Kadang kita nggak sadar kalau perilaku nyeleneh anak adalah salah satu tanda anak kurang perhatian dari orang tua. Seperti nomor 10 ini.
Memberi perhatian dengan takaran yang pas ke anak itu susah-susah gampang. Kelebihan bisa bikin anak jadi manja, kekurangan bisa bikin anak jadi sedih hingga berulah. Jadi gimana dong tahunya kalau kita sudah memberi perhatian sesuai dengan yang anak butuhkan?
Kita bisa cek perilaku anak. Apakah ada perubahan tertentu pada diri anak belakangan ini? Entah itu perilakunya yang jadi lebih agresif misalnya, atau tampak dari emosinya yang kerap tampak murung dan nggak bergairah. Bisa jadi itu tanda anak kurang perhatian dari kita, atau anak nggak mendapatkan perhatian sesuai dengan kebutuhannya. Biar bagaimanapun, selalu ada alasan di balik perilaku anak yang menurut kita “nyeleneh”.
1. Sering menyela pembicaraan
Buat anak talkative, menyela pembicaraan mungkin salah satu kebiasaan yang sulit dikendalikan karena ada dorongn bicara yang kuat dari dalam dirinya. Namun, ada juga anak yang menyela pembicaraan dengan sengaja. Pokoknya nggak rela aja kalau melihat bapak ibunya asik ngobrol. Inginnya dia saja yang bicara. Ini bisa jadi tanda anak kurang perhatian. Ia memberikan sinyal bahwa dia butuh dilihat dan didengar.
2. Mendramatisir peristiwa
Pernah nggak mommies menemukan anak terjatuh atau menyenggol sesuatu di rumah, tidak sampai terluka, tetapi ia berteriak “aduh!!” dengan kencang? Mungkin sakitnya sedikit aja, dan masih sangat bisa dia tanggung. Namun ia berteriak agar orang tua segera menghampiri dengan rasa khawatir dan penuh perhatian. Atau, ketika anak menangis, tangisannya dibuat lebih kencang atau meraung-raung. Atau ada hal yang salah sedikit saja, bereaksi berlebihan. Ini bisa jadi tanda anak kurang perhatian. Cobalah untuk mencurahkan perhatian lebih kepada anak, agar mereka nggak perlu “bertingkah” dulu untuk mendapatkannya.
3. Melampiaskan energi negatif terhadap benda atau orang-orang di sekitarnya
Ketika anak kurang perhatian, maka ia akan cari perhatian. Sederhana, ya? Terkadang bahkan menghalalkan berbagai cara. Misalnya, dengan cara melempar mainannya, atau dengan berperilaku agresif terhadap kakak atau adiknya. Walaupun perhatian yang didapat dari orang tua akhirnya berbentuk teguran, nasihat atau bahkan omelan, bagi anak, yang penting orang tua sudah “nengok” ke mereka.
Selain mulai memberi perhatian cukup pada anak, ajari anak untuk mengelola emosinya agar tidak melukai ketika merasa kecewa atau marah. Tapi sebelum itu, validasi dulu emosi mereka, agar kita bisa memahami penyebab dari perilaku negatif mereka.
4. Berpura-pura sakit
Anak-anak tahu, saat mereka sakit, mereka mendapat perhatian paling banyak dari orang tua. Anak bisa menolak pergi ke sekolah, pergi les, dan kegiatan lainnya dengan alasan sakit. Orang tua jadi khawatir, lalu nggak pergi kerja untuk merawat dirinya. Tujuan si kecil satu: hanya ingin menghabiskan waktu bersama orang tua di rumah dan diperhatikan.
Mungkin ortu nyadar kalau anak lagi berpura-pura sakit. Ketimbang mendebat anak dan jadi power struggle, lebih baik tanyakan kondisi mereka, dan beri ruang untuk berkata jujur. Ini juga bisa jadi peringatan buat kita: jangan-jangan belakangan ini kita super sibuk dan lagi abai dengan anak?
5. Melakukan sesuatu dengan lebih lambat
Mandi, makan, membereskan mainan, belajar, jadi ogah-ogahan. Melakukan sesuatu yang mereka bisa selesaikan dalam waktu 1 menit, jadi 10 menit. Pasti ini bikin ortu jadi gemas, nggak sabar lalu jadinya fokus untuk mendampingi mereka untuk menyelesaikan tugasnya. Nah, trik cari perhatiannya, berhasil, kan?
6. Jadi sering tantrum
Mudah ngambek atau marah di depan publik, jadi rewel di malam hari, atau sering menangis tanpa sebab, bisa jadi tanda anak merasa sedang kekurangan perhatian orang tuanya. Moodnya berantakan, mereka ingin segera mendapat pelukan, belaian atau kasih sayang orang tua.
Baca juga: Alasan Anak Sering Marah Tanpa Sebab dan Cara Mengatasinya
7. Menunda-nunda waktu tidur
Alasannya, karena masih ingin bermain sama mommies atau daddies. Terkadang, jadi nggak mau tidur sendiri juga, karena mereka takut kehilangan momen dengan ortu, saking singkatnya waktu bersama yang dihabiskan bersama bagi mereka.
8. Sering minta bantuan
Bukan karena nggak bisa, tapi supaya bisa mendapatkan waktu dan perhatian mommies aja. Mungkin terkadang jadi merepotkan, tapi coba, deh, luangin waktu dengan mindful bersama anak. Kalau perhatian untuk mereka cukup, semestinya mereka nggak sering minta bantuan untuk sesuatu yang mereka sudah bisa.
9. Sering terlihat murung
Tadinya ceria, enerjik, sekarang lebih sering terlihat murung, nggak bergairah dan sedih. Terkadang yang benar-benar mereka butuhkan adalah lebih banyak cinta, perhatian dan waktu berduaan dengan orang tua. Sekedar bermain di taman seharian di mana orang tua benar-benar terlibat dengan anak bisa membuat mereka ceria lagi. Nggak harus disogok dengan perhatian materiil berupa hadiah-hadiah atau pergi ke tempat bermain yang mewah. Sebab yang mereka butuhkan adalah quality time bersama orang tua, bukan perhatian yang sifatnya semu.
10. Berperilaku negatif
Bisa dibilang jadi “nyeleneh” perilakunya. Misalnya mendadak jadi talk back, berbicara kurang sopan, lalai dengan tanggung jawab, kurang peduli, usil mengganggu adiknya, dan seterusnya. Mereka jadi membuat perkara yang mengundang emosi sekaligus perhatian orang tua.
Anak-anak belum mampu menyampaikan perasaannya dengan gamblang ketika butuh perhatian. Jadi, perilaku anak bisa jadi catatan buat orang tua untuk kembali mencurahkan perhatian kepada anak Tinggal kita, orang tua, peka atau tidak? Yuk, balik ke rumus bonding ortu-anak: luangkan waktu setiap hari tanpa distraksi bersama anak sekitar 15-30 menit.
Baca juga: Perilaku Anak Sekolah Dasar yang Perlu Perhatian Lebih