Sorry, we couldn't find any article matching ''
5 Kesalahan yang Sering Dilakukan Orang Tua Saat Memberikan Timeout pada Anak
Memberikan timeout pada anak harus dilakukan secara benar dan tepat agar anak dapat merasakan manfaat baiknya. Namun, sering kali orang tua salah dalam melakukannya.
Memang ada saatnya orang tua akan marah ke anak ketika anak membuat kesalahan. Namun, bukan berarti orang tua bisa langsung marah-marah dan bentak-bentak ke anak. Hal tersebut malah dapat mengganggu psikologisnya. Sehingga, salah satu cara yang benar dan tepat untuk menegur Si Kecil ketika ia berbuat salah adalah dengan melakukan timeout.
Mengutip dari CDC (Centre for Disease Control and Prevention), timeout merupakan metode mendisiplinkan anak dengan cara memindahkan anak ke suatu tempat. Ketika memindahkan anak ke suatu tempat, anak diberi konsekuensi atau hukuman tidak boleh berbicara dengan siapa pun dan tidak boleh ada yang memperhatikannya. Cara ini akan membuat anak merasa bosan, kembali memikirkan perbuatannya, dan merasa jera.
Namun, sering kali metode ini masih salah dilakukan oleh para orang tua, sehingga membuat metode ini gagal diterapkan pada anak. Mengutip dari Fatherly, ini beberapa kesalahan yang sering dilakukan orang tua saat memberikan timeout pada anak.
1. Timeout tidak berfungsi selama meltdowns
Banyak orang tua yang merasa cara mendisiplinkan mereka berhasil ketika anak menangis. Ini adalah cara yang salah. Inti dari melakukan timeout adalah menghilangkan anak dari stimulus dan membantu mereka merenungkan pilihan yang mereka buat yang menempatkan mereka dalam kondisi timeout. Saat anak melting down dan menjadi terlalu emosional, anak menjadi tidak mampu untuk memproses apa yang terjadi.
Timeout paling baik dicapai ketika semua orang tenang, tidak hanya anak, tapi juga orang tua. Anak harus ditempatkan dalam masa timeout ketika mereka relatif tenang, dan mereka harus bisa memberi penjelasan mengapa mereka ada di sana.
Jika anak percaya bahwa ia adalah anak nakal karena orang tuanya marah, maka ia tidak belajar apa pun selain mengapa ia harus menghindari kemarahan orang tuanya. Ini bukan cara yang benar dalam mengajarkan moralitas terhadapa anak. Membuat keputusan moral yang baik adalah inti dari disiplin.
BACA JUGA: 7 Tips Membuat Anak Bahagia, Pastikan Lakukan Hal-hal Ini
2. Timeout bukan tentang pengasingan
Banyak orang tua percaya bahwa tujuan melakukan timeout pada anak adalah untuk memindahkan anak-anak nakal ke tempat sepi di mana tidak ada yang bisa berinteraksi dengan mereka. Namun, pengasingan seperti ini tentu saja bukanlah cara yang benar.
Seorang anak yang terlibat dalam perilaku antisosial tidak akan terbantu jika diasingkan dari keluarga. Cara yang lebih baik adalah dengan menjaga mereka tetap dekat. Ini artinya ketika keluarga terlibat dalam melakukan timeout pada anak, mereka harus menjaga anak mereka di tempat sosial dan mendorong anak tersebut untuk tetap tenang dan merefleksikan perbuatannya.
Anak butuh terus merasa mereka adalah bagian dari keluarga, alih-alih memiliki gagasan mereka berperilaku sangat buruk sehingga mereka tidak terlihat oleh keluarganya. Mengasingkan anak malah tidak membantu anak tersebut, melainkan memberi orang tua ruang. Tentu saja orang tua juga butuh ruang, namun kebutuhan tersebut dapat membingungkan maksud dari mendisiplinkan anak dalam membantu mengembangkan pemahaman tentang bagaimana cara membuat pilihan yang prososial dalam menghadapi kesulitan.
3. Orang tua juga harus mendapat timeout
Ketika timeout dilakukan dengan benar, metode ini dapat membantu anak belajar untuk mengatur emosinya. Namun ini bisa menjadi lebih sulit ketika orang tua mencontohkan manajemen emosi mereka yang buruk di depan anak.
Mendisiplinkan anak paling baik dilakukan dengan tenang. Ini sangat penting karena anak-anak selalu berperilaku dan mencontoh orang tua mereka. Orang tua yang bisa menjauh sejenak dan mengambil nafas dalam-dalam yang menenangkan akan memiliki anak yang belajar melakukan hal yang sama seperti orang tuanya.
Sebaliknya, orang tua yang bereaksi dengan kemarahan juga akan memiliki anak yang melakukan hal yang sama. Jadi, sebelum memberi anak timeout, ada baiknya jika orang tua juga melakukan hal yang sama atau melakukan timeout terlebih dulu.
4. Timeout tidak bekerja sendiri
Timeout pada anak tidak akan efektif jika hanya ini metode yang orang tua lakukan. Proses timeout juga harus mencakup diskusi yang ringan sesuai usia anak. Setelah berdiskusi dengan anak, orang tua juga harus mempertimbangkan apakah harus ada konsekuensi tambahan sehingga anak dapat membuat perbaikan pada sikapnya. Perbaikan ini bisa meliputi semua hal misalnya permintaan maaf, hingga membersihkan kekacauan yang dibuatnya.
5. Timeout harus diakhiri dengan cinta
Hal terberat dalam melakukan timeout adalah orang tua sering kali merasa tidak ingin berbaikan dengan anaknya ketika timeout selesai. Hal tersebut malah akan menumbuhkan dendam yang tidak sehat untuk semua orang.
Timeout harus selalu diakhiri dengan pelukan atau ciuman, dan jaminan bahwa anak masih sangat dicintai oleh orang tuanya. Cara ini juga agar anak tidak merasa seperti orang jahat yang melakukan kesalahan besar. Inilah mengapa orang tua perlu mengakhiri hukuman mendisiplinan dengan jaminan cinta yang lengkap dan tanpa syarat terhadap anak.
BACA JUGA: 8 Hal yang Diharapkan Orang Tua dari Sekolah Saat Ada Kasus Bullying
Cover image: Image by vwalakte on Freepik
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS