Muncul sebutan strawberry parenting yang konon adalah pola asuh yang membuat anak menjadi generasi strawberry yang rapuh. Simak penjelasan lengkapnya, ya!
Mengasuh dan mendidik anak memang bukan hal yang mudah, Mommies. Karena anak-anak tidak datang dengan buku panduan, orang tua sering kali kesulitan untuk menentukan cara membesarkan anak. Kita pernah mendengar pola asuh permisif hingga otoriter, eh sekarang muncul istilah baru yaitu strawberry parenting.
Apa sih, strawberry parenting itu? Sebenarnya istilah ini muncul dari Taiwan. Generasi milenial dan generasi Z Taiwan dikenal sebagai “strawberry generation“, dan ini bukanlah sebuah pujian. Istilah strawberry digunakan, karena buah itu tampak indah dan eksotis, tetapi begitu dipijak atau ditekan ia akan mudah sekali hancur.
Generasi tua Taiwan melihat anak-anak muda sebagai generasi yang lembut dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu, strawberry generation adalah sebutan yang meremehkan untuk mengatakan bahwa mereka tidak bekerja keras dan rapuh.
Di Indonesia, istilah ini semakin dipopulerkan melalui buku berjudul Strawberry Generation, Mengubah Generasi Rapuh menjadi Generasi Tangguh, karya Prof. Renald Kasali. Secara langsung judul buku tersebut menyebut, jika generasi strawberry adalah generasi yang rapuh.
Istilah ini kemudian berkembang menjadi strawberry parenting atau pola asuh strawberry. Pola asuh ini diklaim bisa menghasilkan generasi strawberry yang rapuh dan lunak.
BACA JUGA: 6 Gaya Parenting Sulit untuk Diterapkan. Anda Sudah Pernah Coba yang Mana?
Sebenarnya dalam buku Prof. Renald Kasali dijelaskan jika munculnya generasi ini juga disebabkan karena pola asuh orang tua.
Strawberry parents adalah orang tua yang cenderung memberikan apa yang diminta oleh anak-anaknya. Strawberry parents cenderung royal ketika memberikan hadiah. Mungkin jika dibandingkan dengan masa lalu, tidak banyak benda-benda material untuk anak, sehingga hadiah untuk anak juga terbatas.
Banyak juga orang tua yang sibuk karena ayah dan ibu sama-sama bekerja, sehingga perhatian mereka dialihkan pada pemberian hadiah daripada memberikan perhatian langsung untuk anak-anaknya.
Saat anak melakukan kesalahan juga orang tua cenderung tidak memberikan hukuman sebagai bentuk sebab dan akibat. Bahkan beberapa orang tua terlalu melindungi anak mereka dengan membatasi pergaulan dan tak jarang hanya boleh berada di rumah.
Pola asuh strawberry bisa berakibat buruk ketika anak bertambah dewasa, bahkan bisa membuat anak memiliki kepribadian yang kurang baik seperti berikut ini:
Ketika besar, anak akan cenderung menyikapi segala sesuatu secara pribadi dan mudah marah atau tersinggung. Mereka sensitif terhadap kritik dan mungkin sulit menerima umpan balik yang membangun.
Generasi strawberry memiliki toleransi yang rendah terhadap ketidaknyamanan dan mungkin cepat menyerah, ketika keadaan menjadi sulit.
Karena orang tua dulu sering memanjakan dan memuji berlebih, ketika besar anak bisa cemas jika tidak selalu mendapatkan validasi dari orang lain.
Generasi strawberry mungkin kesulitan dalam hal disiplin diri dan pengendalian diri, yang menyebabkan kurangnya fokus dan produktivitas.
Generasi ini mungkin ragu-ragu untuk mengambil risiko, dan lebih memilih untuk tetap berada di zona nyaman.
BACA JUGA: Tips Parenting Caca Tengker dan Cara Membesarkan Gen Alpha
Strawberry parenting kebanyakan dilihat sebagai bentuk pola asuh yang merugikan. Namun, pola asuh ini ada plus dan minusnya, loh. Ya, ternyata strawberry parenting juga punya sisi baiknya, yaitu:
Tentu saja minusnya atau sisi buruk dari strawberry parenting, yaitu:
Kesimpulannya, orang tua harus berperan agar anaknya menjadi generasi yang lebih baik dari dirinya. Jangan terlalu memanjakan anak dengan berlebihan dan jelaskan pada anak, bahwa ia harus menerima konsekuensi saat melakukan kesalahan.
BACA JUGA: 9 Artis yang Mengasuh Anak dengan Cara Parenting Islami, dari Shireen Sungkar hingga Natasha Rizky
Ditulis oleh: Imelda Rahma
Cover: Photo by Nicola Barts on Pexels