Sorry, we couldn't find any article matching ''
Pikiran Negatif yang Berbahaya untuk Anak, Orang Tua Perlu Beri Bantuan!
Ada sederet pikiran negatif yang sangat berbahaya untuk tumbuh kembang anak-anak di masa depan, dan orang tua perlu tahu untuk bisa beri bantuan terbaik!
Pikiran adalah “senjata terhebat” yang kita miliki, sekaligus bisa menjadi “senjata mematikan” jika tidak dikelola dengan baik. Itu karena pikiranlah yang mengatur aspek mental dan fisik seseorang, termasuk pada anak-ana.
Jadi, sangat penting bagi kita sebagai orangtua untuk mencegah aneka pemikiran berbahaya muncul di kepala anak, agak tidak mengganggu proses tumbuh kembang dan pembentukan karakternya di masa depan.
BACA JUGA: 10 Kesalahan Orang Tua yang Membuat Anak Sulit Berkembang
Pikiran Negatif yang Berbahaya untuk Anak
Dilansir dari All Pro Dad, berikut ini lima pikiran negatif yang berbahaya dan sebaiknya dihindari anak.
1. Tidak ada yang menyukai saya
Ada masanya ketika kita merasa tidak memiliki teman dekat yang memahami kita, bahkan ada masanya juga merasa tidak memiliki teman sama sekali. Hal tersebut tentu menyakitkan, apalagi untuk anak-anak.
Mereka dapat merasa ditinggalkan atau “dibuang” dari lingkungan dan teman-temanya. Namun, tugas kita sebagai orangtua untuk memberi pengertian dan pemahaman bahwa menemukan teman yang tepat, dapat mengerti, dan menerima kita, memang terkadang memerlukan waktu yang tidak sebentar. Karena jika mereka terus menerus berpikir negatif itu dapat membuat kepercayaan dirinya jadi rendah.
2. Saya tidak menyukai diri saya
Masa remaja dan sekolah menengah dapat menjadi masa-masa penuh pergulatan, karena di saat-saat itulah biasanya anak mencari dan berusaha menemukan identitas dan jati dirinya. Sementara itu, di saat yang sama mereka seringkali mendapatkan perlakuan dan perkataan yang kurang baik atau kurang empati dari rekan sebaya. Ketika pikiran “Saya tidak menyukai diri saya sendiri”, dipupuk dan diyakini, hal itu dapat merugikan diri, bahkan terkadang dapat mengarah ke sikap menyakiti diri sendiri.
Meskipun pendapat teman-temannya sangat kuat dan dipercaya oleh anak kita, lakukan yang terbaik untuk sering-sering menegaskan ke anak bahwa mereka berharga dan kita menyayangi mereka apapun yang terjadi.
Cobalah juga untuk menemukan hal baik yang dapat kita apresiasi, sekecil apapun itu. Selain itu, ingatkan juga bahwa Tuhan menciptakan mereka secara luar biasa, dan tidak ada “produk gagal” yang diciptakan Tuhan, walaupun terkadang memerlukan waktu untuk kita menemukan bakat atau hal luar biasa di diri kita.
3. Saya ingin menjadi orang lain
Terkadang, hidup terlihat lebih mudah bagi anak-anak yang secara fisik menarik, berkepribadian dinamis, atau yang keluarganya memiliki uang. Namun, hal yang paling didambakan anak-anak sebenarnya adalah perhatian, dan ketika mereka tidak mendapatkannya, mereka merasa tidak dicintai, tidak penting, dan sendirian. Sementara itu, ada anak-anak yang mendapat banyak perhatian, dan dapat dimengerti jika anak-anak lain berpikir bahwa mereka perlu menjadi seperti anak tersebut untuk mendapatkan perhatian yang diharapkan.
Ingatkan anak secara konsisten bahwa setiap manusia diciptakan dengan bakat, kepribadian, karakter, dan misi yang berbeda dalam hidup. Dengan kita berharap menjadi orang lain, terkadang kita malah kehilangan momen dan pencapaian terbesar dalam hidup yang sebenarnya diciptakan untuk kita.
4. Saya bodoh
Pemikiran ini adalah salah satu yang paling sering terjadi. Ketika anak melihat teman berprestasi lebih baik di sekolah, mereka berpikir bahwa mereka bodoh. Kenyataannya adalah kita semua belajar dengan cara yang berbeda dan memiliki berbagai bakat.
Hanya karena seseorang berjuang di lingkungan akademik bukan berarti mereka bodoh. Pemikiran seperti ini bisa membuat anak merasa kalah dan menyerah, yang akhirnya menghambat usaha, dan mempengaruhi sikap dan karakternya, termasuk dalam menghadapi tantangan dan cara menyelesaikan masalah dalam hidup.
Ajaklah anak mengobrol dan berbagi cerita dengan mereka tentang orang-orang terkenal yang berjuang di sekolah, seperti Thomas Edison, Pablo Picasso, dan Steven Spielberg. Walaupun mereka berjuang di sekolah, tetapi dengan determinasi, kerja keras, dan sikap pantang menyerah, mereka dapat sukses di kemudian hari.
Pencapaian akademik memang penting tapi bukan satunya-satunya penyebab kesuksesan seseorang, sebab kestabilan mental dan emosi, skill adaptasim dan tingkah laku yang baik juga sama pentingnya, atau malah lebih penting sebagai modal dasar kehidupan di masa depan.
5. Saya tidak mampu
Inilah kenyataannya: Mereka mungkin tidak dapat melakukannya. Namun tidak seharusnya mereka memiliki pemikiran negatif dan sikap menyerah dari awal. Pernyataan seperti ini biasanya diucapkan karena takut gagal, sementara anak-anak kita memiliki banyak tekanan untuk bisa sukses dan berhasil. Contohnya, orang tua biasanya marah jika anak tidak masuk ke sekolah yang tepat, seolah-olah hidup mereka akan hancur, dan sikap ini menular ke anak.
Padahal sebenarnya yang menghancurkan adalah bukan kesalahan yang mereka buat, tapi ketakutan akan kegagalan itu sendiri. Kegagalan adalah salah satu guru terbaik, dan inovasi terbesar dalam sejarah datang dari daftar panjang kegagalan. Pastikan anak mengetahui dan memahami konsep tersebut.
Walaupun mungkin pada akhirnya mereka tidak dapat melakukannya, jangan lupa beri tahu mereka untuk bersenang-senang serta menikmati dan menghargai semua proses karena banyak pengalaman berharga di setiap usaha mereka, dan selalu berikan upaya terbaik agar menjadi kepuasan mereka.
BACA JUGA: Dampak Buruk Orang Tua Bertengkar di Depan Anak untuk Tumbuh Kembang di Kecil
Cover: Freepik
Share Article
COMMENTS