Sorry, we couldn't find any article matching ''
10 Kesalahan Orang Tua Saat Berkomunikasi dengan Anak Remaja
Berkomunikasi dengan anak remaja memang susah-susah gampang. Salah sedikit malah membuat mereka enggan terbuka dengan kita. Semoga tips ini bisa membantu.
Namanya juga remaja, seringkali, mereka belum punya kemampuan untuk melihat dari sudut pandang orang lain, masih mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan tentu saja minus pengalaman hidup. Hasilnya, remaja akan sering berkonflik dengan orang tua dan orang dewasa lainnya.
Untuk membangun skill berkomunikasi, remaja butuh waktu dan latihan. Tapi bukan hanya para remaja yang harus belajar seni berkomunikasi, orang tua pun wajib punya. Manfaatnya akan mengurangi risiko konflik, meminimalkan frustrasi, memperkuat hubungan, membuat kedua pihak sama-sama merasa didengar dan dihargai, anak jadi punya keterampilan berkomunikasi dan bergaul yang baik di luar rumah, dan memiliki kemampuan memecahkan masalah.
Baca juga: Tips Melatih Kemampuan Bersosialisasi pada Anak Remaja
Ini adalah sepuluh kesalahan orang tua saat berkomunikasi dengan anak remaja
1. Berkomunikasi dengan anak remaja tapi lebih banyak bicara daripada mendengarkan
Remaja malas mendengarkan ceramah panjang lebar. Mereka ingin dan butuh didengar. Jangan jadikan diri Anda penceramah tapi jadilah pendengar yang baik. Ketika mareka lihat Anda mau mendengarkan, mereka bakal belajar juga untuk menjadi pendengar yang baik. Lakukan diskusi dan negosiasi. Ajukan pertanyaan, dengarkan jawaban mereka, dan cari tahu mengaapa mereka menjawab seperti itu. Jangan buru-buru menawarkan solusi tapi latih dia untuk memecahkan masalahnya.
2. Ekspresi negatif
Pemilihan kata dan nada suara penting, tapi ekspresi kita jauh lebih penting. Jangan cemberut, pasang tampang kesal atau mimik meremehkan. Hindari metode interogasi. Tunjukkan ekspresi positif, beri pujian.
3. Menyepelekan masalah, pikiran, perasaan, dan pendapat mereka
Remaja belum terampil dalam memahami sudut pandang orang lain dan tidak memiliki pengalaman hidup yang sama dengan orang dewasa. Remaja kerap bersikap impulsif dan berapi-api. Seringkali bicara atau bertindak dulu, mikir belakangan. Tapi, jangan meremehkan dengan menganggap apa yang penting buat mereka, tidak penting untuk Anda. Meskipun perspektif Anda mungkin lebih realistis, menyepelekan perasaan dan ide-idenya dapat menyebabkan ia kecil hati.
4. Berkomunikasi dengan anak remaja namun tidak menyesuaikan ekspektasi
Remaja biasanya ingin mengambil lebih banyak tanggung jawab dan ingin membangun lebih banyak kemandirian. Remaja belajar pengendalian diri, pengaturan diri, batasan serta aturan perlu mengakui usia atau kemampuan mereka untuk perilaku yang bertanggung jawab. Terbuka untuk berkompromi dan menegosiasikan aturan dan batasan untuk mencerminkan pertumbuhan.
5. Menjadikan mereka musuh
Jangan terlibat dalam perebutan kekuasaan dengan anak remaja Anda. Jangan jadikan setiap percakapan sebagai pertempuran. Tentu saja, akan ada masalah di mana orang tua harus berdiri tegas terutama demi melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan anak. Jika ada konflik yang memungkinkan buat Anda dan anak remaja untuk bernegosiasi dan dapat mengurangi konflik, terbukalah untuk berkompromi. Anda mengajarkan dan memberi contoh caranya memecahkan masalah dengan jalan damai.
6. Menyalahkan mereka saat berkomunikasi dengan anak remaja
Jika anak remaja mendatangi Anda dan curhat, hindari menyalahkan mereka. Menghakimi mereka sebagai penyebab masalah akan mendorong anak menghindari Anda. Bisa jadi, mereka akan mencari orang dewasa lain untuk memberi saran terbaik. Satu lagi, hindari membela atau membenarkan perilaku orang lain dalam situasi itu. Dengarkan hingga dia lega. Setelah itu, ajukan pertanyaan-pertanyaan yang bisa membantu dia memahami mengapa orang lain melakukan tindakan A, B, atau C.
7. Gampang menghakimi
Jika Anda, tanpa diskusi langsung bilang tidak atau menolak permintaannya, anak remaja Anda bakal langsung shut down. Hindari bilang “Kamu” yang terkesan negatif dan menghakimi. Bisa-bisa dia malah defensif. Alih-alih, gunakan pernyataan “Mama/ Papa” untuk mengomunikasikan apa yang Anda pikirkan dan rasakan tanpa menyalahkan anak remaja Anda.
8. “Mengurus” masalah mereka
Sudah jadi naluri orang tua untuk melindungi dan jika perlu mengatasi semua masalah anak, tetapi itu bisa menjadi sumber masalah baru. Miliki empati, tetapi jangan menjadikan masalah anak Anda sebagai masalah Anda untuk segera diselesaikan. Intervensi yang Anda lakukan untuk “memperbaikinya”, dapat menyebabkan remaja percaya bahwa dia nggak mampu menyelesaikan masalah mereka dan niat baik Anda untuk membantunya malah akan dianggap sebagai upaya untuk mengendalikan hidupnya. Bantu mereka memilih beberapa solusi dengan risikonya masing-masing.
9. Tidak menghargai anak remaja
Anak remaja juga manusia. Mereka butuh dihargai. Perhatikan isi dan nada bicara serta sikap Anda. Tunjukkan respek dan dia akan melakukan hal yang sama. Bahkan jika anak remaja Anda tidak sopan, jangan keburu tersinggung. Tahan emosi. Lain waktu, dekati anak dan sampaikan betapa Anda terluka dengan sikapnya, dengan begini Anda sudah mengajarnya caranya memperlakukan orang lain dengan hormat dalam setiap kesempatan.
Hal yang Harus Dihindari:
- Menaikkan nada suara, membentak, dan/atau berteriak
- Membuat komentar sarkastik atau negatif
- Menolak secara verbal atau dengan bahasa tubuh
- Mengkritik dan/atau menyalahkan
- Menolak untuk berkompromi atau bernegosiasi
- Mem-bully dan memotong perkataan anak remaja Anda
- Melakukan hal-hal lain ketika anak remaja Anda mengajak Anda bicara
- Berbicara kepada anak remaja Anda seperti anak kecil
- Melanggar privasinya
10. Mau ngobrol dengan anak hanya di waktu senggang
Ini patut diingat: sebagian besar remaja cenderung lebih terbuka ketika merekalah yang memulai percakapan. Ini adalah momen terbaik. Jadi, alih-alih memotong ucapannya dengan bilang, “Besok malam aja ya ngobrolnya pas Mama/ Papa waktunya senggang”, sambut keinginannya buat bicara.. Berikan waktu Anda dan jangan kelihatan Anda sangat terpaksa melakukannya.
Sumber artikel dari sini
Share Article
COMMENTS