banner-detik
PARENTING & KIDS

12 Kesalahan Orang Tua Zaman Sekarang

author

Sisca Christina04 Jan 2022

12 Kesalahan Orang Tua Zaman Sekarang

Coba siapin check list-nya, kira-kira dari daftar kesalahan orang tua zaman sekarang ini, mana yang masih kita lakukan dan perlu diperbaiki?

Kalau dipikir-pikir, parenting itu semacam laboratorium di mana kita sebagai orang tua harus fine tuning, cari ramuan paling tepat untuk diterapkan pada anak. Nggak ada gaya parenting terbaik, atau paling benar, atau paling salah, karena setiap anak itu berbeda, dan setiap orang tua juga dibesarkan dengan kultur berbeda.

Sebagai orang tua modern, mungkin kita sudah berupaya buat memperbaiki gaya parenting kita. Tapi yaa, tantangan, mah, ada aja ya, moms. Setidaknya, ini kesalahan-kesalahan orang tua di zaman kita sekarang yang masih sering kita temui atau, ehm, lakukan. Yuk, coba diperbaiki.

Kesalahan Orang Tua Zaman Sekarang

1. Mengabulkan setiap permintaan anak

Dari keinginan supaya pesta ultah dirayakan meriah, sampai gadget terbaru atau tren fashion, semuanya diiyain. Mau bikin anak bahagia, ceunah. Eh, beneran itu bikin bahagia? Bila keinginan anak selalu dikabulkan, maka anak akan sulit belajar menerima kata “tidak”; dan nantinya ortu akan kerepotan sendiri.

2. Terjebak dengan gaya pengasuhan ortu kita dulu

Dulu, kalau saya “dikerasin” ortu, saya manut. Anak sekarang? Wuih, bisa semakin membangkang, atau lebih sensitif. Ini artinya, nggak semua gaya pengasuhan di era baby boomers bisa kita adopsi plek-ketiplek. Butuh disesuaikan dengan situasi sekarang, dan dengan karakter anak masing-masing tentunya.

3. Melarang orang lain mendisiplinkan anak

Tak usah tersinggung bila ada orang lain seperti kakek, nenek, saudara, guru atau orang tua teman anak kita yang mengingatkan anak kita jika mereka berperilaku tak sopan, berbahaya, melanggar aturan atau merugikan orang lain. Sebaliknya, berterima kasihlah pada mereka.

Baca juga: 7 Kesalahan Orang Tua dalam Mengasuh Strong Willed Child

4. Berupaya keras biar anak tetap aktif

Mencekoki anak dengan les-les, apalagi yang belum tentu mereka suka, bisa jadi hasilnya nggak sesuai yang diharapkan. Kasih ruang sedikit buat anak, yuk, moms. Tanyakan apa minat dan hobi anak, biarkan mereka menikmati eksplorasinya.

5. Meminta anak sabar, tapi kita sendiri nggak sabar

Minta anak sabar, tapi nada kita naik empat oktaf. Siapa yang masih begini? Hehehe, ngakunya dalam hati aja, ya, sambil benahi diri, sebab anak bisa sabar atau nggak, itu hasil dari mencontoh sikap orang tua.

6. Maju mundur menerapkan aturan dan konsekuensi

Aturan sudah ada, tapi banyak kelonggaran. Konsekuensi sudah ditetapkan, tapi nggak tega sama anak. Kalau anak nggak dididik untuk taat peraturan sejak dini, mereka akan kesulitan untuk berhadapan dengan dunia orang dewasa yang sarat dengan prinsip sebab akibat, konsekuensi, risiko, dan seterusnya.

7. Lupa berempati

Ketat menerapkan aturan bukan berarti otoriter dan jadi nggak berempati. Setelah anak menjalani konsekuensinya, jangan lupa untuk menanyakan bagaimana perasaan mereka. Dunia anak dan remaja punya problematikanya sendiri. Apalagi remaja, mulai ada isu dengan pubertas, tekanan sosial, masalah kepercayaan diri, dan seterusnya. Jangan lupa untuk selalu bangun hubungan dengan anak, ya.

8. Terlalu sering mengkiritik

Kalaupun mau berkomentar terhadap kesalahannya, hindari menghakimi. Ganti kata-kata: “Kamu sih”, “Nah, kan?”, “Apa mama bilang?”, “Gimana, sih?”, dengan “Cobalah untuk belajar dari kesalahanmu, ya, Nak, mama papa akan bantu.”

9. Menganggap topik LSD dan narkoba, rokok, alkohol tabu

Jangan ragu untuk berdiskusi dengan anak remaja mommies seputar love, sex dan dating, dan obat-obatan terlarang. Sudah paling benar anak mendapat edukasi langsung dari orang tua dari pada mencari tahu dari teman-teman dan sumber-sumber di luar sana yang nggak jelas.

10. Ingin jadi sahabat anak, namun kebablasan

Akhirnya jadi terlalu kepo dengan kehidupan si anak remaja, mendampingi anak secara berlebihan dan nggak bisa lepas dari mereka, atau aturan yang kita tetapkan jadi buram karena kita nggak tegas lagi. Kita bisa, lho, jadi dua-duanya: jadi orang tua sekaligus sahabat anak. Namun di atas segalanya itu, anak paling butuh pondasi, rasa aman dan dukungan dari orang tua.

11. Sibuk membuktikan diri sebagai orang tua paling baik

Stop judging orang tua lain; tapi juga jangan bandingin anak-anak kita dengan anak lain. Selain nggak berfaedah, itu nggak akan membantu kita jadi orang tua yang lebih baik; lebih nyebelin, iya.

12. Lupa kita adalah role model bagi anak

Bagaimana mungkin kita mengharapkan anak untuk bersikap hormat, lembut, sabar, bertutur kata baik, tepat waktu, kalau perilaku kita sehari-hari kebalikan dari semua itu?

Semoga 2022 bisa gentler parenting, better parenting, ya moms.

Sumber: 1

Baca juga: Katakan 7 Hal Ini Jika Mommies Ingin Anak Tumbuh Menjadi Pribadi yang Kuat dan Berdaya

Share Article

author

Sisca Christina

Ibu dua anak yang berprofesi sebagai digital nomad, yang juga suka menulis. Punya prinsip: antara mengasuh anak, bekerja dan melakukan hobi, harus seimbang.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan