Mematahkan stigma melahirkan itu sakit, Bidan Yesie Aprillia buktikan bahwa melahirkan itu tidak sesakit dan tidak semenyeramkan itu dengan hypnobirthing.
Melahirkan dengan gentle birth semakin populer dan semakin banyak dicari oleh para ibu hamil. Gentle birth merupakan istilah dari cara persalinan yang dilakukan secara normal dan minim rasa sakit. Cara melahirkan gentle birth ini dilakukan dengan metode hypnobirthing, di mana terdapat kombinasi teknik hipnosis yang dilakukan kepada ibu yang akan melahirkan agar bisa mendapat relaksasi dan mengurangi rasa takut, cemas, dan sakit saat persalinan berlangsung.
Salah satu sosok yang gencar melakukan sosialisasi tentang Gentle Birth dengan metode hypnobirthing ini adalah Bidan Yesie Aprillia. Ia adalah seorang bidan, praktisi dan trainer gentle birth dan hypnobirthing, dan merupakan penulis buku ‘Bebas Takut Hamil & Melahirkan’. Ia juga pemilik klinik Bidan Kita, salah satu pelopor dan penggiat gentle birth di Indonesia.
Dalam wawancara kali ini, Bidan Yesie membagikan ceritanya tentang bagaimana ia bisa menjadi seorang bidan dan mendirikan klinik Bidan Kita. Ia juga memberikan tips untuk Mommies yang berencana melahirkan dengan gentle birth dan hypnobirthing.
Simak obrolan Mommies Daily dan Bidan Yesie selengkapnya di bawah ini ya, Mommies.
Sebenarnya menjadi Bidan bukan cita-citaku, karena aku tidak tahu apa itu menjadi Bidan. Kalau ditanya cita-citaku di masa kecil, aku dulu pingin banget pakai baju bagus, sepatu heels, bawa laptop, trus pergi naik pesawat. Hal ini karena aku melihat sosok tersebut ada pada buleku (tanteku). Pekerjaan beliau sebagai apoteker juga membuat aku ingin menjadi sepertinya.
Setelah masuk sekolah perawat, aku juga bahkan belum tau apa tugas dan menjadi seorang perawat. Aku baru tahu ketika sudah menjalani studinya, di mana aku harus belajar dan praktik dengan merawat pasien. Hal itu berat banget bagiku karena aku ketika kecil adalah anak yang manja. Namun dengan menjadi perawat, aku harus banyak mandiri.
Lulus dari sekolah perawat, aku bekerja di dua rumah sakit dan menikah. Setelah menikah dan melahirkan, aku melanjutkan pendidikan kebidanan. Begitulah cerita dan gimana senangnya aku menjadi bidan.
BACA JUGA: Fakta dan Mitos Hypnobirthing yang Wajib Mommies Tahu
Foto: dok. Bidan Yesie Aprilia
Dulu saat aku melahirkan, ternyata prosesnya sangat mudah sekali. Padahal dulu ketika sekolah, yang aku tahu dan pelajari adalah melahirkan itu sakit. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi aku.
Saat itu, aku juga tidak berencana melahirkan di rumah. Tapi ternyata anak pertamaku, Gebi, ingin dilahirkan di rumah. Saat Gebi masih di kandungan, komunikasi aku dengan dia juga sudah intens. Aku juga selalu bilang sama anakku ini ketika dia masih dalam kandungan, misalnya seperti, “Kalau bisa lahirnya sama dengan ulangtahun mama aja dong di tanggal 24. Dan kalau bisa di hari Sabtu aja pas papa di rumah dan pas gajian.”
Ketika aku kontraksi di malam hari, aku bahkan nggak tahu dan nggak merasakan apa-apa. Yang ada aku malah happy karena suami ada di rumah, soalnya dia kerja di luar kota dan hanya pulang seminggu sekali.
Aku terbangun sekitar jam 10 malam karena ketubanku pecah. Lalu bidan datang dan aku melahirkan begitu saja. Tidak ada teriak, tidak ada kesakitan. Prosesnya begitu smooth dan tidak ada trauma sama sekali, semua berjalan lancar.
Nah, dari situlah aku berpikir “Ternyata melahirkan itu enak, lho. Aku bisa kok, walaupun aku anak pertama.”
