Anak mencontek biasanya mereka paham itu salah. Lantas kenapa mereka tetap melakukannya? Ini Alasannya.
Jika Anda tanya ke anak usia berapa pun, apakah mencontek diperbolehkan, sebagian besar pasti menjawab, “Tidak boleh!” Namun, menurut survei terbaru International Center for Academic Integrity di Amerika Serikat terhadap total 70.000 siswa di beberapa kampus universitas dan sekolah menengah, hasilnya:
1. Kurang paham dengan definisi mencontek
Anak mungkin tidak sepenuhnya memahami apa yang dianggap mencontek, baik dalam hal plagiarisme maupun tugas kelompok versus tugas individu.
2. Kebutuhan untuk menolong orang lain
Beberapa anak merasa berkewajiban untuk membantu temannya, baik karena tekanan teman sebaya atau karena yang ditolong adalah sahabat, kakak, atau adiknya. Ketika bantuan ini melanggar aturan, itu bisa dianggap curang, termasuk berbagi jawaban ujian, menyelesaikan pekerjaan rumah orang lain sebagai bantuan atau diberi bayaran, dan jenis kecurangan kolektif atau kontrak lainnya.
3. Kebiasaan belajar yang buruk
Beberapa anak belum mengembangkan kebiasaan dan semangat belajar yang kuat, sehingga tertinggal di kelas dan merasa perlu mencontek.
4. Tugas dengan risiko tinggi
Persaingan untuk mendapatkan nilai adalah alasan utama seorang anak mencontek, terutama ketika dia khawatir nilai ujian atau tugas tertentu yang sedang ia kerjakan bakal buruk.
5. “Anak-anak lain juga mencontek kok”
Anak mungkin terpengaruh oleh tekanan teman sebaya dan merasa tidak apa-apa bagi mereka untuk mencontek karena orang lain juga melakukannya dan tidak ketahuan.
6. Yang penting nilai bagus bukan cara belajar yang benar
Anak tidak memahami arti sebenarnya dari pembelajaran atau penguasaan suatu mata pelajaran, yang penting dapet nilai bagus. Jika mereka tidak memiliki keinginan untuk mempelajari suatu mata pelajaran, pemahaman terhadap materi pelajaran menjadi kurang penting dibandingkan nilai yang diterima siswa.
7. Tidak memiliki hubungan baik dengan para guru atau instruktur
Anak yang merasa mereka tidak memiliki hubungan baik dengan gurunya cenderung gampang mencontek.
8. Yakin nggak akan ketahuan
Beberapa anak percaya bahwa mereka dapat mencontek dan tidak akan ketahuan sehingga mereka tidak akan mengalami dampak atau hukuman apa pun atas perbuatan salah mereka.
Baca juga: Kita Juga Pernah Menyontek, Bagaimana Jika Anak yang Melakukannya?
1. Tanyakan kepada anak Anda mengapa mereka mencontek
Jawaban anak dapat membantu Anda memberi tanggapan yang benar. Misalnya, jika anak berbuat curang karena ingin menyenangkan Anda, ini memberi Anda kesempatan untuk memberi tahu bahwa menang atau mendapatkan nilai bagus tidak sepenting usaha terbaik yang telah dia lakukan.
2. Beri anak Anda kesempatan untuk berlatih
Misalnya, Anda dapat bermain game bersama keluarga agar anak dapat belajar tentang kemenangan dan kekalahan.
3. Puji usaha anak
Tentang tugas sekolah, Anda dapat memberi tahu anak bahwa apa yang mereka pelajari dan seberapa keras mereka berusaha lebih penting daripada mendapatkan nilai tertinggi. Tentang olahraga atau permainan, Anda bisa fokus membantunya bersenang-senang, daripada soal siapa yang menang atau kalah.
4. Jadilah panutan
Misalnya, jika Anda bermain game atau olahraga bersama keluarga dan Anda kalah, Anda dapat bereaksi positif untuk menunjukkan kepada anak cara berkompetisi yang baik. Anda bisa berkata, ‘Terima kasih, Mama dan Papa senang bisa main bersama kalian. Nggak apa-apa kalah, yang penting kami sudah berusaha”. Ini akan membantu anak belajar bahwa tidak selalu menang itu nggak apa-apa kok.
5. Periksa harapan Anda
Terkadang harapan orang tua bisa terlalu tinggi untuk kemampuan anak. Menekan anak untuk mencapai nilai tinggi atau berprestasi dalam olahraga dan pendidikan dapat mendorongnya berbuat curang.
6. Cobalah berbagai aktivitas
Mencoba sesuatu yang baru memberi anak kesempatan untuk menemukan hal-hal yang dapat mereka lakukan dengan baik dan nikmati. Ini juga dapat membantu mengembangkan keterampilan baru, membangun kepercayaan diri dan harga diri.
7. Gunakan percakapan sehari-hari
Gunakan percakapan ringan untuk mengingatkan anak tentang pentingnya bersikap adil, bahkan saat bermain. Misalnya, jika Anda menonton olahraga di TV, Anda dapat berkomentar tentang betapa kurang menyenangkannya menonton pertandingan jika para pemainnya curang.
8. Hindari memberi label “Si Curang” kepada Anak
Ini dapat menyebabkan dia melakukan lebih banyak kecurangan. Artinya, jika anak Anda percaya bahwa dirinya adalah si Curang, mereka akan terus berbuat curang.
9. Cari bantuan profesional
Jika mencontek terus menjadi masalah dan anak Anda cukup besar untuk memahami apa yang mereka lakukan, ini saatnya Anda cari bantuan ke konselor sekolah atau psikolog.