Bagaimana Franka Makarim mendidik anak-anak perempuannya berani bersuara serta berdaya? Berikut hasil wawancara saya dengan Penasihat DWP Kemendikbudristek ini.
Perempuan sering dihadapkan pada pilihan menjadi ibu atau menjadi perempuan dengan karier profesional. Seolah dua pilihan tersebut adalah hal yang terpisah dan mesti dipilih salah satu. Bagi saya, tantangan pertama menjadi mompreneur adalah bagaimana kita berupaya melewati cara pandang yang mengungkung itu, mengelola mindset bahwa perempuan berhak dan bisa menjadi ibu sekaligus perempuan bekerja. Bahkan perempuan bisa menjadikan kedua aktivitasnya itu saling mendukung. Sebagai contoh, saya sudah mulai mengajarkan kepada ketiga putri saya bahwa menjadi seorang ibu bukanlah halangan untuk mengejar impian. Sementara itu, di tempat kerja, saya menunjukkan bahwa pilihan saya untuk juga menjadi seorang ibu justru menjadi kekuatan utama saya.
Pertama, paling penting adalah passion yang kuat atas apa yang menjadi pilihan untuk dijalani. Mengenal dan memahami apa yang menjadi passion kita akan sangat membantu untuk membuat kita terus bersemangat dalam melakukan pekerjaan.
Kedua adalah komunikasi yang terbuka dan hangat, baik dengan keluarga maupun rekan kerja. Hal ini akan sangat membantu , karena selama ini banyak perempuan yang kesulitan untuk menyampaikan apa yang dibutuhkannya dari orang lain kemudian merasa kurang didukung oleh lingkungan.
Ketiga adalah manajemen waktu yang terukur sehingga semua pekerjaan dan tanggung jawab dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Kemudian kita juga perlu konsisten atas apa yang sudah kita upayakan, sebab konsistensi akan menghasilkan dampak yang lebih besar dan bermakna.
Terakhir, berkaitan dengan relasi yang kita bentuk dengan orang-orang di lingkungan rumah dan lingkungan kerja, yaitu rasa empati. Hubungan yang baik dengan keluarga dan rekan kerja perlu dibangun dengan empati dan kepekaan agar lingkungan sekitar kita terus memberikan dukungan yang kita butuhkan.
Bagi saya ini adalah soal merancang dan menjalankan manajemen waktu yang terukur. Ketika saya sedang berada bersama anak-anak, saya akan mencurahkan semua pikiran dan tenaga untuk mereka, tidak sambil memikirkan pekerjaan. Kemudian, jika saya mesti meninggalkan anak-anak untuk urusan pekerjaan, saya ingin memastikan bahwa mereka melakukan kegiatan yang menyenangkan dan edukatif.
Suami yang mendukung berbagai aktivitas profesional saya dan juga berperan sebagai ayah yang luar biasa. Sehingga kami bisa bersama-sama mengelola waktu dan memastikan kehadiran orang tua bagi tumbuh-kembang ketiga putri kami.
Kemudian orang tua saya yang sejak saya masih kecil selalu mendorong saya untuk menjadi perempuan yang mandiri dan bertanggung jawab pada pilihan-pilihan hidup yang saya ambil.
Dan tentunya teman-teman perempuan yang saya miliki, khususnya dua orang yang mengembangkan usaha bersama saya saat ini. Mereka sudah menjadi lebih dari sekadar rekan bisnis, tetapi sahabat yang terus saling mendengarkan, mendukung, dan belajar.
Perkembangan teknologi digital telah memberikan dampak yang lebih besar pada cara kita bekerja dan mendidik anak-anak. Teknologi digital memudahkan saya untuk mengelola dan mengembangkan bisnis, khususnya dalam berkomunikasi dan menjalin relasi. Selain itu, saya juga memanfaatkan teknologi digital untuk mencari bahan-bahan bacaan yang beragam dan menarik untuk anak-anak saya. Dalam hal ini, satu hal yang terus menjadi perhatian saya adalah bagaimana teknologi digital dapat meningkatkan efektivitas pekerjaan dan mendukung pendidikan, tetapi tidak menggantikan relasi yang baik dengan teman atau anak-anak kita.
Sumber image dari sini
Sampai hari ini kasus kekerasan seksual terus terjadi, dan kebanyakan dialami oleh perempuan, ditambah lagi korban seringkali malah disalahkan atas peristiwa yang dialaminya. Hal ini merupakan salah satu akibat yang disebabkan oleh ketidakadilan gender yang terus terjadi sampai hari ini. Oleh karena itu, kita semua harus bersama-sama mengupayakan terwujudnya ruang yang aman bagi perempuan, mulai dari anak-anak sampai dewasa. Ruang yang aman berarti bebas dari kekerasan serta mendukung perempuan untuk memaksimalkan potensi dan minatnya. Rumah, sekolah, dan lingkungan kerja harus menjadi ruang yang aman agar perempuan Indonesia berani menjadi dirinya sendiri, menjalani pilihan mereka, tanpa mengalami ketidakadilan gender.
Kami terus bersama-sama berupaya menjadikan rumah sebagai tempat yang aman bagi ketiga putri kami untuk bermain dan belajar, tanpa rasa takut atau tidak nyaman. Kami selalu membebaskan mereka untuk memilih mau bermain apa, membaca buku yang mereka sukai, serta mendorong mereka untuk berdiskusi dan menyampaikan pendapat atas buku yang mereka baca. Hal-hal seperti ini akan meningkatkan kepercayaan diri dan keberanian mereka untuk menyampaikan pendapat dan berdaya sebagai perempuan.
Pertama, perempuan perlu memiliki kemampuan manajemen diri yang baik, sehingga bisa melakukan pekerjaan dan pilihan yang sudah dipilihnya.
Kemudian, kemampuan komunikasi yang baik akan membantu perempuan untuk menyuarakan pendapat, menyatakan keinginan, dan menolak apa yang merugikan dirinya.
Dan yang tidak kalah penting juga adalah perempuan perlu memiliki nalar kritis dan pikiran yang terbuka agar mampu beradaptasi di tengah segala perubahan.
Baca juga: Ajarkan Anak Perempuan Agar Berani Bersuara
yang merdeka untuk memilih dan menjadi dirinya sendiri.