Sambil membesarkan anak pertama, aku juga sekolah, kemudian lulus kuliah, dilanjut kuliah lagi, kemudian menjadi dosen di sebuah STIKes di Yogyakarta. Lalu aku berpikir, kenapa orang-orang banyak yang berpikir bahwa melahirkan itu sakit? Padahal aku melahirkan tidak sakit.
Dari situ, aku merasa aku mesti melakukan edukasi. Didasari dengan ilmu yang pernah aku pelajari dari beberapa guru di luar negeri, seperti hipnoterapi, water birth, tentang hypnobirthing yang dulu masih jarang sekali di Indonesia.
Akhirnya mulai tahun 2006, aku sudah mulai aktif mengedukasi para tenaga kesehatan dan sudah bergabung dengan ibu Lanny Kuswandi, pakar hypnobirthing Indonesia, dan aku diajak keliling seluruh Indonesia untuk sharing ke bidan-bidan tentang hypnobirthing.
Pada tahun 2009, aku membuat website. Salah satu kenalanku yang membantu membuat website dan bilang kalau nama website harus yang gampang diingat. Saat itulah tercetus nama “Bidan Kita”. Aku juga rajin menulis di website sampai akhirnya aku memutuskan untuk membuka klinik dengan nama yang sama, yaitu Bidan Kita. Setelah itulah baru merambat ke media sosial, mengikuti perkembangan jaman.
BACA JUGA: Hamil dan Bekerja? Pahami Hak-hak Anda!
Masyarakat pada umumnya punya pemikiran menyeramkan tentang melahirkan. Misalnya pada seorang ibu yang baru melahirkan, biasanya kalau ditanya, “Bagaimana melahirkannya?”, jawabannya yang sering diberikan seperti, “sakit banget”, “kayak mau mati”, dan lain-lain.
Kebanyakan orangtua yang ingin punya anak lagi juga seringkali tidak mempersiapkan anak sebelumnya untuk memahami kenapa ibunya hamil di mana nantinya si kecil akan punya adik lagi. Sehingga banyak anak yang belum siap untuk punya adik. Inilah yang bisa menimbulkan perasaan sedih, merasa diabaikan, dan ditolak ketika nantinya ia memiliki adik baru dan menyebabkan trauma pada anak.
Pada umumnya, bidan dan dokter bertujuan untuk membantu ibu melahirkan dan memastikan ibu dan bayinya sehat secara fisik. Tapi, di Indonesia ada nggak yang periksa secara psikis?
Saat seorang ibu sudah melahirkan dan pulang ke rumah, dia bisa saja terjadi postpartum depression, baby blues, dan lain-lain. Cuma hal ini biasanya tidak terlalu diperhatikan oleh kebanyakan bidan dan dokter.
Dari situlah aku berpikir harus menjadi bidan untuk memenuhi peran tersebut yang bertujuan untuk mengedukasi ke ibu hamil. Supaya ibu hamil juga menjadi lebih pintar dan menyadari bahwa melahirkan itu tidak sakit dan tidak menyeramkan dengan metode hypnobirthing.
Fenomena yang ada, memang butuh perjuangan yang luar biasa karena tidak semua tenaga kesehatan itu satu visi. Akhirnya dulu aku juga pernah mengalami klinikku di-banned tidak boleh praktek, sempat dikucilkan, bahkan sampai sekarang apa yang dilakukan oleh Bidan Kita juga selalu disorot.
Foto: dok. Bidan Yesie Aprilia
Kalau capek sebagai seorang bidan sih enggak, ya. Karena akhirnya aku jatuh cinta banget menjadi seorang bidan. Kalau dalam kehidupan pribadi paling lebih ke capek kalau ada masalah aja.
Yang bikin mood itu ngomong. Mungkin karena kebutuhanku bicara tuh satu juta kata kali ya, hehe. Kayak setiap pagi kan aku ada live, banyak ngobrol, itu yang bikin mood nya jadi baik.
Knowledge is power, itu dulu yang harus dipahami. Aku sudah menyediakan segala knowledge mengenai Gentle Birth di website Bidan Kita. Jadi jika Anda menginginkan sesuatu, upayakan. Karena keputusan untuk mendapatkan pengalaman lahir yang positif itu ada di tangan ibu dan suami, bukan di tangan bidan.
Jadi pahami dulu apa dan bagaimana Gentle Birth baru setelah itu konsultasikan dengan bidan atau dokternya.
Cover image: dok. Bidan Yesie Aprilia