Sorry, we couldn't find any article matching ''
If My Son Comes Out as LGBT
Pernah terpikir nggak kalau suatu hari anak kita coming out as LGBT? Apa yang akan kalian lakukan?
Tapi namanya punya anak ya, merencanakan yang baik-baik tentu sudah. Merencanakan yang “buruk” juga nggak kalah pentingnya. Lebih ke mempersiapkan diri agar tidak shock atau malah stres berat.
Pertama, saya akan memeluk anak dan bilang terima kasih sudah bersedia jujur. Kedua, saya mungkin akan tanya dia apa rencana selanjutnya dalam hidup. Banyak sekali orang LGBT yang tidak bisa hidup dengan tenang. Pada keluarga saja mereka tidak bisa pulang. Apalagi pada masyarakat.
Please note, I have nothing against LGBT community but if my son is one of them, one thing that scares me is the society.
Saya membayangkan hidupnya akan jadi sulit dan tidak lagi bebas. Apalagi jika ingin jadi transgender ya. Terbayang berapa banyak orang yang menekannya hanya karena ia jadi dirinya sendiri.
Hal kedua yang saya takutkan adalah, jika saya, sebagai orangtuanya sudah tidak bisa jadi rumah baginya, ke mana dia akan pulang?
Tentu ke tempat yang bisa ia anggap rumah kan? Siapkah saya tidak punya anak lagi? Tentu lebih baik punya anak dan menerima apapun kondisinya kan dibanding jadi tidak punya anak sama sekali karena ia tak lagi menganggap saya rumahnya?
Padahal janji saya padanya adalah menerima semua kondisinya, siapapun kamu, segagal apapun kamu, sesalah apapun kamu, aku adalah mamamu. Kami adalah rumahmu.
Yang lebih buruk lagi adalah jika ia terpaksa harus membohongi diri sendiri dan perempuan agar bisa menikah dan tidak mengecewakan keluarga. Saya baru tahu ternyata ada satu group di Facebook yang isinya adalah para istri dari suami yang mengaku gay setelah menikah.
Baca juga: Suami Mengaku Gay Setelah Menikah, Apa yang Harus dilakukan? Ini Saran Psikolog!
Bayangkan, mereka harus terpaksa menikah agar berhenti dapat tekanan sosial. Satu jiwa lain jadi korban, istrinya. Dan jiwa-jiwa berikutnya jika ia sampai punya anak.
Apakah tega? Membohongi diri sendiri itu satu hal. Tapi mengorbankan hidup perempuan yang seharusnya bisa jadi istri bagi laki-laki lain yang memang menyukai perempuan kan sebetulnya sebuah tindakan yang jahat.
Jangan sampai. Jangan sampai anak kita menyakiti orang lain yang ia sebut sebagai istrinya.
Kami juga sempat bertanya hal ini di Instagram Mommies Daily dan responnya beragam. Yang against LGBT banyak juga yang menyatakan siap “mengawal” anak agar bisa straight. Yang tidak against (saya tidak pakai istilah pro kontra karena menerima bukan berarti pro atau mendukung) juga banyak dan ya, semoga kita bisa jadi mama terbaik dengan respon terbaik untuk banyak masalah di masa depan ya.
Jadi siapkah memikirkan hal ini atau mendiskusikannya dengan suami?
Share Article
COMMENTS