bisa menilai karakter Kurnia. Benarkah durasi masa pacaran berpengaruh dengan kualitas hubungan rumah tangga karena kedua pihak sudah saling mengenal karakter masing-masing? Belum tentu.
Pacaran lama juga tidak menjamin potensi KDRT itu muncul ke permukaan. Jawabannya tentu kembali ke kematangan kita dalam mengambil keputusan. Tidak dibutakan oleh cinta, hanya mau melihat yang indah-indah saja dari pasangan. Keputusan yang didasari pertimbangan impulsif dan hormonal, seringnya berujung penyesalan. Setelah menikah, barulah semua kebiasaan buruk pasangan terbuka.
Baca juga: Orang tua Cerai Karena Perselingkuhan atau KDRT, Bagaimana Jelaskan ke Anak?
Sumber image dari sini
Bertahan karena anak
Dari cerita Azhiera, kedekatan anak pertamanya dengan sang ayah membuat ia tutup mata dengan perselingkuhan suami, maupun kebiasaan suami minum alkohol. Ia bahkan menyimpan rapat kekacauan rumah tangganya dari keluarganya. Hanya demi anak-anaknya bisa tetap punya ayah yang diidealkan. Padahal, dengan bertahan, nyatanya justru ia membiarkan anak menjadi korban kekerasan dan ketidakharmonisan keluarga. Jadi, bijakkah alasan bertahan karena anak?
Kenali tanda-tanda kekerasan sebelum menikah
Jangan abaikan akal sehat jika ada yang tidak beres dalam hubungan Anda. Mereka yang kecanduan dengan minuman alkohol adalah orang yang tidak mampu mengendalikan dirinya dan kewarasan dirinya. Jika belum mampu jernih menggunakan akal sehat, berendah hati untuk meminta saran dari orang yang dipercaya atau Anda anggap lebih objektif dan tidak bias dalam melihat hubungan Anda.
Baca juga: Kenali 10 Ciri Pasangan yang Berpotensi Melakukan KDRT
Berani menikah berarti siap menerima segala kekurangan pasangan
Tanpa berharap agar ia bisa berubah atau Anda bisa mengubah pasangan, apalagi jika yang bersangkutan memang tidak mau berubah. Yang realistis sajalah!
Berani mengambil sikap ksatria
Bisa jadi waktu pacaran, karakter pasangan masih selaras. Dalam perjalanan, ia berubah ke arah destruktif dan toksik. Saat itu terjadi, miliki batasan yang tegas, mana hal yang bisa diterima dan mana yang tidak bisa dibiarkan agar ketoksikan tidak berlarut-larut, yang berujung Anda menjadi korban kekerasan fisik dan emosional.
Komunikasi terbuka
Mulailah dengan komunikasi yang jujur dan terbuka dengan pasangan. Bicarakan tentang harapan, nilai-nilai, dan batasan dalam hubungan, termasuk tentang bagaimana Anda mengatasi konflik.
Perhatikan pola perilaku
Jika Anda mengamati adanya pola perilaku yang mengkhawatirkan dari pasangan Anda, seperti kemarahan yang tidak terkendali atau perilaku kontrol berlebihan, jangan abaikan hal itu. Kalau perlu buat jurnal observasi perilaku agar Anda punya data, dan tidak sekadar berdasar pada perasaan.
Tetap mandiri
Jaga kemandirian finansial dan emosional, jangan terlalu tergantung pada pasangan Anda secara finansial atau emosional, sehingga Anda memiliki kemampuan untuk meninggalkan hubungan jika diperlukan.
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS