banner-detik
KIDS

Sifat Suka Mengambil Barang Milik Orang Lain Alias Kleptomania pada Anak, Orangtua Harus Gimana?

author

RachelKaloh18 Aug 2022

Sifat Suka Mengambil Barang Milik Orang Lain Alias Kleptomania pada Anak, Orangtua Harus Gimana?

Tiba-tiba mendapati anak punya kebiasaan kleptomania atau mengambil barang milik orang lain. Masa, sih, dia jadi kleptomania? Gimana, nih?

Sifat kleptomania sudah bisa terlihat sejak anak usia dini. Saya ingat jaman sekolah dulu, pernah ada salah satu teman seangkatan yang jadi bahan omongan. Kabarnya, dia kelpto (kleptomania) alias sering mengambil barang-barang milik orang lain, bahkan sahabatnya. Meski ini masa lalu dan saya sendiri tidak pernah menjadi korban yang di-klepto-in, tapi saya jadi mikir, nih, efek samping yang timbul dari memiliki sifat kleptomania. Bukan hanya tidak baik buat diri sendiri, tapi sifat tersebut akan selalu diingat orang lain, lho. 

Apalagi belakangan ada satu kasus viral tentang seorang ibu yang bisa dikatakan berkecukupan tapi mengambil beberapa barang di sebuah minimarket tanpa membayarnya. Tindakan yang dianggap kelainan itu dibenarkan oleh Kapolres Tangerang selatan AKBP Sarly Sollu dalam jumpa pers yang diadakan untuk menyelesaikan kasus tersebut, Senin (15/8) lalu. Dikatakan bahwa pelaku memiliki kebiasaan tanpa sadar mengutil barang belajaan.

Dilansir dari Mayo Clinics, kleptomania adalah ketidakmampuan berulang untuk menahan dorongan untuk mencuri barang-barang yang biasanya tidak terlalu Anda butuhkan dan biasanya bernilai kecil. Kleptomania adalah gangguan kesehatan mental yang langka tapi serius yang dapat menyebabkan banyak rasa sakit emosional pada Anda dan orang yang Anda cintai jika tidak diobati.

Lalu, bagaimana jadinya kalau Anda sendiri mendapati anak menunjukkan sifat klepto? Kalau kata sebuah artikel di parentscircle.com, mendapati anak yang memiliki sifat kleptomania pasti mengagetkan, dan siapa, sih, orangtua yang mau mengalami hal ini. Namun, dengan kesadaran dan bimbingan ahli, orangtua dapat membantu anak mengatasi gangguan ini. 

Bagaimana Mengetahui Kalau Anak Menderita Kleptomania?

Mengatasi gangguan psikologis ini memang tidak mudah, tetapi orangtua bisa mempelajari beberapa gejala yang menandakan sifat kleptomania:

  1. Anak menjadi gugup dan bersemangat, sebelum dan saat mencuri.
  2. Dia merasa gembira setelah mencuri objek yang dia inginkan.
  3. Seorang kleptomania tidak membutuhkan teman untuk membantunya mencuri. Ia akan mencuri sendiri tanpa mendorong temannya untuk membantunya.
  4. Barang yang dicuri tidak ia gunakan, cenderung hanya akan ditimbun.
  5. Menurut penelitian, individu yang menderita kleptomania sebenarnya waras, hanya tidak sadar bahwa mereka menderita gangguan medis.

Bagaimana Menghadapi Anak Kleptomania

1. Daripada menghukum, ajak anak melakukan yang seharusnya

Biasanya anak memiliki kecenderungan untuk punya kebiasaan mengambil barang yang bukan miliknya di usia 4 atau 5 tahun. Namun, pahami bahwa kleptomania adalah penyakit mental, bukan perbuatan haram. Karenanya, menghukum anak tidak akan ada gunanya, hal tersebut justru dapat membuat anak lebih agresif dan menantang. Sebagai gantinya, tanyakan pada anak, bagaimana perasaannya ketika orang lain mengambil barang miliknya.

2. Ajak anak untuk langsung bertindak

Ketika barang temannya rusak atau hilang karena ulahnya, ajak anak untuk menggantinya. Bila anak sudah paham tentang penggunaan uang saku, maka belilah barang yang sama dengan menggunakan uang saku miliknya. Tindakan Anda untuk langsung mengajak anak pemperbaiki kesalahannya saat pertama kali kedapatan mengambil barang bukan miliknya adalah cara untuk mencegah hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan.

3. Diskusi mungkin diperlukan

Yang pasti, diskusi dengan psikolog tidak mungkin bisa terjalin dengan lancar bila orangtua sama sekali tidak pernah memulainya dengan diskusi di rumah. Namun tentunya, sesuaikan dengan usia anak. Bila anak sudah bisa diajak bicara lebih serius, maka Anda bisa menanyakan alasan apa yang membuat anak mencuri. Diskusi ini sama pentingnya dengan penjelasan yang kita berikan saat anak memperbaiki kesalahannya. Interaksi yang kita bina dengan anak sehari-hari membantu pembentukan karakternya. 

BACA JUGA: Bagaimana Agar Anak Memiliki Kemampuan Komunikasi yang Baik? Coba 5 Tips Ini!

4. Terus tanamkan kebiasaan baik

Tetapi, jangan dilakukan hanya dalam satu hari. Ini adalah proses berkelanjutan. Buku bacaan, tontonan, games, semua ini membawa pengaruh yang sama besarnya dengan perilaku orangtua di rumah. Apa yang anak amati sehari-hari menentukan perilakunya. Karena itu, pemilihan tontonan dan buku mungkin sangat diperlukan. Peran kita dalam mengajarkan kebiasaan baik juga patut dilakukan secara konsisten. Sesederhana ketika mengajak anak belanja di supermarket. Ketika semua barang sudah terkumpul, maka kita perlu membayarnya terlebih dahulu sebelum membawanya pulang. Contoh lain, menanamkan kebiasaan meminta ijin, bertanya ketika ia ingin beli atau ingin mengambil sesuatu. Bila ia mendapatkan ijin untuk melakukannya, maka ia boleh lakukan, sebaliknya, bila tidak dapat ijin, maka ia harus mengurungkannya.

5. Hargai usaha anak ketika berperilaku baik

Masing-masing orangtua punya cara dalam menerapkan pujian. Bila pujian tersebut membuat anak lebih bersemangat dalam memperbaiki perilaku menyimpangnya, maka Anda patut menghargai usaha anak dengan memberikan pujian setelahnya. 

6. Bagaimana bila kebiasaan klepto tidak kunjung mereda?

Dalam kurun waktu tertentu, bila cara-cara sederhana di atas tidak lagi memiliki arti yang signifikan dan anak tetap menunjukkan perilaku menyimpang tersebut dengan intensitas yang semakin sering, maka konsultasi dengan psikolog anak mungkin diperlukan.

BACA JUGA: Rekomendasi Psikolog Anak dan Remaja yang Bisa Membantu Kesehatan Mental Buah Hati

Cover photo created by pvproductions – www.freepik.com

Share Article

author

RachelKaloh

Ibu 2 anak yang hari-harinya disibukkan dengan menulis artikel dan content di media digital dan selalu rindu menjalani hobinya, menjahit.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan