Sorry, we couldn't find any article matching ''
Zsazsa Caesar: Saya Tidak Ingin Menjadi Ibu yang Selalu Kuat Setiap Saat
Kondisi Vitiligo pada kulitnya membuat Zsazsa Caesar belajar untuk tidak harus memaksakan diri diterima oleh banyak orang, cukup pilih beberapa yang benar-benar memahami dan mendukung mimpinya.
Hidup sebagai penderita Vitiligo bukan hal yang mudah bagi Zsazsa Caesar, apalagi bagi dunia yang masih saja memandang tampilan fisik sebagai tolak ukur. Sempat mengalami ejekan demi ejekan, namun Zsazsa membuktikan diri bahwa fokus pada kelebihan diri jauh lebih baik. Kini, di usianya yang masih muda, Zsazsa sudah jauh lebih mampu berdamai dengan kondisi diri dan bahkan berhasil menjadi model.
Seperti apa perjuangannya untuk membangun rasa percaya diri, seperti apa ketidakadilan yang pernah ia rasakan dan ingin menjadi ibu seperti apa dia ke depannya? Berikut hasil ngobrol-ngobrol saya dengan Zsazsa Caesar.
Tiga sifat atau sikap yang kamu suka dari seorang Zsazsa Caesar?
- Resilience. Dalam hidup, saya tidak selalu menerima hal-hal yang saya inginkan. Menerima sesuatu yang menyenangkan lebih mudah dibandingkan sesuatu yang kita anggap ketidaksempurnaan, kelemahan, atau pengalaman buruk. Pengalaman-pengalaman itu justru mengajarkan saya untuk bangkit kembali dan yakin setiap masalah bisa dilalui dan jadi pengalaman berharga sekaligus bermakna dalam hidup saya.
- Tolerant. Terlahir berbeda membuat saya mempunyai sifat toleransi tinggi, mudah bagi saya menerima perbedaan yang ada. Perbedaan justru membuat masing-masing individu menjadi unik dan menarik.
- Patient. Ini yang membuat saya bisa mencapai titik sekarang. Sabar membuat saya sadar bahwa semua hal ada waktunya tersendiri dan usaha tidak akan mengkhianati hasil. Jika hari ini kamu gagal, bersabarlah dan tenang karena ada waktunya kamu akan berhasil dan usahamu hari ini tidak akan sia-sia.
Baca juga: Tips Percaya Diri di Dunia yang Membuat Kita Sulit Percaya Diri
Pengalaman masa kecil yang membentuk kamu memiliki 3 hal tersebut?
Sejak umur 5 tahun, saya mulai mempunyai bercak putih di kulit saya, disebut dengan vitiligo. Sulit sekali untuk menerimanya karena saya merasa kurang dan berbeda dari orang lain. Saya merasa kecewa, marah dan sedih ketika melihat diri sendiri di cermin dan yang selalu ada di benak saya saat itu adalah “kenapa saya Tuhan yang punya hal ini?” Selain itu saya menutupi vitiligo saya karena malu. Pengalaman ini membuat saya menjadi manusia yang kuat. Setiap waktu saya belajar untuk meningkatkan self-confidence dalam diri saya sendiri. Dan hal itu membutuhkan waktu hingga saya umur 23 tahun, baru berani menjadi diri saya sendiri dan tidak menutupi vitiligo yang saya punya.
Buku, film atau pengalaman tertentu yang mengubah cara pandang kamu terhadap suatu hal?
Film Wonder dan The Greatest Showman. Di dua film ini, karakter-karakternya terlahir berbeda dan hal tersebut tidak membuat mereka berhenti bermimpi, tidak berhenti berbuat baik walaupun mungkin orang lain menyakiti perasaan mereka, dan tidak membuat mereka berhenti melangkah maju. Mereka mengubah kekurangan menjadi kelebihan dan bahkan menginspirasi orang lain. Kesuksesan bagi mereka bukan tentang pencapaian atau uang, tetapi menjadi diri sendiri tanpa takut orang memandang apa dan impact apa yang mereka berikan kepada orang lain.
Ini beberapa quotes yang saya suka dari kedua film tersebut:
Wonder “The best way to measure how much you’ve grown isn’t by inches or the number of laps you can now run around the track, or even your grade point average– though those things are important, to be sure. It’s what you’ve done with your time, how you’ve chosen to spend your days, and whom you’ve touched this year. That, to me, is the greatest measure of success.”
The Greatest Showman “No one ever made a difference by being like everyone else.”
Sebagai seseorang dengan Vitilligo, apa tantangan yang dihadapi dan apa yang membuat kamu mampu menghadapi tantangan?
Tantangan yang harus dihadapi ada dua, dari orang lain dan dari diri sendiri. Kalau dari orang lain seperti tatapan, perkataan menyakitkan dari orang yang tidak memahami vitiligo (ejekan) dan pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang ketika melihat kulit atau rambut saya berkali-kali sampai saat ini terkadang melelahkan untuk menjelaskannya.. hehehe. Kalau tantangan dari diri saya sendiri menerima dan membangun kepercayaan diri.
Hal yang membuat saya dapat menghadapi tantangan tersebut adalah yang pertama menerima diri. Vitiligo ini adalah bagian dari diri saya yang harus saya terima sebagai keunikan dalam diri saya. Kedua dukungan dari orang-orang yang saya sayangi. Kalian tidak harus diterima banyak orang, cukup satu orang yang benar-benar percaya dan mendukung kamu. That’s all, saya bersyukur punya keluarga dan teman-teman yang tidak memandang saya dari vitiligo yang saya punya, tapi apa yang ada dalam diri saya.
Apakah ada perbedaan perilaku yang kamu alami dari orang lain berkaitan dengan kondisi kamu?
Tentu saja, ada yang merasa kasihan, ada yang merasa jijik takut menular, tapi ada juga yang terinspirasi dan lebih menghargai dirinya sendiri. Walaupun dulu dapat perlakuan yang tidak enak, setelah menerima diri, perlakuan-perlakuan itu sudah tidak mengganggu lagi atau membuat down karena saya sudah tau nilai dalam diri saya sendiri.
Berkaitan dengan campaign International Women’s Day #BreakTheBias, apa bias mengenai perempuan yang mungkin pernah kamu alami dan yang ingin kamu ubah?
Bias anak perempuan selalu menjadi nomor dua dan anak laki-laki menjadi nomor satu di keluarga yang dibangga-banggakan. Menurut saya itu tidak benar, baik laki-laki maupun perempuan itu setara, dua-duanya bisa membanggakan. Perempuan tidak kalah dengan laki-laki bahkan bisa lebih, jadi jangan takut meraih mimpi atau memiliki perasaan harus lebih rendah dari laki-laki. Perempuan yang punya mimpi dan berusaha untuk meraih mimpinya bisa menjadi nomor satu di bidangnya.
Jika Zsazsa Caesar memiliki anak, hal apa yang ingin kamu hindari sebagai seorang ibu?
Hal yang saya hindari sebagai seorang ibu adalah menjadi kuat setiap saat. Menangis dan bersedihlah beberapa saat itu tidak masalah, hingga emosi itu menjadi netral. Setelahnya bangkit dan hadapi masalah itu, entah ketakutan, rasa bersalah, penyesalan, dsb. Jangan abaikan dirimu sendiri dengan berpura-pura kuat, justru ketika kita berada di point itu di situlah saatnya kamu berkomunikasi dengan diri kamu sendiri. Tanyakan ke dirimu sendiri apa yang kamu butuhkan? Apa yang membuatmu sedih? Apa yang membuatmu takut? Pahami dirimu sendiri dan itulah yang akan membuat dirimu menjadi kuat.
Share Article
COMMENTS