Mau menghasilkan anak yang paling bahagia sedunia? Beberapa cara parenting ala orang tua Belanda ini bisa Mommies terapkan.
Orang Belanda dikenal memiliki pendekatan unik dalam mendidik anak-anak. Pola asuh yang mereka terapkan dikenal sukses menghasilkan anak yang mandiri dan sehat secara mental. Menurut laporan UNICEF tahun 2013, anak-anak Belanda adalah anak yang paling bahagia di dunia. Dengan memahami prinsip-prinsip dasar pendidikan ala Orang Belanda, Mommies dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih bahagia dan seimbang bagi anak-anak.
Dilansir dari CNBC Make It, berikut adalah cara didik ala orang tua Belanda yang menghasilkan anak paling bahagia sedunia.
Menurut European Journal of Developmental Psychology pada 2013, bayi Belanda memiliki sifat yang lebih tenang dan lebih mudah tertawa lebih dari bayi-bayi Amerika. Sifat bayi Belanda yang relatif tenang disebabkan oleh jadwal tidur yang lebih teratur dan aktivitas dengan intensitas yang lebih rendah. Orangtua Amerika dikenal menekankan pentingnya stimulasi, dengan memperkenalkan anak-anak mereka pada berbagai pengalaman baru.
Sedangkan orangtua Belanda fokus pada aktivitas sehari-hari di rumah dan menghargai pentingnya mengistirahatkan fisik dan mental. Bayi yang istirahat dengan baik tentu akan tumbuh menjadi anak yang sehat. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata orang Belanda mendapatkan jadwal tidur yang cukup, yaitu selama delapan jam dan 12 menit setiap malam.
Para orang tua belanda memiliki work life balance yang cukup seimbang. Pemerintah Belanda memberikan hak yang sama bagi karyawan paruh waktu seperti karyawan penuh waktu, sehingga orang Belanda memiliki keseimbangan kerja dan kehidupan yang lebih baik. Budaya kerja paruh waktu adalah alasan lain mengapa semua orang jauh lebih bahagia di sini. Dengan waktu kerja 29 jam, Belanda memiliki minggu kerja terpendek di dunia untuk para profesional bisnis, menurut studi OECD 2018.
Dalam budaya Belanda, para ayah juga aktif terlibat dalam pengasuhan anak mereka. Para ayah Belanda rela meluangkan waktu mereka untuk menghabiskan setidaknya satu hari per minggu bersama anak-anak mereka. Waktu luang ini sering disebut sebagai “Papadag,” yang pada dasarnya berarti “Hari Ayah.”
BACA JUGA: Anak Susah Minta Maaf, Ini Penyebab dan Tips Jitu Mengatasinya!
Para orang tua seringkali mengatur jalur akademis anak-anak mereka, mulai dari sekolah sampai kuliah. Namun, di Belanda, sekolah tidak semata-mata tentang IPK tinggi dan universitas elit. Pendidikan dipandang sebagai jalan menuju kesejahteraan dan perkembangan pribadi anak.
Pendidikan di Belanda mementingkan keterampilan sosial sangat penting untuk kebahagiaan. Mereka jauh lebih penting, dibandingkan IQ seorang anak. Maka itu, orangtua di Belanda tidak terlalu menekan anaknya untuk sukses secara akademis.
Orang tua Belanda percaya bahwa setiap orang dalam keluarga, termasuk yang termuda, memiliki suara. Tak heran jika orangtua belanda selalu memotivasi anak mereka untuk aktif bertanya bernegosiasi sampai menetapkan batasan. Para anak Belanda tidak segan untuk menyatakan apa yang dia suka dan tidak suka. Komunikasi ini yang akan berguna saat dia lebih besar, sehingga mereka bisa menjadi orang yang jujur, percaya diri, dan tegas.
Kehidupan keluarga Belanda lekat dengan makan bersama di meja yang sama. Keluarga Belanda biasa menjalani sarapan dengan semua anggota keluarga. Dengan makan bersama, orangtua dan anak bisa menghabiskan waktu berkualitas bersama. Anak yang sering makan bersama orang tua juga cenderung memiliki anak dengan peningkatan kinerja di sekolah dan masalah perilaku yang rendah.
Orang Belanda tidak terlalu suka mobil. Maka itu, bersepeda adalah cara paling praktis dan efisien untuk bepergian. Kegiatan bersepeda tak hanya menyehatkan tubuh, tetapi juga bisa membentuk karakter anak. Anak-anak didorong untuk bersepeda ke mana-mana dan dalam semua cuaca untuk mengajarkan keberanian, ketahanan, dan sikap pantang menyerah. Dengan ini, anak juga belajar untuk tahan banting dalam perjalanan penuh tantangan.
BACA JUGA: 7 Cara Agar Anak Mau Makan Sayur, Bikin Lahap dan Nagih!
Ditulis oleh: Azahra Syifa
Cover: Photo by Gustavo Fring on Pexels