Ada, lho, yang selama belasan tahun perkawinan seorang perempuan susah orgasme, bahkan tidak pernah merasakannya. Kenali gangguannya, yuk.
Setiap perempuan ketika berhubungan seks, tentu membutuhkan sejumlah rangsangan agar bisa mencapai puncak orgasme. Namun, jumlah dan jenis rangsangan yang dibutuhkan sangat bervariasi untuk setiap perempuan, ya, kan? Menurut penelitian, kebanyakan perempuan dapat mencapai orgasme ketika klitoris menerima rangsangan. Sementara sekitar 1 dari 10 wanita tidak susah orgasme bahkan tidak sampai mengalaminya, namun begitu banyak dari mereka menganggap aktivitas seksual memuaskan.
Jika seorang wanita tidak mengalami orgasme karena dia tidak cukup terangsang, masalahnya akan dianggap sebagai gangguan gairah. Yang akan kita bicarakan di sini adalah soal gangguan orgasme yang pada praktiknya, wanita tidak dapat mengalami orgasme dalam keadaan apapun. Bahkan ketika ia masturbasi dan merasa sangat terangsang orgasme tidak pernah tercapai.
Namun begitu, ketidakmampuan untuk mengalami orgasme akan dianggap sebagai gangguan, hanya ketika kurangnya orgasme membuat seorang wanita tertekan. Bercinta tanpa orgasme dapat menyebabkan frustasi dan dapat mengakibatkan kebencian dan kadang-kadang ketidaksukaan terhadap apa pun yang bersifat seksual. Jadi harus hati-hati.
Pada dasarnya faktor situasional dan psikologis dapat berkontribusi pada gangguan orgasme, yaitu sebagai berikut:
Baca juga: 7 Fakta Open Relationship Dalam Pernikahan
Sebenarnya mudah saja, pada wanita yang tadinya pernah mengalami orgasme, tetiba sulit mencapainya, atau bahkan tidak merasakannya lagi. Sementara sebagian wanita lain mungkin bahkan tidak bisa mendeskripsikan atau merasakan apa itu orgasme.
Ada juga gejala lain yang dirasakan, yaitu meski rangsangan seksual cukup, dan terangsang secara mental plus emosional, orgasme tak kunjung tiba.
Banyak wanita dengan gangguan orgasme memiliki jenis masalah seksual lainnya, seperti nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia) dan kontraksi otot yang tidak disengaja di sekitar pembukaan vagina ketika penis mencoba masuk ke dalam vagina (sindrom levator ani, sebelumnya disebut vaginismus).
Jika masalah ini terus terjadi dan membuat mommies stres, cenderung depresi, sangat dianjurkan untuk bisa segera berkonsultasi pada psikiater atau seksolog. Dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan tertentu, khususnya inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI, sejenis antidepresan), secara khusus dapat menghambat orgasme. Segeralah cari bantuan, ya, mommies. Kenali akar masalahnya, agar hubungan dengan pasangan bisa terus dijaga.
Baca juga: Pesan Untuk Mereka yang Sedang Bertahan Dalam Toxic Relationship
Photo by Bruno van der Kraan on Unsplash