banner-detik
PARENTING & KIDS

Masih Hobi Memberi Silent Treatment Kepada Anak? Ini Bahayanya!

author

Fannya Gita Alamanda05 Dec 2022

Masih Hobi Memberi Silent Treatment Kepada Anak? Ini Bahayanya!

Silent treatment kepada anak, meski kerap dianggap bentuk hukuman yang halus oleh para orang tua, faktanya ini adalah salah satu bentuk tindakan abusive.  Seperti apa bahayanya terhadap tumbuh kembang anak? Ini kata Psikolog Anak & Remaja.

Siapa yang masa kecil dan remajanya dulu pernah didiemin sama orang tua setiap kali mereka jengkel? Saya pernah. Sering malah. Makanya setelah tua, ‘tradisi’ itu saya copy. Tapi setelah sadar memberi silent treatment itu bikin orang lain nggak nyaman, makin ke sini, makin jarang saya lakukan. Kalaupun saya butuh meredakan amarah, saya pilih sendirian dulu di dalam kamar atau pergi keluar rumah sebentar. 

Cara yang dianggap paling tidak berbahaya untuk menghukum orang lain ini ternyata punya efek yang buruk ketika sering dilakukan dan berkepanjangan karena dapat memengaruhi pikiran dan kesehatan emosional seseorang, terutama anak-anak, yang masih belajar memahami dunia dan membutuhkan orang dewasa yang dapat mereka andalkan. 

Zaman sekarang, bertumbuh dari anak-anak menjadi remaja dan dewasa semakin sulit. Apa jadinya jika mereka terlibat masalah, tetapi tidak punya siapa pun untuk diajak curhat karena orang tuanya hobi ngambek? 

Baca juga: Silent Treatment, Cara Menghindari Konflik yang Bisa Menghancurkan Hubungan

Apa itu silent treatment?

Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psikolog bilang silent treatment adalah tindakan mendiamkan seseorang atau anak dalam jangka waktu tertentu, tidak bicara kepada anak, tidak merespon ucapan dan tindakan anak disebabkan karena anak berulah atau membuat kesalahan. Silent treatment biasanya dilakukan dengan tujuan untuk membuat anak menyadari kesalahannya, membuat anak jera dan memberi waktu bagi orang tua untuk menenangkan diri.  

Silent Treatment kepada Anak, Taktik favorit kebanyakan orang tua

Ada banyak alasan mengapa orang tua melakukan silent treatment terhadap anak-anak mereka. Sebagian besar memilih cara ini untuk memberi pelajaran dan hukuman kepada anak-anak karena tindakan ini dirasa tidak menunjukkan agresi fisik atau berteriak.  “Pada dasarnya setiap orang tua punya gayanya masing-masing dalam hal pengasuhan. Jadi mereka berhak untuk memilih taktik yang mana saja asalkan aman bagi anak dan efektif, dalam arti bisa mendukung perkembangan anak menjadi lebih baik,” jelas Vera.

Tapi orang tua juga perlu waspada. Taktik silent treatment paling sering digunakan oleh orang tua yang punya sifat narsisis, control freak, yang ingin semuanya berjalan persis sesuai mau mereka, dan sama sekali tidak menolerir ketidakpatuhan. Beda pendapat berarti menentang. 

Para orang tua juga harus berhati-hati jangan sampai terjebak dalam tindakan yang tidak matang secara emosional dengan menerapkan silent treatment untuk alasan menghindari konflik, ogah berdiskusi, malas menjawab pertanyaan dari anak, atau karena nggak mau repot-repot mencari tahu cara lain mendisiplin anak dengan baik dan benar. 

Dampak silent treatment terhadap perkembangan anak dan remaja

Anak kecil berada pada tahap di mana mereka punya begitu banyak pertanyaan dan ingin tahu tentang hampir semua hal sehingga butuh dukungan dan bimbingan orang tua, terutama di masa-masa sulit. Jadi, bayangkan betapa tidak nyaman dan tertekannya mereka ketika orang-orang dewasa yang paling mereka percayai di dunia tidak menanggapi dan mengabaikan mereka.

Mengabaikan anak dengan sengaja dapat membuat mereka merasa ditinggalkan, ditolak, dikucilkan, tidak diinginkan dan sendirian. 

Vera menyarankan, saat kesal dan butuh ketenangan, sebaiknya orang tua memang menyepi untuk menenangkan diri dulu dan anak diberitahu tentang hal itu, sehingga ia tidak merasa disingkirkan dan diabaikan. “Saat anak berulah, ada kebutuhan di balik tindakannya itu. Nah, jika silent treatment dilakukan tanpa orang tua menyadari hal ini, anak akan merasa diabaikan kebutuhannya,” imbuh Vera.

Dianggap sebagai bentuk tindakan abusive

Tidak seperti kekerasan fisik, silent treatment memang tidak menunjukkan implikasi fisik apa pun, tetapi dapat berdampak buruk bagi kesejahteraan emosional seseorang. Seiring berjalannya waktu, tindakan silent treatment bisa menjadi pelecehan emosional. Penelitian telah menemukan bahwa orang-orang yang kerap menerima silent treatment merasa kebutuhan mereka akan rasa memiliki, harga diri, kendali, dan eksistensi mereka terancam. Mereka juga mengalami perasaan ditolak, dikucilkan, dan tidak diinginkan yang dapat menyebabkan rasa tidak aman, stres, dan kecemasan pada anak. 

Alih-alih memberi silent treatment, orang tua sebaiknya lakukan ini

Alih-alih ketagihan menerapkan silent treatment, orang tua dianjurkan untuk menyelesaikan masalah apa pun dengan komunikasi. Jika kesal dengan tindakan anak, beri tahu mereka, jangan mengabaikannya. Beri tahu anak mengapa tindakannya salah dan bimbing ia untuk tahu apa yang benar. Jika anak melakukan kesalahan, bantu dia belajar dari kesalahan itu. 

Dampak lain, anak-anak itu belajar dari ucapan dan terutama, tindakan orang tua mereka. Jika Anda sering memberi mereka silent treatment sebagai satu-satunya solusi ‘menyelesaikan’ masalah, besar kemungkinan kelak mereka juga akan meniru tindakan Anda, menerapkan cara itu di dalam hubungan yang ia jalin dengan siapa pun. 

Sumber artikel dari sini

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan