Anak Vincent Rompies menjadi sorotan setelah “diduga” terlibat masuk geng sekolah yang dikenal mem-bully murid lain. Lalu apa yang harus orang tua lakukan?
Geng sekolah adalah fenomena kenakalan remaja yang cukup meresahkan masyarakat. Anggota geng sekolah biasanya terlibat dalam aksi kekerasan bahkan tindakan kriminal. Belakangan ini, putra presenter Vincent Rompies menjadi sorotan setelah anaknya terlibat dalam bullying dalam geng sekolah di sekolah BINUS. Berkaca dari pengalaman ini, apa langkah bijak yang harus dilakukan orang tua dan pihak sekolah dalam menghadapi geng sekolah?
Berikut adalah alasan mengapa geng sekolah terbentuk, cara menghadapi geng sekolah bagi orangtua dan sekolah, serta dampak masuk geng sekolah.
Banyak kasus geng di lingkungan sekolah melibatkan murid yang berada dalam masa SMA. Vera Itabiliana, seorang Psikolog Anak dan Remaja, menjelaskan bahwa geng anak ini kemungkinan sudah ada sejak SD atau SMP. Walau begitu, keberadaan dan keaktifannya semakin terlihat saat masa SMA. Hal ini karena remaja SMA memiliki lebih banyak waktu dan kebebasan untuk berkumpul di luar rumah atau sekolah. Bagi mereka, menjadi bagian dari geng juga merupakan bagian dari proses pencarian identitas sebagai remaja yang sedang mencari jati diri.
BACA JUGA: Biaya Masuk SMP dan SMA Binus School Simprug, Serpong dan Bekasi
Ketika anak diajak bergabung dalam geng oleh senior atau temannya, orang tua dihadapkan pada pilihan yang sulit. Mbak Vera menyarankan beberapa opsi, seperti menghindar dari situasi tersebut, menolak tawaran secara tegas, atau bahkan meminta bantuan orang tua atau guru untuk melakukan intervensi.
Jika ternyata anak tertarik untuk bergabung dalam geng, Mbak Vera menekankan pentingnya orang tua untuk melakukan beberapa pertimbangan. Orang tua perlu memahami tujuan anak dalam bergabung dengan geng tersebut dan apa yang ingin dicapainya.
Selain itu, mereka juga perlu memahami kegiatan apa saja yang dilakukan oleh geng tersebut, kapan dan di mana anggota geng biasanya berkumpul, sejauh mana kegiatan geng tersebut mengganggu kegiatan belajar anak, serta seberapa baik sekolah memantau dan mengatasi masalah geng di lingkungan mereka.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, orang tua dapat lebih bijaksana dalam memberikan dukungan dan bimbingan kepada anak mereka dalam menghadapi fenomena geng di sekolah.
Jika geng sekolah tercipta untuk melanggengkan budaya senioritas ataupun untuk melakukan kriminalitas seperti bullying dan tawuran, orang tua wajib untuk melarang anaknya ikut geng. Coba ajak anak untuk menyibukkan dirinya dengan organisasi dan kegiatan yang lebih sehat. Misal, ekstrakulikuler atau komunitas berdasarkan hobi. Yakinkan anak bahwa ada banyak cara untuk menambah relasi di lingkup yang lebih baik. Pembentukan jati diri yang positif pun dimulai dari lingkungan pertemanan yang sehat.
Mungkin pertanyaan ini kerap menghantui pikiran para pendidik, terutama jika geng-geng tersebut sudah menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari lingkungan sekolah. Menetapkan aturan yang tegas tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak, menjadi langkah awal yang tak terhindarkan. Namun, memecah geng-geng ini juga akan menjadi tantangan tersendiri mengingat eksistensinya yang telah terlanjur membudaya di lingkungan sekolah.
Selain itu, keterlibatan alumni sekolah dapat menjadi solusi bagus dalam mengawasi geng-geng ini. Terkadang, alumni yang terlibat dalam geng ini bahkan masih aktif dan berperan dalam merekrut anggota baru. Melibatkan mereka untuk membantu mengawasi dan mencegah penyebaran geng di sekolah bisa menjadi strategi yang efektif.
Tak hanya itu, memberlakukan aturan tegas kepada para siswa juga menjadi langkah penting dalam menangani masalah ini. Misalnya, memberikan konsekuensi yang jelas bagi siswa yang terbukti terlibat dalam geng, seperti diskors, pengurangan nilai atau bahkan kehilangan kesempatan untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi.
Dibalik keberadaannya, geng-geng ini juga memiliki sisi positif dan negatif yang perlu dipertimbangkan. Di satu sisi, keberadaan geng bisa membantu mengembangkan kekompakan dan melatih kemampuan berorganisasi dalam skala kecil. Anak-anak juga bisa belajar tentang memiliki sense of belonging dan keakraban yang mendalam.
Di sisi lain, keberadaan geng juga memiliki dampak negatif yang tidak bisa diabaikan. Gangguan terhadap fokus belajar, penanaman nilai-nilai yang tidak tepat seperti kekerasan, dan penyalahgunaan kekuasaan adalah beberapa contoh dampak negatif yang bisa terjadi akibat eksistensi geng-geng di sekolah.
Maka dari itu, penanganan masalah geng di sekolah membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan strategi yang matang. Hanya dengan langkah-langkah yang tepat dan kerjasama semua pihak, masyarakat dapat menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan kondusif bagi perkembangan para siswa.
BACA JUGA: Bullying Pernah Terjadi di 10 Sekolah Ini, Mana Saja?
Diperbarui oleh: Syifa Azahra
Cover: Unsplash