Menurut financial panner Nadia Harsya, ibu punya peran terpenting dalam mengatur keuangan rumah tangga. Intip alasannya di bawah ini!
Menjalani kariernya sebagai finacial planner ternyata bukan termasuk dalam rencananya. Meski awalnya tertarik dengan dunia finansial. Nadia mengaku kalau jalannya untuk mencapai karier ini butuh perjuangan.
Berawal dari keputusannya untuk berhenti sejenak dari kariernya dan fokus mengurus sang anak, kini Nadia kembali mengejar mimpinya dan berhasil menjadi lebih sukses.
Dia pun berbagi sedikit perjalanan kariernya yang inspiratif sambil juga memberikan beberapa tips untuk para ibu lainnya, baik dari segi karier, keluarga, hingga keuangan, terlebih cara mengatasi resesi.
Intip wawancaranya bersama Mommies Daily di bawah ini!
BACA JUGA: Money Talks: 6 Bulan Menuju Keuangan yang Ideal
Sekitar tahun 2011 ketika aku awal-awal meniti karier, aku penasaran gimana, sih, caranya mengatur penghasilanku yang waktu itu masih sangat pas-pasan. Untungnya waktu itu banyak yang share (informasi) di radio dan sosmed, walau gak sebanyak sekarang.
Akhirnya aku suka ngulik, trus saya praktek otodidak, lalu coba mempelajari beberapa instrumen investasi. Sampai akhirnya setelah resign tahun 2019 dari pekerjaan saya sebagai corporate finance, saat itulah akhirnya aku memutuskan untuk ambil sertifikasi financial planner.
Tujuannya, sih, lebih ingin dipraktekan sendiri dulu, kalau pun ilmunya bisa disharing dan bermanfaat bagi semua orang itu akan senang sekali.
Sebenarnya masalah keuangan para ibu di Indonesia lumayan kompleks. Suka gak suka, mau gak mau, mereka (ibu) adalah pembuat keputusan terbesar dalam keluarga. Semua pembelanjaan di keluarga lewat mereka. Nah, sayangnya, literasinya (tentang finansial) itu belum sebanding dengan tanggung jawabnya.
Aku pernah baca artikel, data dari OJK, bahwa literasi finasial perempuan di Indonesia lebih rendah dibandingkan pihak laki-laki. Untuk itulah aku suka berbagi dari sudut pandang ibu-ibu, dan pakai bahasa sederhana yang bisa mereka praktekan secara langsung.
Paling penting ketika bicarakan soal uang itu adalah tidak denial dan lebih mindful. Tidak denial kalo ternyata punya masalah dan lebih mindful ketika menghabiskan atau membelanjakan uang.
Tantangannya, sih, ada terus tapi kalo kita terus menerus belajar, di coba terus, dan dicoba lagi mudah-mudahan makin banyak ibu-ibu indonesia yang melek keuangan.
Perlu ktia sadari bahwa resesi ini adalah hal yg normal dalam siklus keuangan. Kita pernah, kok, melewati resesi-resesi sebelumnya. Resesi tahun 1998, resesi mortgage tahun 2008, sampai resesi karena pandemi covid tahun 2020. Semaunya terlewati, kok
Namun daripada rungsing lebih baik kita fokus sama hal yang bisa kita kontrol. Resesi gak resesi menurutku tetep penting sih untuk mengatur keuangan.
Menurutku yang penting untuk kita lakukan adalah:
1. Lindungi sumber rezeki kita. Kalau memang masih kerja, masih ada income dari dagang, maka lakukan itu sebaik-baiknya.
2. Punya dana darurat karena menurutku semua orang di resesi ini jadi rentan, ya. Pekerjaan bisa jadi hilang, bisnis bisa jadi mandek, tetapi kan paling, gak, ketika kita punya dana darurat itu ada satu hal yang jadi pegangan dan bikin hidup jadi tenang.
3. Resesi gak resesi hiduplah sesuai kemampuan, malah mungkin kamu butuh lebih berhemat lagi.
4. Hutang. Kalau memang ternyata punya utang yang besar, ya, jangan ditambahin lagi.
Nah, hal-hal itu dulu, sih, sebenarnya mendasar, ya. Semua resesi gak resesi wajib menerapkan tips di atas untuk mengatur keuangannya.
Optimis saja dulu mudah-mudahan resesi yg digaung-gaungkan datang tahun 2023 itu bisa kita lewati semuanya, aman, damai, dan sejahtera.
Pertama adalah suamiku. Alasannya karena dia adalah so far partner hidup saat ini. Jadi dia bisa berbagi peran, baik dari sisi jagain rumah maupun mendidik anak. Kayaknya aku kerepotan banget sih kalo dia gak hands on atas semua itu.
Kedua adalah orang tua. Mereka selalu percaya dengan apapun keputusanku dan suami, gak pernah banyak tanya-tanya, dan itu memuat kami percaya diri dan memilih karier path kami. Mudah-mudahan, sih, kepercayaan yang mereka beri juga bisa kami jalankan dengan baik.
Ketiga adalah mbak asisten rumah tangga, karena tanpa dia aku adalah ibu-ibu yang kurang tangan guriita. Banyak banget, yah, ibu-ibu tuh to do listnya, jadi kayaknya gak kebayang kalo gak ada mbak asisten rumah tangga, kayaknya aku pasang alis aja gak sanggup.
Menurutku yang penting selain mengatur waktu adalah mengatur energi yang kita punya. Seperti yang kita tahu, ya, apalagi di era digital sekarang ini informasi berseliweran dan semuanya minta diperhatiin. Kita, tuh, gampang banget terdistraksi. Jadi menurutku gimana caranya adalah tetap fokus sama hal-hal yang penting.
Tiap pagi aku punya kebiasaan bikin to do list biar semuanya efektif. Aku membagi prioritas mana-mana yang urgent yang harus diselesaikan dulu, dan mana yang bisa diatur prioritasnya belakangan. Dengan waktu yang efektif itu aku jadi lebih punya spare time untuk ngabisin quality time sama anakku dan keluarga.
Apalagi sekarang batasnya blur, ya. Mau jam kerja, gak jam kerja, ketika ada yang urgent, tuh, mesti ditanggapi saat itu juga. Jadi memang penting untuk membuat skala prioritas.
Untuk ibu-ibu yang sedang mengalami masa kesandung prioritas, tarik-tarikan prioritasnya, antara keluarga, karier, urusin anak, atau mengejar mimpi, it’s okay to feel you can not do it all. It’s okay to take a pause.
Karena, ya, kita, kan, gak bisa memenangkan semuanya. Kita gak bisa dapet semuanya, harus ada yg diprioritaskan tapi lagi-lagi keep it balance.
Mudah-mudahan ketika anaknya udah grow, keluarganya udah grow, kamu juga punya waktu untuk growing up with yourself. Membangun kembali mimpi-mimpi yang kamu pause dulu. Inget, ya, itu dipause bukan dikubur dalam-dalam dan dilupain. Jadi gak apa-apa banget untuk tetap punya mimpi.
Karena pada akhirnya menjadi ibu itu tentang memberi porsi seimbang. Bagaimana kamu bisa mengatur keluarga sekaligus gimana caranya kamu gak lupa dengan mimpi-mimpimu. Gak semudah dikatakan, sih, jalannya berliku-liku tapi jangan pernah membunuh mimpi dan aktualisasi dirimu.
Aku sepakat dengan pasangan untuk paling tidak punya waktu sendiri, punya waktu bersenang-senang sendiri paling gak satu kali dalam seminggu.
Karena rutinitas kita, tuh, sungguh melelahkan. Apalagi semuanya serba cepat, serba menuntut konsentrasi tinggi. Sekarang eranya untuk mudah jadi jadi burn putm jadi aku sama pasangan berkomitmen untuk kami masing-masing punya waktu untuk recharge.
Seminggu sekali aku suka jalan-jalan sendiri di mall, makan enak sendirian. Karena kalau jadi ibu itu mau makan enak aja, ketika makannya bareng keluarga, pasti repot ngurusin anaknya dulu. Ujung-ujungnya makan jadi gak benar.
Nah, menurut aku makan enak sendirian buat ibu-ibu itu adalah esensial. Aku juga suka melakukan perawatan biar cakep. Ibu-ibu itu bukan berarti lusuh. Jadi aku melakukan perawatan diri, kayak facial ke salon, ya satu kali seminggu atau satu kali sebulan menurutku cukup kok untuk ngrecharge lagi.
Karena selain mentalnya direcharge, kan, looknya jadi tambah cakep.
BACA JUGA: Menuju Usia 40 Tahun, Ini 4 Hal Finansial yang Harus Dilakukan
Cover: Dok. Mommies Daily/Jessica