Sorry, we couldn't find any article matching ''
Anak Hobi Menjawab? Respon dengan Kalimat Ini, Mengena Tapi Bijaksana
Biar nggak frustrasi ketika anak hobi menjawab saat diminta mengerjakan sesuatu, cukup respon dengan kalimat-kalimat sederhana, tapi mengena. Patut dicoba!
Kalau saya bilang parenting itu banyak menguji kesabaran, mommies pasti setuju. Terutama saat sedang menghadapi anak grumpy lalu nyahutin terus apa yang kita katakan. Duh, duh, duh, itu semacam percakapan yang nggak habis-habis.
Menghadapi situasi saat anak talk back ke kita itu rentan bikin kita meletup. Karena di benak kita berkecamuk pikiran: “Loh, kok nggak sopan?”, “Wah, berani banget bicara seperti itu?”, “Hmm, nggak boleh nih anak bicara seperti ini kepada orang tua.”
Walau menghadapi backtalk itu nggak mudah, tapi sebetulnya backtalk adalah cara anak untuk belajar berkata “tidak”. Nah, ini sebenarnya fase penting di dalam tumbuh kembang anak, di usia berapapun.
Biasanya, backtalk dilakukan anak sebagai ekspresi penolakan atau bentuk disagreement mereka, dan ingin ambil kendali atas kemauan mereka. Misalnya, saat tidak diindahkan kemauannya atau dilarang melakukan sesuatu. Backtalk juga bisa terjadi ketika anak lagi nggak bagus moodnya, kelelahan, atau sekedar mencoba-coba melanggar aturan.
Di sini saatnya kiat parenting mengelola emosi dipraktikkan. Biar nggak jadi power struggle, hindari ceramah panjang lebar. Cukup katakan kalimat-kalimat sederhana yang logis dan to the point untuk merespon dan menghentikan backtalk yang tidak sopan, tanpa nggak perlu terjadi pertumpahan emosi.
Baca juga: Tantangan Komunikasi Antara Orang Tua dan Anak Zaman Sekarang
Cara Efektif Merespon Anak yang Hobi Menjawab
#1 Jika anak jawab: “Iya, nanti!”
… kemudian nggak pernah dikerjakan. Entah itu karena lupa, abai, atau malas. Saat anak mengelak langsung mengerjakan, dan malah hobi menjawab “nanti”, pertama-tama coba respon dengan menanyakan presisi mengenai waktu nanti yang dimaksud seperti: “Jam berapa, nak?” atau “Berapa menit lagi?”
Cara lainnya, gunakan prinsip “jika dan hanya jika”. Misalnya, saat diminta mengerjakan tugas sekolah. Mommies bisa merespon dengan:
“Oke baik, kamu boleh nonton TV hanya jika PR-mu sudah selesai.”
“Yaaa kalau kamu memilih nanti, artinya kamu akan terlewat waktu makan es krim.”
#2 Jika anak jawab: “Ya udah, terserah, ah!”
Biasanya ini terlontar saat anak sudah kesal karena nggak memenangkan argumen. Respon kita? Tinggalkan. Itu sudah cukup membuat anak paham kalau kita memenangkan argumen. Hindari tersulut lalu mencerahami: “Nak, kalau bicara yang sopan, ya….” endebre endebre. Ini bakal membuat anak tambah marah, dan Anda jadi lebih marah juga. Di lain waktu, jika sudah sama-sama tenang, baru sampaikan bahwa perkataannya nggak sopan, dan nggak boleh berkata seperti itu lagi.
#3 Jika anak jawab: “Jangan paksa aku, dong!”
Ini terjadi karena kita mungkin sudah terus-menerus mengingatkan anak untuk menyelesaikan pekerjaan yang nggak kelar-kelar.
Kita bisa respon dengan: “Nggak memaksa, kok, hanya mengingatkan saja supaya taat aturan dan nggak kena konsekuensi.
#4 Jika anak jawab: “Mama boleh, kok aku nggak boleh?”
Kadang anak belum paham membedakan hak, kewajiban dan otoritas antara anak-anak dan orang dewasa. Misalnya, soal screen time. Bisa saja anak membandingkan screen time untuknya sedikit, sementara orang tua jauh lebih banyak. Padahal, ortu menggunakan gadget untuk bekerja dan urusan esensial lainnya.
Cukup respon dengan: “Nanti kalau sudah sebesar mama, screen time-nya akan nambah sesuai kebutuhan. Sabar, ya.”
#5 Jika anak jawab: “Tinggalin aku sendiri!”
Mungkin ini terjadi dengan anak remaja. Sudah merasa butuh ruang ketika marah atau kesal. Respon kita? Berikan ruang itu. Memaksa anak menyelesaikan perkara saat itu juga, hanya akan jadi saling tarik urat – kurang bijaksana.
Kita bisa respon dengan:
“Baik, kalau kamu butuh waktu. Nanti kita bicara lagi jam 7 malam, ya.”
“Nanti kalau sudah siap ngomong, kabari mama, ya.”
#6 Jika anak jawab: “Mama emang nggak sayang aku!”
Kalau udah nyinggung-nyinggung soal sayang, bisa bikin ortu meleleh. Kita mungkin bisa jadi merasa bersalah, atau melunak seketika. Namun ingat, ini bukan soal cinta, melainkan mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan. Kita juga tahu pasti bahwa mendidik anak tentu karena kita cinta, namun bukan berarti kita menuruti semua yang anak inginkan.
Respon dengan: “Tentu mama sayang kamu, tapi ini bukan soal sayang, ini soal aturan screen time yang sudah kita tetapkan, dan kamu tahu itu.”
Tipsnya…
Walau situasi anak hobi menjawab ini ngegemesin, kalem adalah kunci. Anak nggak akan menjadi kalem, kalau kita juga nggak kalem. Mengedepankan emosi akan mengeliminasi peluang kita untuk justru mengajari anak keterampilan menghadapi disagreement dengan cara yang sopan dan saling menghormati – yang mana ini adalah skill penting untuk anak.
Baca juga: Pesan untuk Orang Tua: Jangan Kebablasan Menjadi Teman Anak
Foto: Fashion photo created by asierromero – www.freepik.com
Share Article
COMMENTS