Sorry, we couldn't find any article matching ''
6 Kritik Seputar Parenting yang Sering Dialami Para Ayah
Setidaknya ini, nih, enam kritik yang sering dialami para ayah soal parenting. Nomor berapa yang paling bikin daddies kesal?
Nggak jauh-jauh, kebanyakan kritik soal parenting yang didapat ayah ini datang dari pasangan sendiri. Setidaknya, begitu hasil studi yang dipublikasikan oleh Rumah Sakit Anak C.S. Mott Children di Universitas Michigan, Amerika Serikat. Yuk, ah, para mommies sungkem dulu sama daddies, hehehe!
Selain dari istri sendiri, juga sering didapat para ayah dari kakek atau nenek, dan sesama orang tua lain. Kritik yang dilemparkan pun beragam: dari soal gaya pengasuhan, hingga soal disiplin, aturan makan dan gizi anak, kurang perhatian kepada anak, hingga dianggap kasar kepada anak-anaknya.
Pertanyaannya, apakah sikap para ayah itu benar-benar seperti apa yang dikritikkan orang lain kepada mereka? Jawabannya pasti relatif, ya. Perspektif ayah dengan perspektif orang lain tentu beda. Buktinya, masih dari studi di Michigan, sekitar 90% ayah yang disurvei merasa apa yang mereka lakukan sudah cukup baik. Tapi, bukan berarti para ayah juga nggak pernah keliru dalam mengasuh anak-anak mereka, ya.
Paling tidak, kita dengar dulu, yuk, apa sih kritik-kritik yang sering dialami para ayah yang nggak jarang bikin mereka kesal?
Kritik Soal Parenting yang Sering Dialami Para Ayah
Kurang waktu dan perhatian
Buat para ayah yang kerjanya super sibuk, mana suaranya? Ini kritik yang paling sering mereka terima. Respon mereka ketika dikritik soal ini biasanya karena tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Di kepala mereka berputar soal bagaimana memenuhi kebutuhan hidup dan mengamankan masa depan keluarga. Selain itu, ayah nggak bisa mangkir begitu saja dari tugas dan tanggung jawab pekerjaan demi bermain dengan anak. Di kala seperti ini, para suami butuh banget pengertian istri. Karena ketika waktunya sudah lowong, mereka mau banget, kok, spending times with kids.
Memanjakan atau seringkali menuruti keinginan anak
Lembut pada anak, dibilang memanjakan. Menyenangkan hati anak, dibilang terlalu menuruti anak. Ini sering membuat para ayah jadi bingung (baca: kesal!). Mereka merasa perhatian salah, nggak perhatian salah. Sebetulnya, maksud mereka baik. Mungkin caranya saja yang kurang tepat, jadi terkesan memanjakan. Usut punya usut, kritik ini dilontarkan akibat para ayah sering membelikan barang-barang yang diminta anak. Sesekali, sih, oke, tapi kalau terus dituruti, bisa berakibat tidak baik buat anak, lho.
Terlalu keras mendidik anak
Sebaliknya, ketika mendisiplinkan anak, nggak jarang mereka dibilang terlalu keras. Umumnya kritik ini datang dari sang kakek atau nenek. Well, selama tegas nggak ngegas, tetap mindful, nggak abusive, nggak menyakiti anak baik secara fisik maupun mental yang bisa membuat trauma, dan tujuannya memang demi membentuk karakter anak, you, go, daddies!
Nggak memperhatikan urusan anak dengan detail
Ketika sudah gilirannya menjaga anak, sebentar-sebentar nanya istri di mana naro susu, pakaian, buku, mainan anak. Padahal nggak dipindah-pindah juga. Siapa yang relate? Hohoho. Menurut pengakuan para ayah, ini nggak berarti mereka nggak memperhatikan urusan anak. “Yaaa, nggak ingat aja,” begitu kata salah satu ayah yang saya tanya. Lalu, apa alasannya?
Tampaknya ini berkaitan dengan kemampuan memori episodik para ayah. Sebuah penelitian oleh Karolinska Instutuet di Swedia menunjukkan bahwa wanita dapat lebih baik mengingat jenis ingatan episodik tertentu yang melibatkan informasi verbal (kata-kata/kalimat/teks), objek dan lokasi objek ketimbang pria. Sementara pria dapat lebih baik mengingat gambar abstrak dan data navigasi.
Jadi, sudah paham kan, mengapa ayah masih nanya di mana letak popok anak, tapi urusan nyari lokasi nggak perlu nanya mommies, tahu-tahu sampai? Hehehe.
Beda perlakukan antara anak laki-laki dan anak perempuan
Beberapa ayah dianggap terlalu soft pada anak perempuannya dan terlalu keras pada anak laki-lakinya. Ini membuat mereka terkesan membeda-bedakan. Bagi mereka, itu semacam refleks saja, tanpa maksud membedakan. Ketika mendapat kritik ini, beberapa ayah kemudian mulai instrospeksi dan berupaya agar tak ada perbedaan menonjol lagi dalam memperlakukan anak-anak mereka.
Mudah goyah dalam mendisiplinkan anak
Dengan alasan nggak tega, ayah nggak jarang mengabulkan permintaan anak, yang sebetulnya sedang dilarang. Perlakukan ini kemudian menuai kritik, dan ayah dianggap lemah dalam mendisiplinkan anak. Akibatnya, jadi ada double standard, ibu nggak bolehin, ayah ngebolehin.
Efek terlalu banyak mengkritik ayah
Akibat terlalu sering dikritik, 1 dari 5 ayah malah jadi malas terlibat dalam urusan parenting. Lama-lama mereka jengah dan kesal juga. Rasanya apa yang mereka lakukan nggak pernah benar. Bahkan sebagian lagi jadi merasa nggak percaya diri. Namun, nggak jarang juga lho, setelah dikritik, para ayah menjadi introspeksi dan berusaha lebih baik.
Buat para istri, yuk, kita lebih bijak lagi dalam memilih kata-kata dalam menyampaikan kritik untuk suami. Singkirkan emosi dan perbanyak pemahaman tentang sifat-sifat pria, supaya mommies nggak perlu bernada tinggi ketika ditanya sesuatu hal yang ayah nggak ingat soal anak.
Buat para ayah, jangan jadikan kritik sebagai alasan untuk mundur dari tanggung jawab parenting, ya. Yuk, lebih open minded dan nggak mudah tersinggung dalam menyikapi kritikan. Untuk kritik yang membangun, daddies patut pertimbangkan, belajar menerima dan menerapkan. Namun, daddies pasti tahu juga mana kritik yang hanya ingin menjatuhkan. Kalau itu sih, biarkan anjing menggonggong, kafilah berlalu aja, daddies!
Foto: Freepik
Baca juga: 5 Cara Bantu Pasangan Jadi Ayah yang Baik
Share Article
COMMENTS