banner-detik
KIDS

Gangguan Makan Pica, Keinginan Mengonsumsi Benda yang Bukan Makanan

author

Fannya Gita Alamanda27 Oct 2021

Gangguan Makan Pica, Keinginan Mengonsumsi Benda yang Bukan Makanan

Jika pada umumnya selera makan seseorang tergugah saat melihat sepotong pizza atau semangkuk mi ayam, maka penderita gangguan makan Pica justru lebih suka memakan benda-benda yang bukan termasuk jenis makanan dan cenderung membahayakan kesehatan.

Pica adalah gangguan makan kompulsif yang mendorong seseorang memakan sesuatu yang bukan termasuk golongan makanan. Kotoran, tanah liat, dan kelupasan cat adalah makanan yang paling umum dimakan. Barang-barang yang kurang umum tapi juga dikonsumsi penderita gangguan makan pica adalah rambut, abu rokok, lem, kertas, tisu, sabun mandi, kapur, dan feses (tinja).

Gangguan ini bisa dialami oleh siapa saja, tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak dan memengaruhi 10-30% dari mereka yang berusia 1 hingga 6 tahun. Meski begitu, pica juga dapat terjadi pada wanita hamil serta orang dewasa yang memiliki cacat intelektual. Pada beberapa wanita hamil, gangguan makan pica terjadi karena mereka kekurangan zat besi dan zinc.

BACA JUGA: Kenali 6 Tipe Umum Gangguan Makan dan Bahayanya

Umumnya, pica akan berlangsung sementara dan dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, ada juga yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Ini biasanya dialami oleh penderita yang memiliki masalah kesehatan mental.

Penyebab gangguan makan Pica

Penyebab gangguan makan pica belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa hal di bawah ini bisa meningkatkan risiko seseorang menderita gangguan makan Pica:

  • Usia anak-anak.
  • Kekurangan zat besi dan zinc.
  • Kehamilan.
  • Mengalami pelecehan.
  • Gangguan perkembangan (autisme dan keterbelakangan mental).
  • Masalah kesehatan mental (gangguan obsesif kompulsif/OCD dan skizofrenia).
  • Problem ekonomi.
  • Tanda-tanda pica

    Gejala atau tanda-tanda pica bisa dideteksi jika seseorang mengalami:

  • Mual dan kembung.
  • Sakit perut.
  • Mengalami kelelahan akibat anemia dan kurang gizi.
  • Darah pada tinja (yang mungkin merupakan tanda terjadinya tukak akibat memakan benda-benda yang sebenarnya tidak boleh dikonsumsi karena memang bukan makanan).
  • Masalah usus seperti sembelit atau diare.
  • Gejala-gejala ini adalah hasil dari kandungan racun dan bakteri yang terdapat di dalam benda-benda non-makanan yang terus dikonsumsi dan menumpuk di dalam tubuh.

    Berulang kali mengonsumsi benda-benda non-makanan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan:

  • Keracunan timbal (mengonsumsi serpihan cat yang mengandung timbal).
  • Penyumbatan atau robekan usus karena memakan benda keras seperti batu kerikil dan plastik.
  • Cedera pada gigi.
  • Infeksi dari organisme dan parasit yang masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan penyakit.
  • Bagaimana pica didiagnosis?

    Banyak anak kecil yang senang mengunyah kuku, es batu, atau memasukkan rambut dan mainan ke dalam mulut mereka. Namun, untuk anak-anak di bawah usia dua tahun, kebiasaan ini masih dianggap normal dan memang merupakan bagian dari perkembangan mereka.

    Sementara itu, seseorang yang didiagnosa dengan pica akan berulang kali dan dalam jangka waktu panjang memakan benda yang bukan makanan sehingga menyebabkan mereka jatuh sakit. Jika Mommies, anak Mommies (berusia di atas 2 tahun) atau orang-orang terdekat ada yang berperilaku seperti dijelaskan tadi, segera temui dokter untuk mendapatkan bantuan yang dibutuhkan.

  • Dokter akan melihat gejala fisik penderita pica. Ini bisa termasuk sakit perut atau masalah usus.
  • Jika anak berada dalam kelompok berisiko tinggi untuk pica (memiliki cacat intelektual dan perkembangan), dokter mungkin akan bertanya apakah Mommies pernah melihat Si Kecil memakan benda-benda yang tidak masuk dalam kategori makanan dan untuk berapa lama.
  • Jika perilaku tersebut telah terjadi selama satu bulan atau lebih, dokter mungkin akan mendiagnosisnya sebagai gangguan makan pica.
  • Kemungkinan dokter akan memerintahkan dilakukannya tes, seperti tes darah atau rontgen. Tes ini dapat mengetahui kemungkinan terjadi anemia, mencari racun di dalam darah, dan menemukan penyumbatan di usus.
  • Dokter juga akan memerintahkan tes darah untuk memeriksa kadar zat besi dan seng di dalam tubuh penderita gangguan makan pica. Dalam beberapa kasus, kurangnya dua vitamin itu dianggap sebagai pemicu seseorang memakan kotoran dan tanah liat.
  • Perawatan untuk gangguan makan pica

    Dokter akan mengatasi penyakit yang diderita akibat memakan benda-benda yang bukan makanan. Misalnya, dokter akan mengobati sakit maag, sembelit, diare, robekan di usus, infeksi, atau kombinasi dari semuanya. Jika dokter menemukan penderita gangguan makan pica kekurangan zat besi atau zinc, mereka akan mengatasinya dengan memberikan suplemen vitamin dan rekomendasi diet. Dan apabila pasien mengalami keracunan timbal karena memakan serpihan cat, dokter akan meresepkan obat untuk mengeluarkan timbal melalui urine.

    Dokter juga akan mengevaluasi pasien dari sisi psikologis untuk mengetahui kemungkinan pasien memiliki kondisi kesehatan mental tertentu, seperti gangguan obsesif kompulsif (OCD) atau autisme.

    Jika memang ada masalah mental, dokter akan meresepkan obat atau terapi yang cocok untuk pasien. Dengan menemui spesialis kesehatan mental, diharapkan perilaku gangguan makan pica dapat berkurang dan disembuhkan.

    BACA JUGA: Ketahui Lebih Dalam Tentang Bulimia Nervosa, Dari Penyebab hingga Tandanya

    Dapatkah pica dicegah atau dihindari?

    Sayangnya, pica tidak dapat dicegah. Namun, pemberian nutrisi yang tepat dapat membantu beberapa anak untuk tidak mengembangkannya hingga menjadi perilaku yang membahayakan kesehatan. Jika mengawasi kebiasaan makan anak-anak, terutama yang cenderung senang memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya, Mommies bisa mengetahui munculnya gangguan ini sejak dini, sebelum komplikasi yang lebih buruk terjadi.

    Apabila si Kecil sudah didiagnosa menderita pica, Mommies bisa mengurangi risikonya dengan menjauhkan barang-barang nonmakanan dari jangkauannya. Pastikan juga untuk memantau mereka ketika sedang bermain di luar rumah.

    Hidup berdampingan dengan pica

    Kebanyakan anak-anak mampu mengatasi pica dengan sendirinya, seiring bertambahnya usia. Biasanya perilaku ini akan hilang dalam beberapa bulan. Namun, populasi berisiko tinggi seperti anak-anak dan orang dewasa dengan retardasi mental akan memerlukan pemantauan lebih lanjut terhadap perilaku dan lingkungan mereka.

    Share Article

    author

    Fannya Gita Alamanda

    -


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan