Saat Kedua Orang tua Meninggal, Apa yang Perlu Disiapkan Untuk Anak?

Kids

fiaindriokusumo・11 Oct 2021

detail-thumb

Jika kedua orang tua meninggal di saat bersamaan atau dalam waktu berdekatan, bagaimana dengan anak-anaknya kelak? Sudahkah kita menyiapkan akan hal ini?

Beberapa waktu lalu, beredar kabar duka di WAG sekolah anak-anak saya. Tentang seorang anak yang kehilangan ayahnya di bulan Juli 2021. Dua bulan kemudian, di bulan September 2021, ibu dari anak ini juga ternyata meninggal. Si Anak adalah anak tunggal. Usia anaknya 14 tahun. Sedih banget membaca berita duka tersebut.  Dan ini membuat saya kemudian termenung dan bertanya pada diri sendiri, sudahkah saya menyiapkan anak-anak jika (amit-amit) harus menghadapi situasi seperti ini?

Seringkali yang kita bahas bersama pasangan adalah: Bagaimana jika salah satu dari kita meninggal terlebih dulu? Namun, apakah kita pernah membahas, bagaimana jika kedua orang tua meninggal di saat usia anak masih belum dewasa? Dan dari hasil ngobrol-ngobrol saya dengan mantan pasangan, kami sepakat bahwa hal-hal berikut ini perlu disiapkan dan dibicarakan agar anak-anak bisa melanjutkan hidup dengan tenang:

1.Tentukan siapa yang akan  menjadi wali orang tua untuk anak-anak

Sepakati antara suami istri, siapa yang akan mengurus dan membesarkan anak-anak ketika kedua orang tua meninggal di saat usia anak masih kecil atau remaja dan belum bisa menentukan jalan hidupnya sendiri. Apakah dari keluarga pihak ayah atau dari pihak mama. Pertimbangkan dengan baik dan benar, karena bersama orang itulah anak-anak kita kelak akan menjalani kehidupannya.

Cari yang paling membuat anak merasa nyaman. Pikirkan juga mengenai tempat tinggal, kesiapan menjadi orang tua, kondisi finansial, bagaimana dengan lingkungan rumah apakah dekat dengan sekolah, dan lain sebagainya. Jika usia anak sudah cukup besar untuk diajak diskusi, maka diskusikan dengan anak. Ini yang saya lakukan ke anak-anak saya. Libatkan mereka.

Jika sudah ada kesepakatan, informasikan ke yang bersangkutan, tanya kesediannya untuk mengasuh anak-anak kita. Jika perlu, untuk menghindari perebutan hak asuh, bikin surat pernyataan yang jelas dengan ada saksi-saksi serta disahkan secara hukum.

2. Informasikan ke anak-anak mengenai harta benda, tabungan, aset yang dimiliki orang tua

Kembali lagi ini jika anak-anak sudah cukup usia untuk diajak ngobrol. Anak-anak harus tahu apa saja yang dimiliki oleh orang tuanya yang kelak akan menjadi punya mereka. Rumah, kendaraan, investasi, tanah, emas, tabungan, asuransi, hingga hutang piutang, dan dana untuk menyelesaikan hutang piutang tersebut.

3. Jumlah klaim asuransi yang kelak akan mereka terima

Klaim asuransi biasanya baru bisa diserahkan ke anak-anak kelak saat usia mereka sudah 17 tahun, dan jika kematian kedua orang tua terjadi di saat mereka belum memasuki usia 17 tahun, maka anak-anak harus tahu berapa besar nominal yang kelak akan mereka terima dan siapa yang menjadi orang kepercayaan orang tuanya sampai nanti mereka siap di usia 17 tahun. Informasikan juga kontak agen asuransi yang menangani polis Anda.

4. Anak harus tahu di mana orang tua menyimpan berkas-berkas penting

Ada yang punya safety box di rumahnya, ada juga yang menyimpan di bank. Maka anak-anak harus tahu, di mana orang tua menyimpannya dan password untuk mengakses itu semua. Termasuk juga dengan KK, akta lahir, buku-buku tabungan, sertifikat dan sejenisnya.

5. Siapkan fotocopy dari semua berkas-berkas penting

Fotokopi semua berkas-berkas penting atau scan dan simpan di satu folder, lalu serahkan ke anak. Agar kalau ada apa-apa, anak sudah ada pegangan dan tidak perlu pusing mencarinya.

6. Kontak psikolog atau pskiater kepercayaan

Kalau saya akan menginformasikan hal ini ke anak-anak dan mengatakan ke mereka, jika mereka butuh tempat cerita dan tempat untuk mengeluarkan semua kesedihan mereka, mereka bisa kontak psikolog atau psikiater langganan mama atau mereka.

7. Ingatkan bahwa tidak kenapa-kenapa untuk merasa sedih dan kehilangan

Pastikan anak memahami bahwa jika mereka ingin menangis berhari-hari, teriak, marah, sedih, itu nggak kenapa-kenapa. Karena itu adalah hal wajar. Tidak perlu merasa kuat atau berpura-pura kuat. Namun, jangan sampai kesedihan membuat mereka menyakiti diri mereka sendiri, dan menyakiti orang lain. Itu saja.

Semoga kita semua diberi kesehatan untuk terus mendampingi anak-anak hingga mereka kelak dewasa, mandiri dan sudah mampu menjalani hidupnya dengan baik.

Baca juga: Lakukan 5 Cara Ini Untuk Bantu Anak Kelola Emosi

Photo by Sandy Millar on Unsplash