Sorry, we couldn't find any article matching ''
Saat Anak Menjadi Pelaku Bullying, Orang Tua Perlu Lakukan Ini!
Anak menjadi pelaku bullying, tentu saja hal yang tidak diharapkan orang tua. Namun jika itu terjadi, apa yang seharusnya dilakukan orang tua? Ini pendapat Psikolog Anak dan Remaja.
Beberapa waktu belakangan ini lini masa media sosial ramai dengan kasus bullying, baik itu yang terjadi di sebuah sekolah swasta ternama maupun yang terjadi di pondok pesantren. Kasus bullying yang terjadi di SMA Bina Nusantara membuat korban dirawat di rumah sakit, sedangkan kasus kekerasan yang terjadi di Pondok Pesantren Al Hanifiyah, Kediri mengakibatkan korban meninggal dunia.
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat, di tahun 2023 ada 30 kasus perundungan atau bullying di satuan pendidikan, dengan lingkungan SMP yang tercatat paling banyak terjadi, disusul tingkat SD, baru SMA dan SMK.
Baca juga: Jangan Katakan Ini kepada Anak Korban Bullying
Apa itu bullying?
Tindakan yang menyakiti, disengaja, dilakukan berulang kali dan melibatkan kekuatan yang tidak seimbang (ada Si Kuat yang menyakiti dan Si Lemah sebagai korban yang tidak bisa melawan). Bullying banyak jenisnya: fisik, verbal, relasional dan cyberbullying.
Bullying secara fisik adalah yang paling jelas terlihat karena ada bekas luka secara fisik. Tindakannya mulai dari mendorong, memukul sampai mengurung atau mengikat. Bullying secara verbal dapat menyebabkan luka emosional yang dalam dan membekas sampai dewasa. Bentuknya seperti mengejek, mengolok, menyindir dan sejenisnya. Bullying secara relasional, bentuknya seperti menyebar fitnah, menjauhi atau mengucilkan.
Ketika kita berbicara tentang bullying, seringkali fokusnya hanya pada korban saja atau pelaku saja, padahal ada tiga pihak yang terlibat dalam suatu peristiwa bullying. Ketiga itu adalah pelaku, korban dan saksi/bystander.
Baca juga: 6 Jenis Bullying yang Harus diketahui Orang tua
Pelaku Bullying
Apa yang harus dilakukan saat anak menjadi pelaku bullying?
Pertama yang perlu orangtua lakukan adalah berusaha bersikap obyektif
Kumpulkan semua informasi dari berbagai pihak untuk mengetahui kejelasan dari semua kejadiannya. Tetaplah bersikap tenang karena pihak yang melaporkan (misal, sekolah/guru) perlu dipandang memiliki niat yang baik agar anak Anda dapat berubah menjadi lebih baik. Jika terbukti benar, dibutuhkan jiwa besar untuk mengakui bahwa anak Anda telah melakukan kesalahan.
Pandanglah masalah ini sebagai masalah yang serius karena jika sikap Anda cenderung menganggap enteng, maka anak tidak akan belajar bahwa ini suatu kesalahan yang perlu diubah.
Kemudian, minta anak untuk meminta maaf pada korban
Lalu evaluasi kondisi rumah
Lihat apakah pola asuh selama ini membuat anak menjadi pelaku. Bagaimana orangtua menerapkan disiplin selama ini, terlalu ketat atau terlalu longgar? Lalu lihat apakah selama ini anak mendapatkan contoh ekspresi emosi yang kuran tepat dari orangtuanya? Atau apakah anak ternyata menjadi korban bully di rumah. Selain itu, evaluasi apa yang menjadi tontonan/permainan anak di rumah, apakah banyak mengandung kekerasan dan amati dengan siapa anak bergaul.
Dalam menangani bullying, dibutuhkan pendekatan yang menyeluruh dari semua pihak. Tentu orangtua tidak bisa sendiri, perlu gerakan serentak dari sekolah, pemerintah dan juga masyarakat umum. Namun sebagai orang dewasa terdekat dengan anak, orangtua punya peranan besar dalam mendidik anak agar dia tumbuh menjadi anak yang penuh empati terhadap orang lain .
Ditulis oleh: Vera Itabiliana, Psikolog Anak dan Remaja
Share Article
COMMENTS