Agar anak laki-laki nggak mudah merasa insecure saat beranjak besar, tumbuhkan self-esteem anak sejak dini dengan cara ini.
Mungkin perasaan insecure lebih sering disampaikan oleh anak perempuan. Merasa nggak berharga, nggak percaya diri, minder karena alasan fisik seperti jerawat, bentuk tubuh nggak ideal, merasa nggak berdaya dan seterusnya. Padahal, anak laki-laki juga bisa, lho, merasa insecure.
Anak yang mudah insecure biasanya menunjukkan sikap mudah menyerah, terlalu kritis atau suka mengoreksi diri, takut gagal, penuh keraguan dan merasa nggak mampu. Agar tak mudah insecure, anak laki-laki perlu merasa bahwa dirinya berharga. Untuk menumbuhkan perasaan berharga pada diri anak, orang tua perlu menunjukkan kasih sayang dan membangun relasi positif dengan anak. Selain itu, cara-cara ini juga bisa membangun self-esteem anak.
Percaya pada kemampuan anak
Anak laki-laki punya kecenderungan haus akan ilmu. Pengen bisa ini, sudah merasa bisa itu. Selalu ingin tahu hal-hal dan tantangan baru. Kadang-kadang dalam mencoba, mereka melakukan kesalahan. Beri mereka ruang untuk belajar. Percayalah bahwa mereka bisa melakukannya, jadi nggak dikit-dikit kita turun tangan.
Apresiasi pekerjaan atau perilaku anak, tapi jangan berlebihan
Ini agak tricky, sebab tanpa sadar orang tua suka overpraise anak secara spontan. Kita perlu belajar memuji anak dengan bijak. Pujilah perilakunya, upaya-upayanya, ketimbang sekedar memuji fisik atau hasil pekerjaan semata.
Misalnya, ketika anak berhasil mengikuti kompetisi piano dan menang, pujilah jerih payah dan ketekunannya dalam berlatih “Mama bangga kamu sudah berlatih dengan tekun selama ini. Usahamu membuahkan hasil yang baik!” ketimbang memuji “Hebat, kamu juara satu!” Ini membuat anak menghargai kerja keras dan mendorong keinginan untuk mencoba.
Boleh menegur, namun hindari mengkritik keras
Membangun self-esteem anak bukan berarti kita nggak boleh menegur anak. Hanya saja, caranya harus diperhatikan. Jangan sampai berkata atau berlaku kasar atau berbahaya yang berpotensi membuat anak merasa negatif tentang diri mereka sendiri, apalagi merusak harga diri. Kalau soal ini, PR nya ada di kita, orang tua, untuk lebih sabar dan menahan diri saat mendidik anak, hehehe.
Fokus pada kekuatan anak, stimulasi kekurangannya
Amati apa yang anak senang dan mampu lakukan. Dorong anak untuk mengembangkan kekuatan ini. Misalnya anak tampak hobi berolahraga, berikan kesempatan untuk mengasah kemampuan motorik kasarnya dengan les berenang atau bela diri. Selain itu, bantu anak menghadapi kekurangannya dengan stimulasi yang diperlukan.
Baca juga: 9 Hal yang Perlu Didengar Anak Laki-laki dari Ayahnya
Jadi role model
Kalau orang tua menunjukkan sikap menghargai diri sendiri, percaya diri, tak mudah menyerah, riang dan berani, otomatis anak belajar itu juga dari orang tua. Sebaliknya, ketika orang tua terlalu sering mengeluh, merasa nggak berdaya, itu akan mentransfer perasaan insecure pada anak.
Ajar anak membantu dan memberi
Harga diri tumbuh ketika anak-anak melihat bahwa apa yang mereka lakukan penting bagi orang lain. Anak-anak dapat membantu di rumah, terlibat dalam kegiatan sosial di sekolah, atau membantu saudara. Membantu dan tindakan baik membangun harga diri dan perasaan baik lainnya.
Stop membandingkan dengan anak lain
Membandingkan anak dengan anak lain bisa menumbuhkan rasa minder pada diri anak, sekaligus melemahkan motivasi. Sudah, sudah, terimalah fakta bahwa memang ada anak yang lebih unggul di akademis, ada yang lebih unggul dalam hal sosial dan empati, ada yang lebih unggul dalam bidang seni. Masing-masing anak unik, nggak untuk dibanding-bandingkan.
Baca juga: 15 Pesan Untuk Anak Laki-laki Saya Sebelum Mereka Beranjak remaja