Anak-anak bisa mengalami tulang keropos? Mari pahami apa yang menjadi penyebab osteoporosis pada anak agar tahu cara mengatasinya.
Mungkin tak asing jika kita mendengar osteoporosis menyerang lansia. Sebab, kondisi kesehatan yang satu ini identik dengan usia, di mana kepadatan dan kemampuan regenerasi tulang menurun seiring bertambahnya usia. Namun ternyata, osteoporosis juga bisa terjadi pada anak dan remaja. Bayangkan jika anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, sedang aktif bergerak dan beraktivitas terkena osteoporosis. Ini tentu berbahaya.
Osteoporosis adalah suatu kondisi di mana kepadatan tulang menurun dan tidak tumbuh sebagaimana mestinya. Tulang kemudian menjadi lemah, rapuh, bahkan rentan untuk patah. Osteoporosis yang terjadi pada anak-anak dan remaja disebut juvenile osteoporosis. Umumnya, kondisi ini terjadi pada anak usia 8-14 tahun.
Pada kondisi tulang yang normal, jaringan tulang akan terus bertambah dan beregenerasi. Jika ada yang rusak, maka sel-sel yang rusak akan berganti dengan sel-sel baru. Pertumbuhan tulang mencapai puncaknya pada usia 25-30 tahun. Setelah itu, kemampuan tulang beregenerasi menurun.
Pada anak yang mengalami osteoporosis, mereka kehilangan lebih banyak sel-sel tulang dan sel-sel tulang baru yang terbentuk hanya sedikit. Umumnya osteopororis yang terjadi pada anak adalah osteoporosis sekunder. Artinya, disebabkan oleh kondisi kesehatan lain atau bagian dari kelainan genetik yang dialami anak tersebut, atau efek dari pengobatan atau tindakan operasi.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan osteoporis pada anak antara lain:
Dalam beberapa kasus, penyebab osteoporosis pada anak tak dapat ditemukan dengan jelas. Kondisi ini termasuk osteoporosis langka yang disebut osteoporosis juvenile idiopatik (IJO).
Osteoporosis pada anak bisa saja tidak menunjukkan gejala apapun. Pada sebagian anak, mungkin memiliki riwayat patah tulang.
Beberapa keluhan atau gejala yang dapat timbul saat anak mengalami kondisi ini, antara lain:
Sekilas gejala ini bisa tampak seperti gangguan tulang atau masalah kesehatan lainnya. Jadi, mommies perlu mengamati kondisi anak dengan seksama jika ada gejala-gejala seperti di atas.
Kalau mommies menemukan anak mengalami gejala mengarah pada osteoporosis, segera periksakan ke dokter. Anak akan diberikan serangkaian screening dan tes untuk menentukan diagnosis, seperti menanyakan riwayat kesehatan anak dan keluarga, tes dengan sinar X untuk melihat jaringan tulang, tes kepadatan tulang (Bone Mass Density) untuk melihat kandungan mineral tulang dan perubahan tulang seperti pengeroposan tulang, serta tes darah untuk mengukur kadar kalsium dan kalium dalam darah.
Jika ternyata anak didiagnosis osteoporosis sekunder, dokter akan mengobati penyakit penyebabnya dan mengurangi atau menurunkan dosis obat-obatan tertentu seperti steroid. Sementara osteoporosis juvenile idiopatik seringkali dapat membaik dan sembuh dengan sendirinya. Namun tak menutup kemungkinan penyakit ini berlanjut hingga dewasa.
Selama perawatan, orang tua perlu terus mendorong perilaku sehat yang mendukung pembentukan tulang anak, seperti:
Mommies bisa berkonsultasi mengenai osteoporosis pada anak ke dokter spesialis tulang atau ortopedi.
Sumber: Stanfordchildrens.org
Image: DC Studio – Freepik