Jangan Larang Anak Laki-laki Menangis, Ini 3 Alasannya!

Parenting & Kids

Fannya Gita Alamanda・10 Mar 2022

detail-thumb

Anak laki-laki menangis sering dianggap tabu. Boys don’t cry. Itu frase yang sering didengar. Namun benarkah anak laki-laki pantang menangis? Memangnya salah?

Secara biologis, wanita lebih sering menangis daripada pria. Ad Vingerhoets, Profesor Psikologi Klinis (Emosi dan Kesejahteraan), Universitas Tilburg, Belanda, menghabiskan waktu 20 tahun untuk penelitiannya tentang menangis. Menurutnya, hormon testosteron berperan dalam mengatur air mata emosional. Testosteron dikatakan menghambat air mata sementara prolaktin, hormon yang ditemukan pada wanita justru mendorong tangisan.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa ada faktor biologis yang berperan pada pria, yang membuatnya menjadi lebih tangguh secara emosional dan hormon mereka mendukung mereka untuk lebih sedikit menangis.

Selain fisiologinya, ada juga pengaruh budaya yang mencegah anak laki-laki menangis dan mengekspresikan emosi mereka. Bijaksanakah melarang anak laki-laki menangis? Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psikolog mengatakan, “Tidak baik jika anak laki-laki dilarang menangis karena mereka juga punya hak untuk mengekspresikan emosi, termasuk menangis.”

Namun Vera juga menyarankan agar terapkan tiga syarat, yang berlaku juga untuk anak perempuan, bahwa dalam mengekspresikan emosi (apa pun bentuknya) anak tidak menyakiti diri sendiri, tidak menyakiti orang lain, dan tidak boleh merusak barang.

Ketika ia semakin besar, Mommies juga bisa memberinya waktu untuk menenangkan diri. Mommies bisa tanyakan berapa lama waktu yang ia butuhkan untuk menangis. Atau Mommies yang tentukan dengan bilang, “Nangisnya sampai jarum jam di angka 3, ya, Sayang. Setelah itu, Mama ingin kita bicara.” Atau Mommies boleh menemani saat anak menangis sambil memeluknya.

Jika Mommies bertanya apakah ada batasan usia sampai kapan anak laki-laki boleh menangis maka jawabannya: tidak ada. Namun diharapkan semakin besar, anak semakin paham bahwa ada hal-hal yang lebih baik atau penting untuk dilakukan daripada berlama-lama menangis, seperti berusaha mengatasi masalah dan bangkit lagi.

Sekarang mari kita bahas mengapa Momies harus membiarkan anak laki-laki Mommies menangis dan bagaimana memendam perasaan atau memaksa mereka berhenti menangis justru bisa merusak mereka. Ini tiga alasan Mommies jangan larang anak laki-laki menangis.

BACA JUGA: Tips Besarkan Anak Laki-laki Agar Tidak Mudah Insecure

Menangis adalah Respon Alami Terhadap Rasa Sakit

anak laki-laki menangis

Menangis adalah respons alami manusia terhadap rasa sakit, frustrasi, dan penderitaan. Kita menangis ketika rasa sakit baik fisik maupun emosi terlalu berat untuk ditahan. Menangis membantu kita lebih tenang dan menerima kenyamanan yang diberikan oleh orang lain.

Pernah nggak Mommies mengamati bagaimana anak-anak menahan tangis ketika masih ada orang lain, tetapi kemudian meledak ketika mereka sendirian atau hanya dengan pengasuh mereka?

Itu karena mereka merasa lebih nyaman dan aman dengan orang yang mereka cintai dan mereka bisa menjadi diri mereka sendiri. Menangis tidak hanya membantu mereka mengekspresikan diri tetapi juga membantu mendapatkan perhatian yang mereka butuhkan.

Anak laki-laki memiliki emosi yang sama dengan anak perempuan. Mengatakan kepada mereka untuk tidak menangis karena hal itu hanya untuk anak perempuan dapat membuat mereka tertekan secara emosi dan bingung bagaimana mengekspresikan emosinya.

