Sibling rivalry atau persaingan antara kakak dan adik terkadang membuat orang tua panik. Ketahui penyebab, dampak, serta tips untuk mencegahnya agar hubungan saudara tetap harmonis.
Siapa sih yang tidak ingin anak-anaknya bisa akur terus tanpa berantem? Setiap orang tua pasti mendambakannya. Akan tetapi, hal itu tidak semudah yang dipikirkan. Pertengkaran kakak beradik atau sibling rivalry menjadi momen yang tidak bisa dihindari. Sibling rivalry biasanya rentan terjadi pada balita. Kehadiran sosok manusia baru yang disebut adik mengubah pusat perhatian yang selama ini dimiliki seorang kakak.
Umumnya, perilaku sibling rivalry yang muncul terjadi pada anak-anak yang jarak usianya berdekatan. Selain itu, terkadang terjadi pada anak dengan jenis kelamin yang sama, tapi tidak menutup kemungkinan bisa terjadi pada jenis kelamin yang berbeda.
Sibling rivalry sering dipicu karena masalah kecil, seperti berebut mainan atau barang, menggoda, dan mengkritik. Meskipun terlihat anteng pada saat awal permainan, namun pada menit selanjutnya kita akan mendengar teriakan, cemoohan bahkan tangisan.
Sibling rivalry juga bisa muncul karena salah satu anak ingin mendapat kasih sayang lebih atau merasa cemburu terhadap perhatian yang diberikan orang tua kepada saudaranya. Sebagai orang tua, sangat penting untuk mengetahui cara untuk mencegah dan menangani sibling rivalry sehingga konflik yang terjadi berubah menjadi hal positif untuk masa depan anak.
BACA JUGA: Sibuk Kerja? Ini Rekomendasi Daycare di Jabodetabek 2024 dan Biayanya
Dibalik ributnya si kakak dan adik, ternyata sibling rivalry juga memiliki dampak positif. Menurut Najeela Shihab, Psikolog dan Praktisi Pendidikan, konflik antar saudara sebenarnya bukan masalah besar, justru kesempatan untuk anak latihan di rumah untuk menghadapi masalahnya sendiri. Anak yang sudah biasa bernegosiasi dengan kakak atau adiknya, anak yang biasa menangis untuk menyelesaikan tekanan emosinya jauh lebih siap untuk situasi sosial yang lebih besar.
Beberapa ahli juga menuturkan hal yang sama bahwa persaingan antara kakak dan adik memiliki dampak positif pada diri anak seperti mempelajari cara menyelesaikan konflik dengan teman di luar rumah, melatih keterampilan interpersonal pada anak, meningkatkan kompetensi sosial, mendorong perkembangan anak dalam kemampuan negosiasi, kerja sama, dan problem solving yang terus bermanfaat bagi mereka di masa depan.
Ini beberapa tips yang bisa dilakukan orang tua untuk mencegah anak saling bersaing.
Setiap anak itu unik. Mereka memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Cobalah untuk tidak membandingkan satu sama lain. Hindari melabeli anak dengan sebutan tertentu seperti “anak pintar” atau “anak nakal”. Hal ini menciptakan perbandingan antar saudara. Sebaliknya, kenali, terima, dan nikmati karakteristik dan prestasi anak yang berbeda. Biarkan setiap anak tahu bahwa mereka istimewa dengan caranya masing-masing.
Buatlah jadwal setiap hari untuk memberikan waktu spesial dengan setiap anak. WHO (World Health Organizational) menganjurkan minimal 20 menit per hari untuk memberikan waktu yang berkualitas pada anak. Luangkan waktu untuk fokus membersamai anak tanpa adanya distraksi dari gadget atau lainnya. Cara ini bisa membuat mereka merasa disayang dan dihargai.
Memiliki 2 balita dalam 1 rumah memang cukup melelahkan. Orang tua harus bisa mengatur waktu, tenaga, dan mengelola emosi dengan benar agar tidak terjadi stres yang berlebihan.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara jarak kelahiran dengan perilaku sibling rivalry pada balita. Jarak kelahiran lebih dari 4 tahun dianggap lebih baik untuk mencegah terjadinya sibling rivalry. Hal ini dikarenakan usia anak yang lebih dari 4 tahun cenderung bisa lebih mandiri, pengertian dan lebih memahami sehingga bisa menempatkan diri sebagai kakak dan mampu menerima adiknya dengan baik.
BACA JUGA: Wajib Dimiliki Orang Tua Baru, Ini 9 Rekomendasi Buku Parenting Terbaik
Bicarakan dengan anggota keluarga lainnya untuk berbagi peran menjaga anak. Mommies bisa loh meminta tolong Daddies atau anggota keluarga lain jika memerlukan bantuan untuk mendampingi anak. Jika anak didampingi atau ditemani dia merasa disayang dan mendapat perhatian dari segala pihak.
Mommies bisa menyediakan waktu untuk melakukan kegiatan bersama. Tidak harus pergi berlibur atau ke luar rumah. Lakukan kegiatan seru bersama-sama di rumah seperti bermain, memasak, berkebun, berolahraga, menonton film atau kegiatan lainnya. Hal ini akan membuat anak-anak merasa dicintai dan diperhatikan. Selain itu juga memperkuat ikatan agar hubungan keluarga lebih harmonis.
Setiap anak harus diberikan perhatian dan perilaku yang sama. Berikan pujian pada setiap anak atas segala pencapaian yang mereka lakukan tanpa membandingkan ya Mommies. Terapkan aturan keluarga yang adil dan konsisten bagi setiap anak. Ini akan membuat anak belajar untuk disiplin pada setiap aturan di rumah.
Ajarkan anak untuk menyampaikan perasaan secara terbuka. Mommies bisa memulai percakapan pada anak dengan kalimat yang sederhana. Ungkapkan perasaan dengan jujur. Sebaliknya jika anak berbagi perasaannya dan menunjukkan sikap lewat ekspresinya, validasi perasaan mereka dengan memberi perhatian penuh.
Dengan validasi perasaan, anak akan nyaman untuk mengutarakan emosinya. Menyampaikan perasaan secara terbuka juga memberikan kesempatan untuk anak belajar berempati dan memahami perasaan orang lain.
BACA JUGA: Bikin Wawasan Luas, Ini 15 Buku Bacaan Wajib untuk Anak Laki-laki
Mommies bisa coba ikuti langkah-langkah di atas untuk mencegah perilaku sibling rivalry dan memperkuat bonding antar saudara. Kalau Mommies punya tips lainnya, bisa share di kolom komentar ya.
Ditulis oleh: Risty Wahyuni R.
Cover: Photo by Ketut Subiyanto on Pexels