Sorry, we couldn't find any article matching ''
Dampak Pubertas Dini Pada Anak
Anak yang mengalami pubertas lebih awal bisa berisiko memiliki tubuh lebih pendek di kemudian hari. Kenali gejala dan dampak pubertas dini pada anak.
Pubertas pada umumnya terjadi pada anak di antara usia 8 dan 13 tahun pada anak perempuan, dan antara usia 9 dan 14 tahun pada anak laki-laki. Pubertas yang terjadi sebelum waktunya disebut sebagai pubertas dini. Pada kondisi ini, seorang anak mengalami perubahan menjadi tubuh dewasa terlalu cepat. Pubertas dini termasuk kondisi yang cukup langka. Sekitar 1 dari 5.000 anak mengalaminya.
Gejala Pubertas Dini
Tanda-tanda pubertas dini dan pubertas normal itu sama, namun terjadi pada waktu yang berbeda.
Pada anak perempuan, gejala pubertas terjadi di bawah usia 8 tahun. Biasanya dimulai dengan payudara yang mulai tumbuh, diikuti dengan menstruasi sekitar 2-3 tahun setelahnya.
Sementara pada anak laki-laki, testis, penis, dan skrotum mulai tumbuh sebelum usia 9 tahun. Suara berubah menjadi lebih berat.
Selain gejala fisik, anak juga dapat mengalami perubahan emosi seperti lebih moody atau lebih agresif.
Apa Penyebabnya?
Dikutip dari Klikdokter, menurut dr. Devia Irine Putri, adanya tumor, infeksi, hidrosefalus, hipotiroid kongenital, hiperplasia adrenal kongenital, atau masalah di otak dan sumsum tulang belakang dapat memicu pelepasan hormon gonadotropin (GnRH) sebagai penyebab pubertas dini.
Penyebab lain termasuk masalah sistem saraf pusat, riwayat penyakit keluarga, atau sindrom genetik langka tertentu.
Namun, dalam banyak kasus, tidak ditemukan adanya gangguan tersebut pada anak yang mengalami pubertas dini. Hingga saat ini, hal tersebut masih menjadi pertanyaan di dunia medis.
Pubertas dini terdiri dari dua jenis:
- Central precocious puberty. Ini adalah jenis pubertas dini yang paling umum dialami anak perempuan maupun laki-laki. Ini seperti pubertas normal, tetapi terjadi lebih awal. Kelenjar hipofisis mulai membuat hormon yang disebut gonadotropin (GnRH). Hormon-hormon ini merangsang produksi hormon testosteron pada anak laki-laki dan estrogen pada anak perempuan. Hormon inilah yang menyebabkan perubahan pada pubertas, seperti perkembangan payudara pada anak perempuan.
- Peripheral precocious puberty. Ini adalah jenis pubertas dini yang kurang umum. Pada kondisi ini, produksi hormon estrogen dan testosteron sebagai pemicu gejala pubertas dini tidak disebabkan oleh hormon gonadotropin.
Baca juga: Tanda-tanda Anak Mengalami Pubertas Terlambat
Siapa yang berisiko mengalaminya?
Beberapa kondisi berikut bisa meningkatkan risiko pubertas lebih awal pada anak:
- Tumor atau pertumbuhan pada ovarium, testis, kelenjar adrenal, kelenjar hipofisis, atau otak
- Masalah sistem saraf pusat
- Riwayat penyakit keluarga
- Sindrom genetik yang langka
Diagnosis Pubertas Dini
Untuk mengetahui apakah anak Anda mengalami pubertas dini, dokter akan terlebih dahulu memeriksa riwayat medis anak. Kemudian dilanjut dengan pemeriksaan fisik dan tes darah GnRH untuk memeriksa kadar hormon anak. Dokter juga akan melakukan X-ray di bagian pergelangan tangan untuk melihat usia tulang dan jika tulang tumbuh lebih cepat, serta serangkaian tes lainnya yang diperlukan.
Dampak Pubertas Dini
Seperti kondisi medis lainnya, pubertas dini juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk masalah fisik dan emosional. Dampak berikut dapat terjadi pada anak yang mengalami pubertas dini:
- Perawakan pendek. Pubertas yang dimulai lebih awal, berhenti lebih awal pula. Anak-anak dengan pubertas dini bertubuh lebih tinggi dibanding teman-teman seusia mereka. Namun karena pubertasnya berakhir lebih dulu dibanding teman-temannya, maka ada kemungkinan ia menjadi lebih pendek dibanding anak seusianya.
- Masalah sosial emosional. Menurut dr. Devia, anak yang mengalami pubertas lebih awal cenderung merasa malu atau tidak percaya diri karena tubuhnya berbeda dengan anak-anak sebayanya. Anak menjadi tertekan kemudian stres.
Sebelum dampak pubertas menjadi lebih kompleks, segeralah berkonsultasi dengan dokter apabila mommies menemukan tanda pubertas dini pada anak.
Baca juga:
Sumber: WebMD
Share Article
COMMENTS