Emosi akan tetap ada tapi anak tidak tahu bagaimana mengelolanya. Karena selalu dipendam akhirnya suatu saat nanti bisa keluar tak terkendali. Anak yang diberitahu bahwa menangis adalah tanda kelemahan, di kemudian hari menjadi tidak mampu mengekspresikan emosi karena takut akan penilaian dan tekanan harus tampil “jantan” dan kuat.

Efek jangka panjangnya adalah ketika menjadi orang tua, dia akan kesulitan mengelola emosinya sendiri padahal ia diharapkan dapat mengajar anaknya mengelola emosi.

So Mommies, menangis harus diperlakukan sebagai respon normal. Menangis adalah mekanisme alami tubuh kita untuk menghadapi berbagai emosi yang kita semua rasakan sebagai manusia, terlepas dari jenis kelaminnya.

BACA JUGA: Ajarkan 8 Hal Ini Agar Anak Laki-laki Kita Bisa Menjadi Ayah yang Lebih Baik

Menangis Bukan Tanda Kelemahan

Masyarakat menganggap anak laki-laki menangis sebagai tanda kelemahan dan akibatnya anak laki-laki yang sejak kecil diberitahu untuk tidak menangis, mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi mereka.

Padahal, kemampuan kita untuk meneteskan air mata atau mengendalikannya bukan penentu kita ini pribadi yang kuat atau lemah. Kekuatan kita tergantung pada kemampuan kita untuk mengatasi masalah yang kita hadapi.
Menangis ‘hanya’ membantu menenangkan diri kita sendiri dan menghasilkan zat kimia bahagia yang disebut oksitosin dan endorphin, yang membuat kita merasa lebih baik setelahnya. Faktanya, pelepasan emosi dapat membantu kita lebih kuat menghadapi masalah daripada memendam semuanya.

Anak-anak, termasuk laki-laki, harus diajari bahwa menjadi tangguh bukan dengan memendam emosi. Ketangguhan yang sesungguhnya adalah ketika ia dapat merasakan semua emosinya dan kemudian belajar untuk mengatasinya. Alih-alih memendam emosi, anak laki-laki harus dilatih untuk mengembangkan kecerdasan emosional yang sehat, mengungkapkan perasaan secara konstruktif daripada selalu memendamnya dan berisiko menjadi bom waktu.

Mengizinkan anak laki-laki menangis tidak akan membuatnya menjadi lemah tetapi membantu ia tumbuh menjadi manusia yang utuh. Mommies tentu menginginkan anak laki-laki yang utuh agar kelak ia bisa menjadi pria seutuhnya yang bisa merasakan kasih sayang dan empati terhadap orang-orang di dalam hidupnya.

Tidak Menangis Bisa Pengaruhi Perkembangan Emosional dan Kesehatan Anak

Anda memberi begitu banyak perhatian pada perkembangan fisik anak. Nah, kepentingan yang sama juga harus diberikan pada perkembangan emosional mereka.

Perkembangan emosi yang dimaksud meliputi:

  • Mengembangkan pengendalian diri
  • Mengidentifikasi emosi-emosi yang berbeda
  • Meminta bantuan saat mereka membutuhkannya
  • Kemampuan untuk membangun hubungan yang baik
  • Berempati terhadap perasaan orang lain
  • Punya penilaian positif terhadap dirinya

Anak memerlukan keterampilan-keterampilan ini untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang dapat beradaptasi dengan baik. Ketika anak menangis, mereka belajar untuk menghadapi emosi mereka dan belajar cara yang tepat untuk melepaskannya.

Memendam perasaan sedih tidak hanya berbahaya bagi kesehatan psikologis, tetapi juga kesehatan fisik mereka.
Faktanya, sebuah studi tahun 2013 oleh Harvard School of Public Health dan University of Rochester menunjukkan bahwa penekanan emosi dapat mempengaruhi kesehatan jantung, bahkan menyebabkan kanker.

BACA JUGA: 15 Pesan Untuk Anak Laki-laki Saya Sebelum Mereka Beranjak remaja

Cover: Freepik