banner-detik
KIDS

Trichotillomania Disorder, Dialami Remaja yang Viral Karena Mengaku Dianiaya Ayahnya

author

RachelKaloh09 Feb 2022

Trichotillomania Disorder, Dialami Remaja yang Viral Karena Mengaku Dianiaya Ayahnya

Trichotillomania Disorder, gangguan mental yang jadi perhatian ketika disebut oleh remaja 17 tahun yang mengaku dianiaya ayahnya.

Beberapa waktu lalu sempat ramai kasus seorang remaja perempuan yang mengunggah video sedang “disiksa” oleh ayahnya. Dia mengaku selama 12 tahun mengalami physical and verbal abuse, termasuk depression, anxiety dan trichotillomania disorder (self harm). Di sini mari kita nggak usah membahas akhir ceritanya bagaimana, kenapa orangtuanya berlaku demikian, dan lainnya karena kasus ini memang kebetulan langsung menguap begitu saja tanpa kesimpulan yang jelas. Yang mau saya bahas lebih lanjut di sini adalah Trichotillomania Disorder. Apa itu?

Trichotillomania Disorder, gangguan menyakiti diri sendiri

Atau trikotilomania, mengacu pada Alodokter, adalah gangguan mental yang membuat penderitanya memiliki dorongan tidak tertahankan untuk mencabuti rambut di kepala dan bahkan bagian tubuh lain, seperti alis dan bulu mata. 

Sementara menurut Paradigmtreatment.com, trikotilomania merupakan gangguan kontrol impuls ditandai dengan kebiasaan menyakiti diri sendiri, yaitu menarik dan/atau memelintir rambut sampai putus. Ini merupakan bentuk penyakit mental pada remaja. Perilaku ini sulit dihentikan, terlepas dari rasa sakitnya, bahkan sampai rambut menjadi tipis.

Keinginan ini umumnya datang ketika penderita mengalami stres atau rasa cemas. Kebiasaan menyabut rambut diyakini dapat meredakan stres atau rasa cemas tersebut yang mereka alami. Namanya kebiasaan, sulit untuk dihilangkan, walaupun si penderita tahu ini tidak baik bagi dirinya.

Rentan terjadi pada remaja perempuan

Menurut beberapa kasus yang terjadi, perempuan empat kali lebih mungkin terkena daripada laki-laki. Survei yang dilakukan pada 133 remaja berusia 10 hingga 17 tahun mengatakan bahwa rambut di kulit kepala adalah bagian yang paling sering ditarik, diikuti oleh bulu mata dan alis. Anehnya, selepas mencabut rambutnya sendiri, mereka akan merasa senang.  

Baca juga: Hati-hati, Jangan Sampai Anak Mengalami Good Girl Syndrome

Disebabkan oleh gangguan mental dan stres

Dalam laporan American Psychological Association 2013, remaja mengalami tekanan modern dan bahkan lebih stres daripada orang dewasa. Hal ini menempatkan mereka para risiko mengalami gangguan psikologis, termasuk trikotilomania.

Kita semua tahu bahwa masalah kesehatan mental kini menghantui kehidupan remaja. Gangguan kecemasan (anxiety), gejala depresi, gangguan mood, dan bentuk gangguan obsesif-kompulsif (OCD) memicu mereka untuk mengalami trikotilomania. 

Ketika mengalami stres, entah masalah di sekolah, masalah di rumah atau gejala kecemasan yang berlebihan, mereka cenderung memiliki keinginan untuk melepaskan rasa stres tersebut, maka kemudian mereka melepaskannya dengan tindakan menarik rambut. 

Penanganan yang bisa dilakukan untuk mengobati trikotilomania

  • Habit training atau pelatihan kebiasaan adalah jenis terapi perilaku yang dapat digunakan untuk mengobati trikotilomania pada remaja. Mereka akan diajarkan sebuah teknik untuk membantu diri mereka menghindari keinginan dan dorongan untuk menarik rambutnya ketika stres. Selain itu, mereka juga akan diajarkan isyarat khusus untuk mengenali situasi yang mungkin memicu trikotilomania.
  • Terapi kognitif, sejenis terapi bicara yang membantu remaja memisahkan diri dari perilaku mereka dan melihatnya dari sudut pandang yang lebih objektif. Terapi ini memungkinkan para remaja untuk lebih mengenali kapan pikiran mereka berubah dan menerapkan cara-cara untuk menghadapi momen-momen yang mereka anggap berat (stressful).

Komunikasi yang baik dengan anak mungkin bisa mengurangi risiko anak remaja kita mengalami trikotilomania. Namun, bila Mommies sudah sering menemukan kebiasaan ini pada anak ketika mereka coping with stress, sebaiknya bawa anak mencari bantuan dengan mengunjungi dokter maupun psikolog. 

Baca juga: 7 Cara Menjadi Pendengar yang Lebih Baik untuk Anak

Background photo created by 8photo – www.freepik.com

Share Article

author

RachelKaloh

Ibu 2 anak yang hari-harinya disibukkan dengan menulis artikel dan content di media digital dan selalu rindu menjalani hobinya, menjahit.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan