Aliyah Muthalib: Perceraian Tidak Selamanya Awful

MD Powerful People

fiaindriokusumo・05 Oct 2022

detail-thumb
Aliyah Muthalib merasa bahwa perceraian ternyata tidak selamanya awful.  “I rediscover myself in my alone-ness,” demikian menurutnya. Bagaimana itu terjadi? Simak obrolan saya bersama perempuan yang juga buka praktik sebagai dokter gigi ini.
10 bulan menjalani peran sebagai single mom karena perceraian, Aliyah yang akrab disapa Lia ini menyadari bahwa tidak semua perceraian akan terus menerus menyakitkan. Karena di dalam kasusnya, Lia, yang juga seorang ibu dari satu anak perempuan bernama Faa (13 tahun) serta membuka praktik sebagai dokter gigi di Dentist4kids & Adult Kemang @Hadiprana dan di RS Medistra malah menemukan siapa dirinya yang sesungguhnya pasca bercerai.

Baca juga: 14 Hal yang Saya Sukai Setelah Menjadi Single Mom

Moving on tips ala Aliyah Muthalib…

Perbanyak kegiatan untuk diri sendiri, bahasa anak jaman now healing, hehehe. Mulai dari olahraga, baca buku, naik vespa, back to nature, dan masih banyak lagi. Intinya sediakan waktu untuk me-time di tengah kesibukan dan hadirnya berbagai macam rasa yang tidak nyaman di hati.

Kelilingi diri kita dengan orang-orang yang benar-benar menyayangi kita apa adanya. Dalam kasus saya, saya memutuskan untuk pindah ke dekat kakak saya, bisa dibilang she is my biggest supporter. Selain itu tentu saja mendekat kepada keluarga. Kadang ya keluarga itu bisa lho menjadi “racun” di saat kita bercerai, makanya saya bersyukur keluarga saya tidak seperti itu. Saat bercerai, punya support system yang mendukung kita itu benar-benar anugerah. Saya benar-benar dikelilingi banyak cinta bahkan di saat saya sendiri tidak memikirkannya.

Life atfter divorce baik untuk diri sendiri maupun untuk anak…

BAHAGIA! Aku selalu tanya sama orang, Are you happy? Padahal baru 10 bulan mengalami perceraian, tapi sekarang saya merasa benar-benar bahagia.  And my daughter is MOST HAPPY AND IN THE SAFEST PLACE (untuk perasaannya). Ternyata kata-kata ibu bahagia maka anak pun bahagia, TRUE! Jadilah ibu yang sangat amat damai, bahagia. Saat ada seribu masalah datang, sebisa mungkin buat pikiran dan hati tetap damai, contented with everything.  Perceraian ternyata tidak selamanya awful. I rediscover myself in my alone-ness.  ,

Tiga kekhawatiran terbesar pasca bercerai dan cara menghadapinya ala Aliyah Muthalib…

– Akan hidup tanpa pasangan. Saat anak remaja mulai bertingkah “lucu” dan saat semua beban hidup berasa  banget berat di pundak, kok kayaknya enak ya punya pasangan untuk berbagi cerita dan beban. Menghadapi perasaan ini saya mencoba untuk be present. Fokus pada masalah hari per hari dan quick fix aja sih.

– Lonely. Wajarlah ada rasa khawatir akan kesepian. Namun saya mengatasinya dengan memperbanyak kegiatan. Memaksimalkan kesibukan untuk diri sendiri, bersama anak, keluarga dan menikmati setiap detik waktu saya bekerja. Plus membuka diri untuk mengenal teman-teman baru.
– Apa yang dirasakan anak. Saya sempat khawatir dengan konsekuens anak yang hidup dari orang tua bercerai. Tahu sendiri kan ungkapan di media sosial seperti apa mengenai keluarga bercerai. Dan untuk mengurangi rasa khwatir saya, biasanya saya meluangkan waktu berkualitas bersama anak semata wayang saya. Ini membuat saya menjadi orang yang pertama tahu mengenai semua hal yang berkaitan dengan anak saya. Tentang perasaannya mengenai sekolah, laki-laki dan teman-temannya. Saat anak merasa nyaman berbicara terbuka dengan saya, itu adalah tolak ukur bagi saya bahwa dia baik-baik saja.  Not every child comes out of divorce gonna be drug addict or a failure person. Im gonna change that stigma!

Support system terbaik untuk bisa melewati semua ini?

Kakak cewek saya, she’s the bomb. My rock! Begitu juga dengan Papa, Mama, kakak ipar dan keponakan-keponakan yang sudah kuliah. Keluarga. Having them, is my greatest treasure!

Tiga hal yang membuat life after divorce seorang Aliyah Muthalib akan baik-baik saja…

Saya punya pekerjaan dengan penghasilan yang baik. Saya punya support system yang luar biasa. Saya memiliki kesehatan mental yang baik.

Pesan yang ingin disampaikan ke anak berkaitan dengan kondisi sebagai single mom….

Thank you so much for being the greatest daughter a mom could ever have! Literally. Maaf kalau mama masih suka nangis atau sedih di depan Faa. Ke depannya mama tahu bahwa Faa akan jadi anak hebat. Terima kasih karena Faa sudah lebih banyak ketawa dan terbuka sama mama. Apapun masalah didepan sana, ada Tuhan, dan kita akan baik-baik saja. Mama percaya dan tahu!

Mama butuh….

Mama butuh Faa makin lebih terbuka, komunikasi yang baik dan selalu jujur ketika Faa butuh sesuatu. Walaupun kamu akan semakin dewasa, mama butuh Faa tetap menjadikan mama sebagai tempat untuk kamu bercerita apa yang enak dan tidak enak di hati Faa. I’m here still with the promise; gonna be youur biggest cheerleader and a string net if ever u shud fall.