banner-detik
PARENTING & KIDS

15 Cara Orang Tua Memenuhi Kebutuhan Emosional Anak

author

Fannya Gita Alamanda08 Sep 2023

15 Cara Orang Tua Memenuhi Kebutuhan Emosional Anak

Banyak hal negatif dapat terjadi jika kebutuhan emosional anak tidak dipenuhi. Apa saja dampak buruknya dan bagaimana orang tua dapat memenuhi kebutuhan emosional anak?

Banyak orang tua fokus terhadap perkembangan intelektual dan fisik anak-anak mereka tapi absen memerhatikan perkembangan emosional dan sosial anak. Padahal, pemenuhan kebutuhan emosional anak tidak kalah pentingnya.

Mengapa kebutuhan emosional anak penting untuk dipenuhi dan bagaimana caranya?

Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S. Psi, Psikolog Klinis Anak dan Remaja akan menjelaskannya buat Mommies. “Perilaku anak juga ditentukan oleh kondisi emosinya. Ada ungkapan yang mengatakan ‘we can’t behave right, when we don’t feel right’. Jadi, ketika anak secara emosi terganggu (anak merasa cemas atau sedih), maka perilakunya juga akan menunjukkan hal itu atau itu akan mengganggu perilakunya,” terang Vera.

Ini yang terjadi jika kebutuhan emosional anak tidak dipenuhi

“Berbeda dengan orang dewasa yang memiliki kemampuan pengelolaan emosi yang sudah lebih baik. Kebutuhan emosional juga erat hubungannya dengan pembentukan kepercayaan diri. Anak yang kebutuhan emosionalnya dipenuhi (merasa diperhatikan, dicintai, diterima apa adanya, dan sebagainya) akan merasa nyaman dengan dirinya,” tambah Vera.

Sebaliknya, jika kebutuhan emosional anak diabaikan, maka hal-hal inilah yang akan terjadi:

  • Anak menjadi sulit diatur/ diarahkan.
  • Merasa kurang percaya diri.
  • Demanding.
  • Mudah rewel/ cranky.
  • Selalu cari perhatian.
  • Menarik diri.
  • Bersikap apatis.

BACA JUGA: Ramai Soal Rafathar Ditonjok Teman, Ini Tiga Pesan dari Raffi Ahmad

Cara orang tua dapat memenuhi kebutuhan emosional anak

Di bawah ini adalah 15 cara untuk memastikan kebutuhan emosional anak dipenuhi dengan baik dan benar:

1. Mendengarkan

Dengarkan anak-anak Mommies. Dengarkan baik-baik. Pastikan Mommies meluangkan waktu untuk mendengarkan, memahami apa yang mereka katakan, dan meresponnya. Anak-anak peka, lho. Mereka tahu ketika orang dewasa hanya setengah hati mendengarkan mereka.

2. Memahami

Jangan hanya mendengarkan tapi berupayalah memahami apa yang ingin anak sampaikan, mengapa, dan bagaimana perasaannya. Mommies dapat mengajukan pertanyaan dan mengulangi pernyataannya. Dengan begitu anak akan tahu bahwa ibunya sungguh-sungguh menyimak dan memahami perasaannya.

3. Menghormati

Setiap orang berhak dihormati—termasuk anak-anak. Ini bukan berarti sama sekali tidak ada peraturan dan hukuman buat mereka. Mommies bisa bersikap sopan, penuh perhatian, dan jujur ​​terhadap anak-anak sambil tetap menerapkan batasan yang tegas. Cara sederhana untuk menunjukkan respek kepada anak-anak adalah dengan tidak menyela saat mereka berbicara, meminta pendapat mereka, dan mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum memasuki kamar mereka.

4. Menerima

Anak-anak ingin sekali merasa diterima oleh orang lain dan mencarinya dengan berbagai cara, bahkan ada yang dengan cara berbahaya. Mommies tidak harus menerima semua keputusan dan perilaku mereka, namun perlu untuk memberitahu mereka bahwa Mommies menerima dan mencintai mereka.

Salah satu cara untuk menunjukkan penerimaan adalah dengan menyediakan waktu buat mereka. Sederhana saja, makan bersama atau sekadar ngobrol di teras rumah.

5. Mencintai tanpa syarat

Meskipun cinta tanpa syarat sepertinya nggak perlu dibicarakan lagi kalau buat anak, orang tua bisa kepleset, tanpa sadar memberi tanda bahwa cinta orang tua bersyarat. Ini umumnya terjadi ketika anak-anak berperilaku buruk. Mommies, memberi silent treatment membuat anak-anak merasa tidak dicintai. Anak-anak akan percaya bahwa cinta Mommies kepada mereka bergantung pada perilaku mereka. Jadi, jangan pernah menahan ucapan “Aku sayang kamu” gegara habis dibikin jengkel oleh anak.

6. Memberi ruang

Semua anak membutuhkan tempat di mana mereka merasa disambut, aman, dan terlindungi. Bagi kebanyakan anak, tempat ini adalah rumah. Ruang yang dimaksud di sini bersifat fisik seperti memiliki ranjang yang bersih, punya tas sekolah, sepatu, mainan dan pakaian, namun juga merupakan ruang bersifat emosional.

Izinkan anak berbagi pemikiran dan perasaan tanpa takut dihakimi atau diejek.

7. Memberi sedikit kendali

Sama seperti orang dewasa, anak-anak dari segala usia ingin memiliki kendali atas hidup mereka. Kita harus mengizinkan mereka untuk mengambil kendali atas hal-hal yang dapat dianggap sebagai tanggung jawab mereka.

Izinkan anak prasekolah untuk menyiapkan sendiri isi kotak makan siangnya dengan berbagai pilihan yang Mommies berikan atau beri kepercayaan kepada anak remaja Mommies untuk menegosiasikan jam malam akhir pekan.

BACA JUGA: Rekomendasi Vitamin Anak untuk Otak dan Meningkatkan Daya Ingat

8. Mendukung

Anak-anak ingin tahu bahwa orang tua mereka mendukung mereka, apa pun yang terjadi. Seperti waktu Mommies memeluk dan menenangkannya di hari pertama masuk sekolah, anak ingin yakin bahwa Mommies akan selalu mendukung hal positif apa pun yang mereka lakukan.

9. Menghargai

Semua orang ingin merasa penting, dan kebanyakan orang merasa penting ketika mereka dihargai. Jika kita tidak menghargai anak-anak kita karena mereka tidak menghasilkan uang atau tidak cukup cerdas untuk membantu Mommies memecahkan masalah, Mommies sedang memberitahu mereka bahwa nilai (value) mereka didasarkan atas pendapat orang lain dan bukan kepribadian mereka.

Tunjukkan penghargaan Mommies dengan memuji usaha mereka, meminta masukan mereka, menerima bantuan mereka, dan menghormati batasan mereka.

10. Ekspresikan perasaan sayang

Anak-anak membutuhkan banyak kontak fisik. Pertumbuhan otak bayi sangat dipengaruhi oleh seberapa banyak kontak fisik yang diterimanya. Hal ini sama pentingnya dengan kebutuhan fisiknya seperti diberi makan dan dimandikan.

Sering-seringlah menunjukkan kasih sayang dan ingatlah untuk menunjukkan kasih sayang kepada pasangan juga. Memberi teladan tentang hubungan yang sehat akan berdampak baik terhadap hubungan anak-anak dengan orang lain.

11. Lingkungan yang aman

Rumah juga harus menjadi tempat yang aman secara fisik untuk anak beraktivitas tanpa ancaman bahaya. Barang-barang berharga dan barang pecah belah tidak boleh berada dalam jangkauan dan benda-benda yang berpotensi berbahaya harus disingkirkan.

Dalam lingkungan yang tidak aman, otomatis akan ada banyak batasan. Mendengar kata-kata “jangan kesana” atau “jangan sentuh itu” terlalu sering akan membuat anak merasa tidak aman.

12. Meluangkan waktu

Menemani anak ketika tidak sibuk, itu biasa. Tapi meluangkan waktu buat anak ketika orang tua justru sedang sangat sibuk adalah hal yang luar biasa. Waktu yang Mommies habiskan bersama anak-anak adalah sebuah investasi dan periodenya sangat singkat. Waktu yang sudah berlalu nggak akan bisa Mommies beli kembali, jadi manfaatkan sebaik mungkin.

13. Menepati janji

Anak-anak belajar dengan sangat cepat apakah mereka bisa memercayai orang tuanya atau tidak. Sangat penting untuk selalu menepati janji yang orang tua buat kepada mereka. Resepnya sama seperti dengan bentuk hubungan lainnya, hubungan positif (antara orang tua dan anak) hanya dapat terbentuk atas dasar rasa saling percaya.

14. Berbagi perasaan

Ajari anak untuk mengungkapkan emosinya secara terbuka. Sering-seringlah berdiskusi tentang apa yang mereka rasakan atau bagaimana perasaan mereka setelah mengalami pengalaman tertentu, seperti konflik dengan teman atau kehilangan hewan peliharaan. Ajari anak bahwa anak laki-laki dan perempuan mengalami emosi yang sama dan jangan pernah menyepelekan emosi berdasarkan gender.

15. Menerapkan disiplin

Anak-anak yang biasa merasakan disiplin yang konsisten dan adil di rumah akan merasa lebih aman dibandingkan anak-anak yang serba boleh (tidak menyadari bahwa kebebasan mereka dibatasi oleh kewajiban mereka dan hak orang lain). Ajari anak nilai dan norma serta perilaku yang dapat diterima di masyarakat.

Disiplin harus adil, tidak ekstrim atau dilakukan dalam keadaan marah, dan yang terpenting – diterapkan secara konsisten.

BACA JUGA: 7 Buku Sex Education yang Bagus untuk Anak Balita hingga Remaja

Cover: Photo by Alexander Dummer on Pexels

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan