Temukan penyebab dan tanda-tanda pola asuh yang berpotensi membuat anak menjadi manja. Kemudian lakukan tips pola asuh berikut ini agar anak tidak manja.
Pola asuh memiliki dampak besar pada perkembangan anak. Namun, terkadang, tanpa disadari, kita sebagai orang tua bisa tanpa sadar menciptakan perilaku manja pada anak-anak. Sikap manja tentunya tidak sehat bagi anak karena bisa menyebabkan ketergantungan pada orang lain, bahkan egoisme. Penting untuk memahami tanda-tanda pola asuh yang bisa membuat anak menjadi manja dan mencari solusi terbaik untuk membimbing mereka menuju kemandirian dan perkembangan emosional yang sehat.
Sifat manja pada anak umumnya berasal dari pola asuh orang tua yang kurang tegas. Orang tua yang memanjakan anak dikenal kurang tegas, sungkan menegur anak ketika salah, bahkan sulit mengatakan “tidak” pada anak. Memang, sebagai orang tua kadang kita tanpa sadar memanjakan anak karena ingin menyenangkan anak.
Apalagi bagi orang tua yang bekerja di luar rumah, rasa bersalah sering kali menghampiri karena kurang waktu bersama anak. Meski begitu, Mommies dan Daddies tetap harus tahu perlakuan apa saja yang harus dan jangan dilakukan agar membuat anak tidak bertumbuh manja.
BACA JUGA: 10 Tanda Anak Terlalu Sering Dikritik, Bisa Buat Rendah Diri
Istilah “anak manja” jarang digunakan oleh ahli perkembangan anak karena cenderung bersifat merendahkan. Ada beberapa kebiasaan yang umumnya muncul pada anak yang manja. Mulai dari selalu ingin diutamakan, sulit untuk mengontrol diri, agresif, berani untuk melawan, dan masih banyak lagi. Mommies dan Daddies bisa diskusikan dengan psikolog anak jika merasa ada sifat-sifat tidak biasa yang terlihat.
Anak yang tidak dibiasakan dan diajarkan disiplin sejak kecil bisa memiliki sifat kurang baik ketika dewasa, seperti sulit menjalin hubungan dengan orang lain, ingin diprioritaskan, tidak rajin, hingga kurang motivasi.
Ini beberapa cara yang bisa orang tua lakukan.
Mommies bisa mulai dengan menanyakan diri sendiri kenapa sering memanjakan anak. Hal ini mungkin berhubungan dengan kesulitan bagi orang tua untuk menolak keinginan anak. Melakukan refleksi mungkin sulit, namun harus untuk diingat bahwa perilaku manja anak tidak selalu berkaitan dengan pemberian kasih sayang yang berlebihan.
Orang tua sering kali cenderung terlalu khawatir pada anak dan ingin segara membantunya. Niatnya memang baik, namun pola seperti ini tidak akan mengajarkan anak untuk menghadapi dan mencari solusi atas kesulitan yang ia hadapi. Membiarkan aak mengalami kegagalan juga baik, supaya anak bisa mendapatkan pengalaman dan membuatnya belajar dan bangkit kembali.
Berikan batasan yang jelas pada anak, karena hal ini merupakan salah satu aspek yang penting. Saat anak tantrum dan memperlihatkan emosi yang kurang baik, orang tua bisa validasi perasaannya terlebih dulu kemudian berikan penjelasan.
Dengan melakukan tindakan tersebut, anak akan merasakan bahwa orang tuanya memahami perasaannya. Sehingga anak juga paham bahwa tidak semua hal yang ia inginkan bisa ia dapatkan. Cara ini jauh lebih baik dibandingkan langsung memberikan apa yang anak inginkan saat anak tantrum.
Biasakan untuk memberikan tanggung jawab pada anak sedari kecil. Dan saat ia berhasil menjalani tanggung jawab tersebut, jangan langsung memberi penghargaan berupa hadiah seperti mainan, uang, makanan, dan hal-hal lain yang mereka inginkan.
Hal ini bertujuan untuk mengajarkan anak bahwa segala sesuatu yang ia lakukan saat dewasa membutuhkan tanggung jawab yang belum tentu ada hadiahnya. Sehingga anak akan lebih memahami kehidupan secara nyata tanpa iming-iming hadiah. Orang tua bisa berikan kata-kata pujian yang tidak berlebihan agar anak merasa kerja kerasnya dihargai.
BACA JUGA: 6 Gaya Parenting yang Sulit untuk Diterapkan, Anda Sudah Pernah Coba yang Mana?
Ditulis oleh: Azahra Syifa
Cover: Photo by Phil Nguyen on Pexels