Menjadi orang tua dari anak remaja memilik tantangan yang berbeda dan butuh memahami beberapa hal yang sayangnya seringkali kita lupa. Berikut 10 hal yang perlu dipahami, nomor satu paling penting.
Being a parent isn’t always easy. Setiap tahapan usia anak memberikan tantangan tersendiri untuk kita sebagai orang tua, begitu pun menjadi orang tua dari anak remaja. Si anak remaja yang secara tumbuh kembang otaknya belum sempurna, yang kerap merasa mereka tahu segalanya, yang ingin mendobrak dunia dengan pemikiran-pemikiran mereka (merasa familiar dengan kita dulu saat remaja ya?).
So, based on pengalaman menjadi orang tua dari dua anak remaja, berikut sedikit tips yang semoga bisa membantu sesama orang tua.
1. Berkonflik dengan anak itu adalah hal yang wajar
Konflik itu tidak selamanya buruk, kok. Ingat saja, anak remaja kita mulai belajar apa artinya independent, mereka mulai meminta kebebasan lebih besar, dan dalam prosesnya, sangat normal untuk terjadi konflik antara si anak dan orang tua. Ditambah kemampuan mereka untuk bernegosiasi juga meningkat. Selama konflik masih dalam batas normal, itu artinya hubungan kalian sehat.
2. Luangkan waktu untuk mendengarkan dan ngobrol
Ingat ya, untuk mendengarkan, bukan untuk menghakimi, atau mengkritisi. Tahan dulu kegatalan mulut kita yang ingin komen-komen nyinyir. Mereka butuh didengar.
3. Belajar merespek sudut pandang mereka
Jangan berharap si anak remaja akan selalu setuju dengan apa yang kita katakan. Usia remaja memang waktunya mereka untuk belajar beropini, berdebat dan mengetes orang lain (termasuk orang tuanya). Ini saatnya kita sebagai orang tua belajar untuk agree to disagree. Ketika kita bisa menunjukkan respek terhadap sudut pandang mereka, mereka pun akan melakukan hal yang sama.
4. Tunjukkan kita tertarik dengan hidup mereka
Biarkan anak remaja kita tahu bahwa orang tuanya berminat dengan hidup mereka, dengan apa yang mereka lakukan, dengan siapa mereka berteman, dengan masalah mereka dan dengan apa yang membuat mereka bahagia. Namun, pahami batasan agara rasa tertarik kita tidak berbalik menjadi rasa kepo yang tidak mengenal batasan.
5. Luangkan waktu
Anak kita bertambah dewasa dan hubungan kita dengan si anak juga pasti mengalami perubahan serta butuh penyesuaian. Mtereka tidak lagi nyaman berlama-lama dengab kita, atau bepergian dengan kita. Namun, mereka tetap butuh tahu bahwa orang tuanya selalu ada untuk mereka. Tak perlu lam namun rutin, cukup 10 menit per hari untuk terkoneksi dengan mereka.
6. Dengarkan dan bicara
Berikan telinga untuk mendengar dan tahan diri untuk mengkritik atau menghakimi. Anak perlu merasa nyaman saat dia bercerita. Tak hanya dengar sambil lalu, namun perhatikan dan berbicara alias ngobrol. Buat suasana yang nyaman. Jika kita kesal mendengar cerita si anak, lebih baik minta jeda sekian menit sebelum kita kembali menghampirinya.
Baca juga: 7 Cara Menjadi Pendengar yang Baik Untuk Anak
7. Berikan mereka space
Sama seperti orang dewasa, anak remaja juga butuh space untuk diri mereka sendiri, melakukan apa yang mereka suka da mereka juga punya hak menentukan mana yang ingin mereka sharing ke kita atau tidak. Sepakati di awal bahwa selama “rahasia” mereka tidak menyakiti diri mereka sendiri, menyakiti dan merugikan orang lain serta tidak mengancam nyawa, maka tidak kenapa-kenapa.
8. Encourage them
Walau mereka gengsi berdekatan atau dipeluk oleh kita, namun mereka tetap butuh mendengar pujian serta penghargaan dari kita orang tuanya. Hargai setiap keberhasilan yang mereka raih mau itu sesederhana apa pun di mata kita.
9. Berbagi pengalaman
Jangan hanya menceritkan kesuksesan yang kita raih, namun berbagi juga mengenai kegagalan kita. Agar anak tidak merasa terintimidasi dan paham bahwa gagal dalam hidup sesekali itu wajar, kok!
10. Look after yourself
Jangan lupa untuk memerhatikan kebutuhan diri kita sendiri, kebutuhan untuk bergaul, kebutuhan untuk dihargai dan dicintai, kebutuhan untuk menjadi bahagia.
Sumber artikel dari sini