banner-detik
DAD'S CORNER

Pelajaran Hidup dari Abimana Aryasatya, Tentang Keluarga, Pembuktian Diri hingga Pernikahan

author

fiaindriokusumo14 Jun 2023

Pelajaran Hidup dari Abimana Aryasatya, Tentang Keluarga, Pembuktian Diri hingga Pernikahan

Abimana Aryasatya, menikah di usia muda karena ingin memiliki keluarga dan merasakan makan bersama keluarga. Hal yang tak pernah ia dapat di masa kecilnya. Apa saja pelajaran hidup yang ternyata banyak sekali bisa kita ambil dari seorang Abimana? Ini dia daftarnya.

Dalam serial terbarunya yang dimainkan bersama Jessica Mila, Marriage with Benefits, Abimana berhasil membuat banyak orang takjub dengan tampilannya yang semakin tua semakin keren. Walau sudah membintangi banyak film, FTV hingga series, di balik nama besarnya sebagai aktor, bagi Abimana eksistensi yang paling penting dalam hidupnya adalah, sebagai seorang suami dan seorang ayah. 

Namun, menyoal Abimana tak sekadar nama besar di dunia akting atau wajah tampan di deretan foto-foto fashion. Ada banyak  hal lain yang ternyata bisa kita pelajari dari seorang Abimana Aryasatya.

Apa saja pelajaran hidup dari Abimana Aryasatya?

1. Ubah trauma masa lalu menjadi pemicu untuk menciptakan masa depan yang lebih baik

Lahir dan besar sebagai anak tunggal, di tengah-tengah keluarga yang bisa dikatakan tidak harmonis dan memiliki trust issue terhadap pernikahan, Abimana memberanikan diri menikah di usia 19 tahun hingga kini memperoleh empat orang anak dari pernikahannya dengan sang Istri yang akrab dipanggil Inong.  Pengalaman masa kecilnya yang tidak seindah wajahnya membuat Abimana bertekad untuk memiliki hubungan pernikahan yang berhasil dan keluarga yang bahagia. Satu hal pasti dia tidak ingin anak-anaknya kelak merasakan apa yang dia alami di masa kecil. 

2. Orang lain tidak perlu menjadi korban dari masa lalu kita yang tidak indah

Sempat hilang arah, merasa tidak punya keluarga, merasa tidak memiliki figur orang tua yang tepat, malah membuat Abimana berjanji untuk tidak menyakiti istri serta anak-anaknya. Karena Abimana tahu bahwa mereka tidak bertanggung jawab terhadap trauma masa lalunya. 

3. Tidak perlu terus menerus memberi pembuktian ke orang lain 

Trauma masa lalu membuat Abimana berusaha terlalu keras menciptakan keluarga yang sempurna di awal-awal pernikahannya. Ingin menjadi suami yang baik, ingin menjadi ayah yang sempurna, ingin membuat keluarga yang tanpa cela. Hingga akhirnya Abimana sadar, keinginan untuk terus membuktikan diri ke orang-orang di sekitarnya bahwa dia tidak akan gagal hanya membuat dirinya lelah dan membuat orang-orang di sekitarnya tidak nyaman. 

4. Selalu  ingat bahwa apa yang kita lakukan itu dampaknya ke orang banyak

Abimana tidak pernah janji apapun pada istri selain akan selalu setia pada janji saat menikah. Ia percaya bahwa apapun yang kita lakukan impact-nya akan ke keluarga terutama istri dan anak-anak, baik yang positif maupun yang negatif. Pemikiran seperti ini membuat Abimana bertumbuh menjadi manusia yang lebih tidak egois. 

5. Menciptakan ruang diskusi bersama istri dan anak

Sesederhana ketika ada tawaran film, maka Abimana akan berdiskusi dengan istri dan anak-anaknya. Sebesar apa pun keinginan Abimana untuk mengambil sebuah peran, jika anak atau istrinya tidak setuju dengan memberi alasan yang masuk akal,  maka dia tidak akan menerimanya.

Sumber dari youtube Ussy dan Andhika

Lantas, bagaimana kalau bicara tentang parenting, pengasuhan dan keterlibatannya sebagai seorang ayah maupun hubungannya dengan sang Istri?

1. Selain minim gossip, laki-laki berusia 40 tahun ini juga sepakat bersama sang Istri untuk tidak terlalu sering memposting foto anak-anaknya untuk menghindari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, mem-posting foto anak ke social media hanya akan mereka lakukan jika sang anak tidak keberatan. 

2. Tidak ada pembagian tugas khusus antara Abimana dan istrinya. Walau memang waktu di rumah tentu lebih sedikit dibanding sang istri, namun jika istri sedang tidak di rumah, Abimana tidak bingung dengan tugas apa saja yang harus dilakukan, karena komunikasi mereka memang lancar berkaitan dengan pola asuh maupun tentang yang lainnya. 

3. Guilty feeling muncul ketika dia harus pergi kerja, jauh dari rumah dan keluarga selama berminggu-minggu. Namun seraya anak-anak semakin besar mereka tentu saja semakin mengerti risiko pekerjaan ayahnya. Jadinya dia malah merasa bersalah jika tidak mendapat pekerjaan, karena artinya dia tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga.

4. Selalu berusaha memperlakukan semua anak sama pada tahapan-tahapan usia mereka, mereka tidak akan mendapat perlakuan yang berbeda dengan saudara-saudaranya dalam tahapan usia yang  sudah atau akan mereka lalui, adalah salah satu cara Abimana untuk bersikap adil pada empat anaknya.

5. Bagaimana agar anak merasa nyaman untuk bercerita apa saja kepada dirinya dan istri adalah salah satu kekhawatiran yang ia rasakan ketika memiliki anak remaja. Itulah kenapa dia dan istri selalu mengutamakan komunikasi sejak anak-anak masih kecil. Kekhawatiran berikutnya adalah khawatir jika tidak bisa memberikan banyak memori baik pada anak-anak. 

6. Sebagai sosok suami yang jauh dari kata mesra, Abimana lebih mementingkan hubungan yang solid dan kuat bersama istrinya.

7. Jika harus menilai sosok dirinya sendiri sebagai seorang ayah, Abimana merasa bahwa dia adalah sosok ayah yang masih perlu banyak belajar. 

Artikel pertama 

Share Article

author

fiaindriokusumo

Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan