Kesalahan orang tua bisa terjadi tanpa kita sadar, dan salah satunya bisa berdampak pada membuat anak sulit berkembang.
Simak penjelasan dari Febrizky S.Psi, M.Si, Parenting & Sex Educator tentang kesalahan orang tua dalam pola asuh yang dapat memengaruhi tumbuh kembang anak.
Seringkali orang tua tidak menganggap penting perilaku anak karena dirasa “namanya juga anak-anak.” Padahal perilaku anak tergantung dari penanganan orang tua. Tantrum yang merupakan fase normal untuk semua anak, jika penanganannya kurang tepat, maka akan menimbulkan masalah perilaku yang serius di kemudian hari. Cobalah untuk tidak menganggap enteng perilaku anak, karena apa pun perilaku anak jika tidak ditangani dengan tepat oleh orang tua, dapat menimbulkan gangguan perilaku di kemudian hari.
Orang tua yang meremehkan masalah, yang terjadi pada anak-anak mereka mungkin secara tidak sengaja justru kehilangan informasi penting, seperti anak mereka sedang berjuang melawan depresi atau penggunaan narkoba. Di sisi lain, melebih-lebihkan biasanya berasal dari perasaan cemas yang menyebabkan orang tua mengekang anak. Ketika orang tua meremehkan masalah, mereka berpotensi melemahkan emosi anak mereka dan secara tidak sengaja mengajari mereka untuk menghindari masalah.
Orang tua yang menerapkan ekspektasi yang terlalu tinggi memberikan beban besar bagi anak. Akibatnya mereka terbiasa menjadi people pleaser, mengorbankan diri sendiri demi kebahagiaan orang lain. Seringkali anak-anak dengan harapan yang tidak realistis tumbuh sebagai anak yang kurang bahagia karena selalu berusaha memenuhi ekspektasi orang lain khususnya orang tua, bahkan meningkatkan risiko depresi. Orang tua perlu tau mana batasan kemampuan anak yang realistis dan tidak. Terlebih lagi apakah harapan orang tua relevan dengan minat anak.
Baca juga: 9 Kalimat yang Tidak Boleh dikatakan kepada Anak laki-laki!
Orang tua yang tidak konsisten menggunakan pola disiplin yang berbeda-beda pada anak dari waktu ke waktu dan berbeda pandangan dengan pasangan mengenai pengasuhan anak. Akibatnya anak akan bingung dalam berperilaku dan menimbulkan masalah perilaku, karena perilaku anak terbentuk dari rangkaian konsekuensi yang diterapkan oleh orang tua.
Yang bisa dilakukan orang tua adalah:
Menurut Maccoby & Martin (1983), orangtua yang menerapkan rendahnya kontrol terhadap anak-anak mereka terbagi menjadi dua: yakni permisif dan uninvolved parent. Pola asuh permisif ditandai dengan tingginya kehangatan dan rendahnya kontrol. Gaya asuh ini digambarkan dengan orang tua yang sangat terlibat, hadir, dan bertanggung jawab terhadap anaknya, namum mereka sedikit menerapkan tuntutan atau aturan kepada anak. Orang tua mendidik anak dengan membiarkan mereka melakukan apa yang mereka mau dan inginkan. Dengan kata lain, ini dapat disebut dengan gaya asuh yang memanjakan. Apa pun yang diminta anak selalu berusaha dipenuhi tanpa konsekuensi dan pertimbangan yang matang. Bagi orang tua tipe ini, hal yang paling penting adalah terpenuhinya kebutuhan anak mereka, bukan terpenuhinya keinginan orang tua.
Gaya asuh uninvolved dicirikan dengan rendahnya warmth (kehangatan) dan rendahnya kontrol. Bagi orang tua tipe ini, aspek-aspek kehidupan, seperti pekerjaan, karier, ataupun kekayaan merupakan hal yang lebih penting ketimbang anak mereka sendiri (Santrock, 2018). Orang tua tipe ini cenderung tidak mencukupi kebutuhan anaknya, baik kebutuhan biologis maupun psikis. Berbanding terbalik dengan permisif, orang tua jenis ini cenderung mengabaikan kebutuhan anaknya baik psikis maupun psikologis.
Dalam buku “Setting Limits with Your Strong-Willed Child”, penulis Robert MacKenzie menggambarkan perlawanan dari orang tua sebagai “family dancing”, di mana Anda bisa terjebak dalam pola komunikasi yang merusak. Ini bukan tentang perkelahian fisik dengan anak Anda. Melawan balik bisa berarti balas marah-marah, saling membentak, debat kusir, dan silent treatment. Alih-alih menghentikan perilaku bermasalah, melawan balik akan membuat Anda secara tidak sengaja mendukung perilaku yang justru ingin Anda hentikan.
Anak-anak melihat orang tua mereka sebagai model. Karena anak-anak paling sering berurusan dengan orang tua mereka, maka menjadi teladan sangatlah penting. Menjadi panutan yang baik juga memungkinkan anak-anak belajar keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain secara positif, dan bagaimana orang tua mereka menyelesaikan masalah dengan cara yang sehat.
Meskipun ada beberapa situasi di mana orang tua harus membantu anak mereka menghadapi konflik, selalu turun tangan menyelesaikan masalah membuat anak tidak belajar bagaimana menghadapi orang lain. Dengan anak kecil, orang tua harus mencontohkan bagaimana menangani konflik, berani bersikap tegas, dan membela diri mereka sendiri. Tetapi ketika anak-anak bertambah besar, orang tua harus secara bertahap mendorong mereka lebih berani menyelesaikan problemnya.
Anak-anak yang selalu diselamatkan orangtuanya tidak memiliki rasa tanggung jawab karena merasa orang lain yang akan menerima konsekuensi dari kesalahan yang ia lakukan. Ia bisa tumbuh menjadi anak yang sulit berkomitmen, tidak mandiri, tidak bertanggung jawab, victim blaming atau terbiasa menyalahkan orang lain. Hal ini tentu dapat mengganggu kehidupan sosial hingga kehidupan dewasanya kelak. Biarkan anak menerima konsekuensi atas perilaku dan kelalaiannya sendiri agar anak belajar bertanggung jawab dan mengembangkan perilaku yang mandiri.
Saat mendengarkan anak, Anda memvalidasi pikiran dan perasaan mereka. Mendengarkan juga menunjukkan kepada anak bahwa mereka penting bagi Anda dan membantu membangun hubungan yang lebih kuat. Mendengarkan anak dengan penuh perhatian membantu mereka mengembangkan konsep diri yang sehat serta menunjukkan kepada mereka bahwa mendengarkan orang lain itu penting. Ketika orang tua tidak mendengarkan, anak-anak akan merasa diabaikan dan memiliki masalah dengan harga dirinya.
Sumber foto dari sini