Bagi remaja laki-laki dan perempuan, pendidikan tentang kesehatan seksual itu penting agar mereka bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Sebenarnya apa, sih, kesehatan seksual itu? Apa benar harus sudah mulai diajarkan sedari dini pada anak? Apa tidak terlalu cepat mereka memelajarinya? Serem nggak, sih? Nah, justru itu! Justru ketika anak memasuki usia remaja, menginjak masa pubertas, topik kesehatan seksual harus diajarkan pada mereka. Why?
Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., SpOG(K)., Ph.D., menjelaskan bahwa, pendidikan mengenai kesehatan seksual seyogyanya bermanfaat agar seseorang sedari remaja paham potensi apa yang dia miliki. Pendidikan mengenai hal ini juga memberikan keterampilan pada mereka untuk menunda aktivitas seksual, serta meningkatkan pemakaian alat kontrasepsi. Pendidikan seks harus dilakukan sedini mungkin supaya anak sadar betul mengenai kesehatan reproduksi dengan mengenal dirinya sendiri, merencanakan masa depan, mengambil keputusan terkait seksualitas dan perilaku seksual, melindungi diri dari kekerasan dan pelecehan seksual, berempati terhadap orang lain, berkomunikasi dan bernegosiasi, mengelola stress, serta aktif mencari bantuan jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan.
Saat tubuh berubah selama masa pubertas, cara anak berpikir, merasakan, dan berinteraksi dengan orang lain juga berubah. Mereka mungkin memiliki perasaan dan pemikiran baru tentang seks. Memahami siapa dirinya sebagai seorang dewasa muda secara seksual juga merupakan bagian dari kesehatan seksual.
Bagi remaja, kesehatan seksual juga mencakup pemahaman identitas gender, ekspresi gender, dan orientasi seksual.
Ini berlaku untuk dua gender. Baik anak laki-laki dan anak perempuan wajib mengetahui sistem reproduksi untuk dapat memahami lebih dalam tentang kesehatan seksual.
Beberapa di antaranya adalah cara tepat membersihkan organ intim. Apakah itu setelah BAK, BAB, atau bagi anak perempuan saat datang bulan. Membersihkan pakaian dalam, hingga makan makanan bergizi seimbang juga termasuk bagian dari proses kebersihkan alat reproduksi.
Ketika beranjak remaja, perilaku seks akan menjadi tanggung jawab dirinya seutuhnya. Memilih untuk melakukan hubungan seks di luar pernikahan akan ada risikonya seperti, IMS (Infeksi Menular Seksual), kehamilan dini, masa depan yang suram, dan lain-lain.
Penyakit atau Infeksi Menular Seksual (IMS)disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit yang menyebar dari orang ke orang, biasanya selama hubungan seks melalui vagina, oral, atau anal. Beberapa IMS bahkan bisa menyebar melalui sentuhan kulit saja. Tanpa pengobatan yang tepat, IMS bisa menyebabkan masalah kesehatan hingga tua.
Beberapa Infeksi Menular Seksual adalah sebagai berikut, Klamidia, Herpes, Gonorea, HIV/AIDS, HPV, kutu kemaluan, Sipilis, hingga Trikomoniasis. Sertakan dengan visual juga boleh.
Baca juga: Cara Memiliki Kehidupan Seks yang Sehat di Atas Usia 40
Cara paling tepat menghindari IMS adalah saying no for sex sebelum menikah. Penggunaan alat kontrasepsi hanya akan menurunkan risiko IMS, bukan tindak pencegahan.
Selain memiliki risiko kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), perdarahan persalinan, yang dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi, hamil di usia remaja bisa menyebabkan depresi.
Sebagian besar kehamilan pada remaja terkait dengan kehamilan yang tidak dikehendaki, sehingga memicu aborsi yang bisa menyebabkan kematian.
TIDAK melakukan hubungan seks sama sekali adalah tindak pencegahan paling manjur untuk terhindar dari kehamilan dini. Selipkan informasi bahwa alat kontrasepsi dan kondom hanyalah menurunkan risiko kehamilan, tapi kemungkinan hamil tetap ada.
Tak bisa dipungkiri jika di usia remaja, mereka memiliki ketertarikan terhadap lawan jenisnya. Pacaran, sih, boleh saja selama:
Kalau ada pacaran sehat, tentu ada yang tidak sehat. Minta anak untuk segera melepaskan diri dari hubungan tersebut, bila:
Ada kalanya untuk mengakhiri hubungan yang penuh kekerasan itu sulit. Ajarkan anak untuk mencari bantuan. Untuk ini diperlukan keterbukaan serta kedekatan dari orangtua agar anak mau minta bantuan kepada kita.
Simply say NO! Terutama ketika situasi mulai mengarah ke sana, ajarkan anak untuk menarik garis. Ajarkan padanya, bila memungkinkan segera tinggalkan tempat itu dan tidak memberikan kesempatan pada si pemaksa untuk bertindak lebih lanjut. Ajarkan juga pada anak untuk memelajari kalimat, bahasa tubuh, tanda-tanda ia sedang dalam risiko kekerasan atau pemaksaan hubungan seks.
Photo by Papaioannou Kostas on Unsplash