Sorry, we couldn't find any article matching ''
13 Cara Membuat Anak Remaja Mau Bicara Terbuka, Yuk Terapkan!
Bingung bagaimana cara bikin anak remaja mau bicara terbuka tanpa paksaan? Simak dan terapkan beberapa cara berikut ini yuk, Mommies!
Memasuki usia remaja, sebagian besar remaja enggan untuk menceritakan pengalaman dan kejadian sehari-hari pada orang tuanya. Kondisi ini berbeda dengan pada saat anak masih kecil yang suka menceritakan apa pun pada orang tua, bahkan tanpa diminta.
Sebelum menyalahkan anak mengapa semakin tertutup, orang tua juga perlu menyadari mungkin ada beberapa hal yang tidak disadari pernah dilakukan pada anak remaja yang kemudian membuat si anak remaja jadi enggan dan tertutup. Atau mungkin, anak remaja merasa ia sudah mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya sendiri.
Ada banyak alasan mengapa hal ini bisa terjadi. Sehingga, komunikasi yang baik antara orang tua dan anak perlu diterapkan dengan baik bahkan sebelum anak memasuki usia remaja.
BACA JUGA: 9 Kesalahan Orang Tua Saat Membesarkan Anak Balita, Nomor Tiga Paling Sering Terjadi
Cara agar anak remaja mau terbuka pada orang tua
Melansir dari Understanding Teenagers, ada beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua agar anak mau bicara terbuka.
1. Dengarkan
Alasan nomor satu anak remaja tidak mau bicara terbuka pada orang tuanya adalah karena mereka merasa orang tua mereka tidak pernah mendengarkan. Orang tua sering mencari kata-kata yang dirasa bisa meyakinkan anak remajanya untuk bisa bicara dengan mereka, namun menurut ahli, tanggapan ini dapat dimengerti tetapi kontra produktif.
Jika Mommies ingin anak remaja berbicara terbuka, cobalah beri mereka kesempatan untuk bicara. Lalu, sebagai orang tua cobalah untuk berhenti bicara sejenak. Apabila terjadi keheningan, tidak apa-apa.
Mendengarkan anak remaja bicara juga bukan berarti orang tua menunggu giliran bicara atau malah diam-diam sudah merumuskan dalam hati apa saja yang akan dikatakan. Namun, mendengarkan dengan sungguh-sungguh berarti mencoba untuk sepenuhnya menghargai apa yang anak ingin ungkapkan dan alami.
2. Ajukan pertanyaan yang membantu
Memberikan pertanyaan yang membantu Mommies sebagai orang tua untuk mendapatkan pemahaman yang lebih tentang apa yang sedang dibicarakan anak remaja. Ini juga akan mendorong anak remaja untuk berbagi lebih banyak mengenai cerita yang ingin mereka bagikan.
Jangan langsung bertanya “Kenapa?” atau “Mengapa?” saat pertama kali merespon cerita mereka. Jika begitu, anak remaja dapat menempatkan diri mereka dalam mode defensif dan membuat mereka perlu membenarkan atau menjelaskan dirinya sendiri. Kondisi ini bisa jadi akan sulit karena tidak semua anak remaja memiliki sifat komunikatif. Alasan lain menggunakan kata tanya ini bisa menjadi kontra produktif karena anak merasa harus mencari alasan mengenai apa yang terjadi.
Akan jauh lebih baik jika Mommies mulai mengajukan pertanyaan yang mendorong untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi. Misalnya, coba ajukan pertanyaan yang dimulai dengan “Apa”, “Kapan”, “Siapa”, atau “Bagaimana”.
3. Fokus pada kepentingan anak remaja
Bicarakan pada anak remaja mengenai hal-hal yang penting bagi mereka. Seperti, bertanya tentang musik yang mereka suka, game yang mereka mainkan, dan olahraga yang mereka ikuti. Lebih baik lagi, jangan hanya sekadar bertanya, tapi terlibatlah secara aktif dalam melakukan hal-hal yang disukai anak remaja.
Mommies juga tidak perlu berbohong pada anak jika tidak suka, tapi cobalah untuk meluangkan waktu untuk berusaha menghargai apa yang disukai dan tidak disukai anak remaja tentang hal-hal tertentu. Minta anak remaja untuk menunjukkan cara mereka melakukan sesuatu yang mereka suka. Puji mereka atas pengetahuan dan kemampuan mereka di bidang tertentu. Gunakan kondisi ini untuk memulai percakapan setelah mereka selesai melakukan kegiatannya.
4. Punya waktu one on one
Kesibukan yang dimiliki orang tua dan anak remaja membuat waktu berkualitas sulit dimiliki. Jika memungkinkan, cobalah untuk menjadwalkan waktu khusus dengan anak remaja. Tidak harus setiap minggu, bisa juga setiap bulan sekali.
Banyak kegiatan yang bisa dilakukan, coba diskusikan bersama anak. Waktu one on one bersama anak remaja ini dapat memperkuat hubungan antara Mommies dan anak remaja, serta dapat menciptakan ruang untuk terjadinya komunikasi yang baik.
5. Ada untuknya
Anak remaja tidak sering meminta hal penting pada orang tua. Namun terkadang, hampir tidak terelakkan ketika anak remaja ingin berbicara pada orang tuanya pada waktu yang tidak nyaman bagi orang tua. Saat-saat seperti inilah orang tua punya pilihan, apakah akan ada untuk anak remaja dan tunda rencana yang sudah ada, atau tunda kehadiran untuk anak remaja dan lanjutkan apa yang sudah direncanakan.
Jika apa pun yang sudah direncanakan dapat dilakukan di waktu lain, pertimbangkan untuk mendengarkan anak remaja. Karena anak remaja mungkin tidak mau meminta lagi ketika orang tua menundanya. Sebab, terkadang ada hal-hal yang tidak dapat ditunda. Jika ini terjadi, pastikan untuk menghubungi anak remaja sesegera mungkin saat semua urusan Mommies sudah selesai.
6. Terhubung setiap hari
Cobalah untuk menjalin hubungan dengan anak remaja setiap hari. Bahkan jika hanya untuk waktu yang singkat, terhubung dengan anak remaja setiap hari dapat membuat anak remaja yakin bahwa Mommies ada untuknya dan peduli dengannya.
Jika rutinitas sibuk dan padat, pastikan untuk mengucapkan selamat malam dan menanyakan tentang bagaimana harinya. Namun apabila tidak sempat, cobalah untuk bertanya dan terhubung kembali di pagi harinya.
BACA JUGA: 10 Hal yang Bisa Membunuh Rasa Percaya Diri Anak
7. Ceritakan juga tentang diri sendiri
Alih-alih menghujani anak remaja dengan pertanyaan tentang apa yang terjadi pada mereka, cobalah untuk bagikan juga cerita hari ini pada anak remaja. Namun, bagikan hanya yang ringan-ringan saja. Jangan lakukan hal ini dengan harapan anak remaja akan merespon dengan minat yang baik dan kemampuan mendengarkan secara aktif, serta jangan bagikan apa pun cerita berat yang belum siap ditangani oleh anak remaja.
8. Jangan bajak percakapan
Pembajakan percakapan dapat terjadi ketika orang tua menangkap apa yang diceritakan anak remaja kemudian malah menceritakan tentang pengalaman orang tua sendiri. Hmm, seperti tidak mau kalah dengan cerita anak ya. Ketika hal ini dilakukan, percakapanbisa jadi selesai dan enggan untuk dilanjutkan oleh anak remaja. Sehingga, pikirkan dulu sebelum membajak cerita anak ya, Mommies.
9. Jangan memperbesar sesuatu
Ketika menyangkut reaksi orang tua, kebanyakan remaja cenderung lebih memilih pendekatan yang lebih minimalis. Memang menyenangkan saat anak remaja mampu mengungkapkan apa yang dirasakannnya pada orang tua, tapi sebaiknya cobalah untuk sedikit menyembunyikan reaksi. Tidak perlu membesarkan sesuatu dengan terlalu senang atau pun marah yang tidak perlu.
10. Jangan menginterogasi
Tidak ada yang suka diinterogasi. Jika Mommies cenderung membombardir anak remaja dengan pertanyaan tanpa henti setiap ia membagikan atau menceritakan sesuatu, jangan kaget kalau pada akhirnya anak remaja berhenti untuk berbagi. Apabila ingin membuat anak remaja selalu membagikan ceritanya, cobalah untuk berlatih “mendengarkan secara aktif” dan memberikan komentar pengertian dan empati.
11. Jangan selalu menilai
Memang, terkadang kelakuan anak remaja bisa bikin orang tua kesal. Jangan langsung mengkritik, menyampaikan ketidaksetujuan, mengoreksi, bahkan menilainya buruk. Coba untuk memandang sesuatu secara positif terlebih dulu dalam percakapan sehari-hari dengan anak remaja.
12. Jangan termakan umpan
Akan ada saatnya anak remaja mencoba membuat orang tua bereaksi dengan cara tertentu yang biasanya negatif. Dengan termakan umpan seperti ini, anak remaja bisa mengatakan bahwa orang tuanya tidak memahaminya dan selalu membentaknya. Jika terus terjadi, kondisi ini bisa semakin membuat anak remaja malas berkomunikasi dengan orang tua.
Sebaiknya coba perhatikan pola perilaku remaja atau kata-kata yang digunakannya sehingga membuat orang tua marah. Setelah memahami bagaimana cara anak remaja mendekati orang tua dengan cara negatif, cari cara untuk mengabaikannya dengan baik.
13. Pilih momen
Cari tahu kapan waktu yang tepat dan harus berbicara dengan si anak remaja. Hal ini berguna untuk meningkatkan peluang memulai percakapan. Seperti saat di dalam mobil, saat akan tidur, saat melakukan aktivitas tertentu, saat bersantap santai, dan terutama saat anak remaja siap.
BACA JUGA: 11 Kebohongan yang Sering dilakukan Ibu, Anda Pernah?
Cover: Photo by Kindel Media on Pexels
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS