banner-detik
DAD'S CORNER

Cerita Stay At Home Dad, Lebih Menghargai Waktu Bersama Anak dan Tenang Menjalani Hidup

author

gitalarasw08 Nov 2021

Cerita Stay At Home Dad, Lebih Menghargai Waktu Bersama Anak dan Tenang Menjalani Hidup

Stigma stay at home dad atau ayah rumah tangga masih cukup tinggi di Indonesia. Namun, itu tidak masalah bagi Suwandi. Ia tetap melakukannya demi menemani proses tumbuh kembang anaknya.

Semasa muda, Suwandi pernah berkhayal, jika nanti sudah memiliki anak, ia ingin fokus di rumah saja dan memenuhi semua kebutuhannya. Ya, cita-cita menjadi stay at home dad atau ayah rumah tangga sudah ada di benak Suwandi sejak ia sebelum menikah. Namun, hal tersebut baru tercapai dua bulan belakangan ini.

Setelah memutuskan resign dari pekerjaannya, Suwandi mengambil alih hampir semua pekerjaan rumah tangga, termasuk mengurus kebutuhan sang buah hati, Xylo.  Sebenarnya, setelah menikah, Suwandi juga sudah sering melakukan pekerjaan rumah tangga, tetapi waktunya tetap terbagi antara urusan kantor dan rumah sehingga terkadang kurang leluasa untuk bermain dengan anak.

BACA JUGA: 5 Skill Parenting Yang Sebaiknya Dimiliki Para Ayah

Setelah berdiskusi dengan sang istri, ia akhirnya memutuskan untuk menjadi full stay at home dad. Keputusan ini juga diambil karena melihat adanya kebutuhan yang urgent di tengah keluarganya. Banyak perubahan yang dialami sang buah hati—mulai dari pindah rumah, naik kelas, ganti guru—dan itu membuatnya cemas.

“Waktu itu, saya dan istri sangat sibuk. Saya juga banyak meeting kantor, jadi walau sama-sama di rumah pun jarang mengobrol sama anak dan ia kurang mendapat perhatian. Ia juga kesulitan menangani banyak perubahan di dalam hidupnya dan akhirnya mengalami kecemasan. Akhirnya, itu sih yang memicu alasan memilih jadi stay at home dad,” ungkap Suwandi.

Dalam beberapa waktu terakhir, Suwandi juga mengalami burnout pekerjaan hingga memengaruhi kondisi mental dan fisiknya. Ayah satu anak ini pun mencoba konsultasi ke psikolog dan psikiater dan ia didiagnosis mengalami gangguan kecemasan. Hal ini yang kemudian juga menjadi pertimbangan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan dan fokus sebagai ayah rumah tangga. Suwandi dan pasangannya merasa, memang ini lah yang sedang dibutuhkan keluarganya sekarang.

Tak dapat dimungkiri, tetap perlu ada persiapan sebelum mengambil keputusan ini. Dalam keluarga Suwandi, ia mempertimbangkan faktor finansial. Sebelumnya, ia dan istri sama-sama bekerja, tetapi setelah memutuskan menjadi full ayah rumah tangga, maka pemasukkan hanya berasal dari pasangannya saja. Oleh sebab itu, menurut Suwandi, ketika memutuskan menjadi ayah rumah tangga, pastikan dulu finansial tercukupi.

“Sebenarnya keinginan resign dan jadi ayah rumah tangga ini kan udah ada lama, kira-kira setahun. Tapi, susah banget untuk ambil keputusan karena masih butuh uang ya. Hahaha. Baru lah di titik penghasilan istri saya sudah cukup, akhirnya menjalankan rencana ini,” cerita Suwandi.

Pengalaman menjadi stay at home dad

Setelah menjadi ayah rumah tangga, hari-hari Suwandi dimulai sejak pukul setengah enam pagi. Biasanya dia akan pergi ke pasar terlebih dulu untuk membeli bahan persiapan memasak. Namun, jika bahan-bahan masih ada, maka Suwandi akan langsung menyiapkan sarapan untuk keluarganya.

Setelahnya, Suwandi membangunkan anaknya, membuka ortho-k (lensa kontak yang di desain khusus untuk mencegah penambahan bahkan menghilangkan minus), memberikan vitamin mata kepada Xylo, serta memandikannya.

“Setelah mandi, kami akan sarapan bareng. Biasanya saat sarapan sambil mendengarkan musik juga,” kata Suwandi.

Xylo  kemudian akan bersekolah dan ini waktunya Suwandi untuk beberes rumah hingga jam makan siang. Meski begitu, karena masih school from home, ada waktu di mana Xylo istirahat dari kelasnya. Waktu istirahat tersebut digunakan Suwandi untuk menemani sang anak berolahraga seperti badminton atau sepakbola.

“Setelah jam makan siang, biasanya saya agak senggang karena Xylo masuk kelas lagi. Saya bisa bantu kerjaan istri seperti menyiapkan video atau yang lainnya,” kata Suwandi.

BACA JUGA: Adegan Ayah dan Anak Tak Terlupakan Yang Bisa Bikin Kita Ikut Terharu

[caption id="attachment_112887" align="aligncenter" width="697"] Sumber foto: Istimewa[/caption]

Intinya, setelah menjadi ayah rumah tangga, waktu yang dihabiskan bersama keluarga jadi lebih banyak. Biasanya, ketika masih bekerja, Suwandi hanya memiliki waktu sekitar 10-15 menit untuk bermain bersama anaknya saat istirahat jam makan siang. Setelah itu, ia harus buru-buru untuk kembali bekerja lagi. Namun kini, waktu bermain bersama anak jauh lebih lama.

“Jadi sekarang lebih menghargai waktu, lebih ‘kini dan di sini’ ya istilahnya. Sebelumnya ketika weekdays yang saya pikirkan adalah weekend. Dan ketika weekend, yang saya pikirkan adalah weekdays gitu. Kepikiran kerjaan terus. Nah, kalau sekarang saya benar-benar ada di sini, saya punya waktu full untuk anak saya. Segala kebutuhan anak mulai dari perhatian sampai makan dia juga terpenuhi,” paparnya.

“Waktu main sama anak juga lebih banyak dan itu seru banget. Senang melakukannya karena katanya, anak yang bahagia adalah yang kelelahan karena bermain,” imbuh Suwandi.

Sebelumnya, Suwandi juga mengaku susah dekat dengan Xylo. Meskipun sudah berusaha mendekatkan diri, tetapi sang anak cenderung lebih akrab dengan ibunya. Namun sekarang, hubungan dengan Xylo sangat membaik.

“Sekarang ajaibnya, pagi-pagi tiba-tiba Xylo cium saya. Itu kaya ‘woooow’, karena nggak pernah terjadi sebelumnya. Dia peluk saya saja jarang tadinya, tapi sekarang kalau digendong, dia bisa cium pipi saya. 'Meleleh' banget sih hati saya,” cerita Suwandi.

Lebih tenang

Untuk saat ini, Suwandi sangat menikmati perannya sebagai ayah rumah tangga. Ia pun merasa hidup jauh lebih tenang. Meskipun stigma tentang stay at home dad cukup tinggi di Indonesia (di mana banyak yang mengelukan konsep pria tugasnya harus mencari nafkah atau gaji suami harus lebih besar dari sang istri), tetapi Suwandi tidak menghadapi tantangan yang berarti.

Dari keluarganya juga tidak ada yang protes karena memang keputusan menjadi ayah rumah tangga sudah dipikirkan secara matang, baik dari segi mental maupun finansial.

[caption id="attachment_112888" align="aligncenter" width="640"] Sumber foto: Istimewa[/caption]

BACA JUGA: 9 Hal yang Perlu Didengar Anak Laki-laki dari Ayahnya

“Intinya, selalu yakin sama diri sendiri dan jangan mendengarkan kata orang. Fokus pada kebutuhan keluarga, jadi setiap keputusan yang diambil memang berdasarkan pandangan kamu dan pasangan,” ungkap Suwandi.

“Dan make sure juga ya, ketika memutuskan jadi stay at home dad, pastikan bisa melakukan semua pekerjaan rumah tangga. Jangan sampai kita tinggal di rumah, tetapi nggak ngerjain apa-apa, ya sama saja bohong. Jangan sampai bikin pasangan capek sendiri,” pungkasnya.

Share Article

author

gitalarasw

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan