Dunia bagaikan hancur saat mengetahui anak yang kita cintai menjadi korban pelecehan seksual. Apa sebenarnya hal yang tepat yang harus orang tua lakukan?
Pelecehan seksual semakin marak terjadi. Pastinya para orang tua turut merasa resah dengan meningkatnya kejadian yang terjadi.
Saat anak menjadi korban, tidak dipungkiri kalau hal tersebut akan sangat menyakitkan. Selain fokus pada menghadapi situasi, dibutuhkan juga tindakan tepat mengenai langkah apa yang harus dilakukan terlebih dulu.
Apakah harus segera menindak pelaku dan membawanya ke jalur hukum, atau sebenarnya yang perlu dilakukan adalah menyelamatkan mental anak terlebih dulu?
Untuk itu, Mommies harus memahami terlebih dulu tanda-tanda anak mengalami pelecehan seksual. Terutama, jika anak masih duduk di bangku sekolah. Dengan mengetahui tanda-tandanya, Mommies bisa melakukan tindakan yang tepat apabila anak menjadi korban pelecehan seksual.
Berikut tanda-tanda yang penting diperhatikan:
Tentu, tidak mudah bagi anak dan orang tua yang menjadi korban pelecehan seksual. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua ketika anak menjadi korbannya.
BACA JUGA: Tujuh Hal yang Harus Diketahui Orangtua Mengenai Pelaku Pelecehan Seksual
Orang tua tidak semestinya menunjukkan penghakiman di awal. Misalnya, “Kenapa kamu diam saja? Cepat ceritakan kejadiannya!” Jika seperti itu, anak pada akhirnya bisa saja tidak akan mau cerita.
Jika memang anak tidak cerita, ada kemungkinan ia merasa ada jarak dan tidak percaya dengan orang tua untuk mengatakan hal yang terjadi padanya. Sehingga, orang tua perlu untuk melihat tanda-tanda kalau anak mengalami permasalahan.
Agar anak mau bercerita, orang tua bisa melakukan pendekatan terlebih dulu. Misalnya dengan mengajak mereka makan atau jalan-jalan, hingga datang momen yang tepat untuk membicarakan hal tersebut.
Apabila ada perubahan sikap, kebiasaan, raut wajah yang sangat signifikan, inilah saat orang tua perlu waspada. Jangan langsung mencecar anak dengan beribu pertanyaan, namun berikan ia rasa aman terlebih dulu.
Rasa aman diciptakan dari orang tua yang bertanya dengan suara lembut, wajah menenangkan, dan memastikan bahwa apa yang anak katakan tidak akan mendapat penghakiman. Dengan begitu, anak akan merasa aman bercerita tanpa ada konsekuensi penghakiman.
Berbicara dengan anak juga perlu mempertimbangkan situasi yang tenang. Jika anak dalam kondisi yang memungkinkan untuk diajak ngobrol, orang tua bisa ngobrol sambil perlahan menggali kejadian yang sebenarnya terjadi.
Orang tua juga perlu mengetahui bagaimana cara untuk menguasai emosi saat menghadapi kasus pelecehan yang terjadi pada anak. Ini beberapa caranya:
Jelas tidak mudah untuk menguasai emosi di saat seperti ini. Namun, reaksi berlebihan akan membuat tidak fokus terhadap masalah yang sedang terjadi haruslah dihindari. Jangan sampai akhirnya orang tua yang dianggap salah karena memukuli si pelaku. Banyak kasus pelecehan seksual berujung pada pelaporan korban karena main hakim sendiri.
Penyelesaian masalah harus dilakukan dengan cara yang strategis, bijak, dan penuh perencanaan. Jika ingin menuntut orang yang diduga melakukan pelecehan seksual, maka diperlukan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Antara lain bukti, saksi, visum secara fisik, hingga bukti CCTV atau video.
Sebisa mungkin, anak korban pelecehan seksual dibawa ke profesional untuk mendapatkan penanganan yang tepat sebelum terlambat. Karena jika tidak dan jika semakin lama ditangani, semakin jelas terekam dan terpola kejadian di otak dan ingatan anak.
Hal ini tentu akan berdampak buruk pada anak korban pelecehan. Sehingga lebih baik jika saat itu juga, orang tua langsugn bawa anak ke psikolog atau psikiater kalau kasus pelecehan yang dialami berkaitan dengan kasus hukum.
BACA JUGA: Saat Anak Mengalami Pelecehan Seksual di Sekolah, Orang Tua Perlu Lakukan Hal Ini!
Jangan ragu untuk meminta bantuan ke Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA), karena di situ anak akan dilindungi hak-haknya. Tindakan seperti ini penting dilakukan. Jadi apabila ada masalah terkait, langsung laporkan. Jangan ditangani sendiri, sebab ini kasus besar dan bukan hal sepele.
Trauma pada anak korban pelecehan seksual dapat berakibat fatal, lakukan beberapa langkah berikut untuk menanganinya:
Orang tua perlu menumbuhkan rasa aman dan meningkatkan kepercayaan anak pada dunia luar. Karena ketika anak berada di bawah tekanan seperti ini, anak sering mengembangkan rasa tidak percaya pada dunia luar yang akan mempengaruhi hal-hal seperti tidak ingin menikah, tidak ingin dekat dengan orang asing, tidak ingin memiliki anak.
Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan rasa aman dan nyaman untuk mendukung pemahaman anak yang benar tentang nilai-nilai keluarga, nilai-nilai gender, dan nilai-nilai sosial budaya. Dengan cara ini anak tidak memiliki pikiran negatif terkait dengan masyarakat dan citra dirinya.
Trauma memang perlu disembuhkan, tetapi kesadaran orang tua juga perlu dibangkitkan. Kesadaran berarti mengetahui kegiatan sehari-hari anak. Misalnya, penting untuk mengontrol ke mana anak pergi dan dengan siapa. Bisakah dia dibebaskan?
Dan solusi nyatanya adalah dengan mengenalkan pendidikan seks pada anak. Jika sudah diberikan pendidikan seks dan anak mengerti, ketenangan akan terjadi secara alami dan dengan sendirinya pada anak.
Stigma yang terjadi memang di luar kendali kita. Usaha orang tua untuk membantu mengubah bahkan menghilangkan stigma bisa dilakukan pada pembimbing lingkungan masing-masing.
Jika stigma terjadi di lingkungan sekolah, orang tua dapat berbicara dengan guru. Jika terjadi di lingkungan tempat tinggal, bisa bicara dengan ketua RT.
Memang sulit mengontrol stigma-stigma yang ada. Namun hal ini demi memperkuat ketahanan anak, sehingga upaya-upaya ini layak untuk dilakukan.
Trauma yang tidak ditangani dengan baik dan tuntas pasti ada dampaknya. Semua aspek kehidupan anak akan terhambat karena masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan.
Misalnya, jika anak mengalami PTSD, anak tersebut tidak dapat aktif secara sosial dan tidak dapat bahagia. Seiring bertumbuh dewasa, hal-hal tersebut akan mempengaruhi emosi anak, keterampilan sosial akan menjadi buruk, hingga tidak bisa luwes ketika tumbuh dewasa.
Di sekolah, tertinggal secara akademik. Lebih buruk lagi dengan adanya masalah psikologis, depresi, suasana hati, masalah seksual di masa dewasa.
BACA JUGA: Dengarkan Cerita Mereka, para Laki-laki Korban Pelecehan Seksual
Sumber artikel dari sini.
Cover image: Photo by Monstera on Pexels