Memberikan peraturan dan disiplin pada anak itu penting. Tapi pernahkah Mommies bertanya-tanya, mungkinkah selama ini terlalu berlebihan mendisiplin anak?
Bagian tersulit dalam mengasuh anak adalah tidak adanya jaminan tentang akan menjadi manusia seperti apa mereka kelak. Bahkan setelah semua upaya terbaik yang Mommies bisa lakukan, kemungkinan-kemungkinan ini tetap ada: mereka tumbuh dewasa menjadi manusia berguna untuk lingkungan dan masyarakat sekitarnya atau sebaliknya; punya hubungan yang akrab dan hangat dengan orang-orang di sekelilingnya atau menjadi pribadi sedingin kulkas 4 pintu.
Oke, untuk para Mommies yang sedang bertanya-tanya apakah level disiplin yang selama ini dijalankan terlalu berlebihan kerasnya atau sudah pas, mari simak penjelasan dari Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S. Psi, Psikolog Klinis Anak dan Remaja.
Pertama, kita perlu paham dulu apa yang menyebabkan ada orang tua yang sebegitu kerasnya menerapkan disiplin terhadap anak-anak mereka. Jujur aja, ego kita sebagai orang dewasa bisa mencemari motifnya. Sebagai orang tua, kita ingin anak-anak kita bertindak, berperilaku, dan menjadi manusia terbaik versi kita. Dan harapan (atau tuntutan) itu terkadang dapat merusak perasaan anak-anak dan membuat mereka justru menjauh.
Mengapa ada orang tua yang terlalu berlebihan mendisiplin anak?
Lalu, apa akibatnya jika orang tua mendisiplin anak-anak mereka terlalu berlebihan?
BACA JUGA: Sibling Rivalry: Kenali Penyebab, Dampak, dan Tips untuk Mencegahnya
Jika sebagian besar interaksi Mommies dengan anak dihiasi dengan kritikan, teguran, dan koreksi, artinya Mommies sedang menabur bibit masalah. Disiplin yang orang tua bakal berlebihan, tanpa didasari oleh perasaan sayang. Bayangkan seperti apa rasanya jika kita terus menerus diingatkan tentang kesalahan dan kegagalan kita. Pasti sedih.
Ngerti kok. Melelahkan sangat ketika menghadapi anak yang hobi ngeyel dan membangkang. Namun jika orang tua terus-menerus mengkiritk dan mengecam, pada akhirnya karena merasa apa pun yang mereka lakukan tidak akan pernah memenuhi standar Anda, anak-anak bakal enggan bersusah payah melakukan apa yang benar.
Carilah sisi baik dalam diri anak. Dorong mereka untuk mengembangkan bakat positif dan sifat baik di dalam diri mereka.
Jika anak melakukan kesalahan yang akibatnya tidak fatal, bukan bentuk kekejaman, dan tindak kriminal, abaikan saja. Contoh: anak Mommies menumpahkan susu di atas karpet. Itu ceroboh, tapi bukan tindakan yang butuh disiplin apalagi yang terlalu berlebihan.
Jika motivasi Mommies untuk mendisiplin anak adalah karena dibikin marah dan tersinggung, maka disiplin yang Mommies lakukan akan berlebihan. Itu namanya balas dendam sekalian unjuk kekuatan.
Motivasi disiplin harus selalu karena Mommies sayang anak-anak Mommies. Ingin mereka menjadi pribadi yang baik dan bertanggung jawab.
Tanyakan kepada diri sendiri, nikmatkah jika semua orang selalu menuntut Mommies tidak boleh berbuat salah, bisa mengerjakan SEMUA hal tanpa cacat, dan harus selalu sempurna? Jika jawabannya tidak, maka adilkah jika kita sebagai orang tua, menuntut kesempurnaan dari manusia yang masih bertumbuh dan berproses? Jika seorang anak dipaksa mengerjakan banyak tugas dan tanpa cela, orang tua sedang menimpakan beban yang sangat berat di pundaknya.
Mommies, anak-anak juga bergelut dengan rasa cemas, takut, dan marah. Mereka juga manusia, sama seperti orang tua. Bedanya, mereka belum mempelajari keterampilan untuk memproses dan menyelesaikan masalah secara konstruktif. Salah satu peran Mommies sebagai orang tua adalah menjadi pembimbing mereka belajar tentang hidup. Bukan tiran yang memaksa mereka menjadi manusia sempurna.
Banyak anak yang diabaikan oleh orang tua mereka secara emosional mencari perhatian dengan berperilaku buruk. Lalu apa yang terjadi saat anak berperilaku negatif? Orang tua akan terpancing marah lalu terdorong memberi disiplin yang berlebihan, tanpa mau berusaha mencari tahu penyebab anak berperilaku buruk. Anak melakukan kenakalan seringkali karena mereka hanya ingin perhatian. Dan jika untuk mendapatkan perhatian orang tua mereka adalah dengan melakukan hal-hal yang keliru, anak-anak akan melakukannya.
Salah satu kekeliruan terbesar orang tua adalah menggunakan disiplin untuk mengendalikan atau mengontrol anak-anak mereka. Itu banyak terjadi dan seringkali kita bahkan tidak sadar sedang melakukannya. Jadi bagaimana cara menghindarinya?
Pikirkan alasan utama Mommies memberikan disiplin yaitu untuk mengajari anak-anak apa yang benar dan apa yang salah.
Disiplin harus selalu dapat membuat anak sadar dan tulus menyesali tindakannya yang salah, jahat, dan buruk. Jika orang tua mendisiplin anak dan memaksa mereka untuk meminta maaf (dan orang tua tahu mereka tidak bersungguh-sungguh menyesal), itu disiplin yang berlebihan.
Disiplin itu penting. Tapi ingat, seorang anak seharusnya merasa aman di hadapan orang tuanya, bahkan ketika ia sedang didisiplin. Disiplin bertujuan untuk mengoreksi dan mengajar. Membantu anak-anak membuat pilihan-pilihan bijak. Bukan untuk menyakiti apalagi menimbulkan trauma.
Tanpa disiplin, seorang anak akan menjadi egois, berpikir bahwa mereka pantas mendapatkan apa pun yang mereka inginkan, bagaimanapun caranya. Mereka tidak akan memahami bahwa ada konsekuensi dari perilaku yang salah. Tidak tahu merasa bersalah, memaafkan, apalagi meminta maaf. Dan ini akan menghancurkan hidup mereka kelak.
Oke Mommies, sekarang mari kita bicara tentang bagaimana disiplin yang sehat itu:
BACA JUGA: 12 Cara Mendidik Anak Mudah Bergaul, Supel, dan Humoris
Cover: Photo by George Chambers on Pexels