11 Kesalahan Ibu yang Membuat Anak Mengalami Fatherless

Dad's Corner

Ficky Yusrini・30 Aug 2023

detail-thumb

Fatherless pada anak bisa jadi bukan karena kesalahan ayah semata, siapa tahu apa yang dilakukan ibu, lah, yang membuat kondisi fatherless ini terjadi. 

Tidak ada sosok orangtua sempurna. Seorang ayah atau ibu rentan melakukan kesalahan, berkonflik, berubah haluan, atau terjebak dalam hubungan rumah tangga yang toksik. Seringnya, dalam masyarakat kita, ibu  adalah sosok yang paling dekat dengan anak. Jadi ketika terjadi konflik di antara pasangan, peran ibu cukup menentukan dalam kelanjutan hubungan antara si anak dengan ayahnya. Meski sebetulnya tidak bisa digeneralisasi si ibu yang membuat anak fatherless, ada juga beberapa kasus pihak ayah yang membuat anaknya motherless.  

BACA JUGA: Father Hunger Bahkan Bisa dialami Anak yang Masih Memiliki Ayah

Teori Triangulasi

Triangulasi dalam keluarga merujuk pada pola komunikasi dan interaksi yang tidak sehat di mana konflik atau masalah antara dua anggota keluarga diatasi atau dihindari secara tidak langsung dengan melibatkan pihak ketiga -seringkali anak- secara tidak tepat. Dalam konteks orangtua, triangulasi terjadi ketika salah satu orang tua melibatkan anak dalam konflik atau perasaan negatif terhadap orangtua lainnya, menggunakan anak sebagai perantara atau untuk mendapatkan dukungan bagi posisi mereka sendiri. Dalam hal, kita sebagai ibu, pada kasus tertentu, anak kemudian diajak untuk berpihak, mendukung aliansi, ikut menyalahkan ayahnya, atau bahkan sampai membenci ayahnya, sehingga mereka membuat pilihan untuk tidak berhubungan lagi dengan ayahnya. 

Berikut 11 kesalahan ibu yang membuat anak  mengalami Fatherless

1. Tidak mengusahakan quality time antara anak dengan ayah

Bisa karena ayah bekerja jauh atau memiliki jadwal yang sibuk, waktu yang terbatas bersama anak dapat menyebabkan keterputusan hubungan emosional antara keduanya. Kadangkala quality time ini memerlukan effort lebih. Jika tidak ada upaya dari pihak ibu, quality time tidak akan terjadi.  

2. Membatasi interaksi antara ayah dan anak

Tidak memberi peran pada ayah untuk ikut terlibat dalam momen-momen penting anak, seperti acara penting di sekolah atau pentas, liburan bareng, dan seterusnya. 

3. Tidak membagi informasi tentang anak ke ayahnya

Umum terjadi, komunikasi antara ayah dan anak terkendala, atau kurang efektif. Biasanya, ibu berperan sebagai mediator atau penengah, ketika semua informasi yang tersampaikan ke ibu, kemudian tidak dibagi ke ayah, ada jembatan yang hilang antara ayah dan anak. 

4. Melakukan manipulasi emosional

Saat pihak ibu menceritakan perasaannya atau persepsinya tentang ayah secara negatif ke anak, dapat memanipulasi perasaan anak dan memengaruhi persepsinya menjadi negatif juga ke ayahnya. Hal ini dapat memengaruhi hubungan antara anak dan ayah. 

5. Menghukum pasangan dengan mengasingkan anak dari ayahnya

Dalam beberapa kasus, anak menjadi target balas dendam dan kebencian terhadap pasangan sehingga menjadikan anak sebagai ‘hukuman’ terhadap pasangan dengan menjauhkan pasangan dari anak. 

BACA JUGA: Menikah dengan Pasangan Fatherless, Perhatikan 5 Hal Ini!

6. Tidak memahami batasan

Sampai batas mana melibatkan anak dalam masalah orang dewasa, atau menugaskan mereka sebagai messenger. Misalnya, “Ngomong, gih, ke ayah, suruh beliin laptop.” 

7. Mencela atau mengkritik ayah di depan anak

Berbicara negatif tentang ayah di depan anak dapat menyebabkan anak mengembangkan perasaan negatif terhadap ayahnya dan menyebabkan hubungan yang tegang.

8. Mengurangi otoritas ayah

Jika seorang ibu merongrong keputusan atau disiplin ayah di depan anak, hal ini dapat melemahkan peran ayah sebagai figur otoritas dan menyebabkan kebingungan bagi anak.

9. Membentuk aliansi emosional

Mengajak anak untuk melawan ayah, hanya karena ego pribadi tanpa memikirkan efek jangka panjangnya.  

10. Overprotektif ke anak

Atas nama terlalu sayang pada anak sampai tidak membiarkan anak menghabiskan waktu dengan orang lain selain kita (ibunya), bahkan dengan ayahnya sekalipun. 

11. Memaksa anak berpihak

Ketika konflik tak terhindarkan atau masalah suami istri belum terpecahkan, anak dipaksa untuk memihak salah satu, ikut ibu atau ayah. 

Image dari sini