Sorry, we couldn't find any article matching ''
Hi, Nak, Hindari 7 Tipe Ini untuk Jadi Pasanganmu!
Kita bisa bekali anak untuk menghindari diri dari pacar atau calon pasangan dengan tipe karakter yang bisa menyusahkan hidupnya kelak.
Kalau dulu, sih, orangtua saya tidak pernah secara spesifik mengingatkan saya untuk menghindari tipe-tipe tertentu buat dijadikan pacar atau pasangan. Namun, dari didikan dan nilai-nilai yang mereka tanamkan sepanjang hidup saya, sudah sangat cukup membuat saya mengerti mana yang bisa dilanjut ke tahap yang lebih serius dan mana yang cukup buat jadi draft aja!
Memang, sih, kita juga nggak bisa secara lantang bilang ke anak, “Hey, kamu jangan mau, ya, pacaran sama anak yang kaya begini, begitu!” Apalagi kalau alasannya dari segi fisik bahkan ras, yang sayangnya masih berlaku juga bagi beberapa orang. Namun, setidaknya kita bisa membantu anak menyortir, siapa yang kira-kira (kelak) bisa dilanjut ke hubungan yang lebih serius.
Sebaiknya, pikir-pikir dulu, ya, Nak, kalau kamu mau lebih dekat sama orang yang:
#1 Sangat ketergantungan
Baik perempuan maupun laki-laki, memiliki sifat ketergantungan pada orang lain itu tidak baik. Yang perempuan misalnya, nggak bisa ke mana-mana kalau nggak diantar atau dijemput. Yang laki-laki, nggak bisa ke mana-mana kalau nggak ditemani pacarnya. Kenapa harus hindari karakter ini? Karena nanti anak kita yang akan kesulitan sendiri. Berat, lho, kalau harus selalu ada buat mereka. Karakter ini bisa menjadi penghambat anak untuk maju.
#2 Tidak paham cara menghormati orang lain
Mulai dari saat bertamu, pahamkan teman anak akan etika untuk menyapa tuan rumah dan memperkenalkan dirinya? Dari situ, sikap dan sopan satunnya akan terlihat. Hal ini juga bisa dibuktikan ketika anak lagi ada les, maka nggak bisa diajak ngedate. Saat pacaran, dijemput dan diantar pulang tepat waktu. Bertamu pun ada waktunya, nggak sampai larut malam dan tetap pamitan ketika mau pulang.
#3 Demanding
Awalnya, banyak menutut ini itu. “Kamu harus jemput aku ya!”, “Kamu harus temenin aku, ya!”, “Kamu harus kabarin akau terus, ya!”, “Bales chat aku ya, awas kalau engga!” Lama-kelamaan, sifat ini pun bisa mengarah ke posesif. Di mana, anak dikekang, dilarang melakukan hal di luar keinginan pacarnya. Bukan tidak mungkin anak mendapatkan banyak paksaan bahkan ancaman. Hubungan ini kalau tidak segera dievaluasi bisa menuju ke sebuah toxic relationship.
5 Cara Ajarkan Anak Remaja Tentang Sexual Consent
#4 Si yang selalu “Hmm, ntar dulu, lah!”
Ketika anak punya teman dekat, coba ajak dia perhatikan seberapa sering kalimat ini diucapkan oleh temannya. Tapi, perhatikan juga konteksnya, misalnya setiap kali diajak belajar bareng, jawabannya, “Hmm, ntar dulu, lah!”, diajak bimbel bareng, “Hmm, ntar dulu, lah!”, diajak ngerjain tugas, “Hmm, ntar dulu, lah!”, bahkan diajak buat daftar ke kampus impian bareng, jawabannya masih, “Hmm, ntar dulu, lah!” Baiknya, sih, Nak, nggak usah ditungguin, ya! Karena nggak tahu kapan dia akan beneran bergerak. Dengan kata lain, mereka nggak akan bisa jadi andalan.
#5 Orang dengan self esteem yang rendah
Biasanya sering merasa insecure, nggak PD dengan dirinya, bahkan menganggap dirinya nggak worth. Misalnya, sedikit-sedikit ngumpet, merasa minder, bahkan nggak berani kenalan sama kita. Malu itu wajar, tapi kalau sudah kedapatan bertemu langsung di depan mata, lalu temannya malah kabur, nggak mau menunjukkan dirinya, sebaiknya ingatkan anak untuk berpikir ulang. Biasanya, mereka juga cenderung tidak memiliki visi terhadap dirinya sendiri. Nanti mau kuliah di mana, mau ambil jurusan apa, nggak pernah ada di dalam bayangan mereka.
Tips Orang Tua Bisa Lebih Dekat dengan Anak Ketika Mereka Beranjak Remaja
#6 Overconfidence
Sebaliknya, pikir-pikir juga, ya, Nak, kalau kamu berhadapan dengan orang yang overconfidence. Mereka cenderung meremehkan hal-hal penting. Misalnya, “Ngapain sih rajin banget belajar, udah pasti loloslah kalau cuma tes gitu doang!” Atau, “Ah, PR banget lah nyatet-nyatet, ntar ujian juga tinggal ngecap aja, gampang!”
#7 Pongah alias sombong!
Nomor 6 juga bisa mengarah ke sini, yaitu kesombongan, lawan dari memiliki kerendahan hati. Tipe yang cenderung merasa bahwa dirinya penting, lebih dari yang lain, bahkan derajatnya di atas yang lain. Ketika menjadi pasangan, orang ini cenderung “cerewet” atau hobi mengkritik, bahkan pada penampilan kita. Kalau laki-laki, misalnya beropini, “Kamu pake itu? Nggak ada yang lebih bagus bajunya?” Kalau perempuan, “Kamu jemput aku pakai motor? Nggak ada mobil?” Umum banget, ya, alias sering banget terjadi.
Catat lagi, ya, Mommies! Bila kita berharap anak untuk menghindari orang dengan 7 karakter ini, pastikan anak kita juga bukan tipe yang seperti ini. Kita bisa kok mendidik anak untuk bisa mencari pasangan yang sepadan. Tahunya dari mana? Dari kekompakan mereka untuk maju dan mengejar cita-cita maupun impian besar mereka dengan saling mendukung. Dunia nggak kiamat besok, kok. Masih ada banyak cara, banyak waktu dan kesempatan kalau memang mereka berniat menjaga hubungan ini untuk terus berlanjut.
Baca juga:
10 Hal yang harus dipahami Orang tua dari Anak Remaja
Protective mask photo created by jcomp – www.freepik.com
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS