Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga perlu tahu bahwa hidup tidak melulu bersalut gula. Maka mari latih anak mampu menghadapi kegagalan.
Nggak ada orang tua yang ingin melihat anak mereka kecewa karena tidak berhasil melakukan sesuatu yang sangat mereka inginkan. Dari hal sederhana seperti menang lomba balap karung, lolos kompetisi adu bakat, sampai bisa masuk ke sekolah favorit. Tak ingin lihat anak menangis dan kecewa karena gagal sering bikin orang tua rela melakukan segala cara untuk menjadi penyelamat situasi. Tepatkah tindakan itu?
Baca juga: Budaya Nyogok demi Anak, Sayang yang Kebablasan
Coba simak saran dari Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S. Psi.,Psikolog, “Ada saatnya ketika orang tua tidak akan selalu ada di samping anak sehingga anak yang terbiasa dilindungi nantinya akan tertatih-tatih mengatasi kegagalan dan kekecewaan. Jadi selama masih dalam skala sesuai usianya, biarkan anak belajar kecewa dan mengalami kegagalan di dalam perjalanan hidup mereka.”
Nah, ketika anak mengalami kegagalan, alih-alih memarahinya atau menyalahkan orang lain demi membuat ia terhibur, Anda bisa mendampingi anak menghadapi rasa kecewa, marah, dan malu. Dengarkan kekesalannya dan tunjukkan bahwa Anda paham apa yang dia rasakan. Hindari menyalahkan seperti bilang, “Kamu sih kurang fokus" atau memanas-manasi "Wasitnya memang nggak adil."
1. Tidak semua orang jadi juara
Dalam sebuah pertandingan, pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Tapi bahkan ketika kalah, anak tetap bisa belajar hal positif. Belajar berbesar hati, belajar tidak menyerah, belajar menghargai proses, usaha orang lain dan dirinya sendiri. That’s the real champion.
Baca juga: Mengajarkan Anak Menerima Kekalahan
2. Talenta setiap orang bisa berbeda
Mungkin putri Anda ingin menjadi the next Naura, lalu Anda dengar suaranya saat ia bernyanyi. Atau putra Anda ingin jadi bintang lapangan bola seperti Lionel Messi, tapi Anda tahu dia tak bisa melakukan tendangan yang bagus. Mengetahui bakat anak sejak dini adalah hal yang baik sehingga Anda bisa mengarahkan mereka dengan cara yang tepat dan kapasitas yang sesuai.
3. Hadapi dengan bermartabat
Ajar anak-anak menghadapi kegagalan dengan bermartabat karena bagaimana seseorang menerima, menghadapi, dan mengatasi kegagalan adalah indikator mudah untuk mengetahui karakter dirinya.
4. Belajar dari kesalahan
"Saya berpikir dan berpikir selama berbulan-bulan. Selama bertahun-tahun. Sembilan puluh sembilan kali gagal dan baru pada percobaan keseratus saya berhasil." Siapa yang mengatakan itu? Albert Einstein. Kegagalan seharusnya bisa membuat seseorang menjadi rendah hati dan lebih gigih. Justru dari setiap kesalahan dan kegagalan kita belajar untuk memperbaiki kualitas diri.
5. Mengajar orang lain
Ketika gagal, anak mendapatkan pengalaman dan penting sekali untuk menyentuh hatinya agar mau membagi pengalamannya dengan teman-temannya, membantu mereka yang punya kesulitan serupa agar terhindar dari mengalami kegagalan yang sama.
6. Lupakan, jangan sesali
Legenda tinju Joe Frazier pernah berkata, "Jika saya kalah, saya akan turun dari ring tanpa menyalahkan diri saya karena saya sudah berupaya semampu saya." Jelaskan kepada anak untuk melakukan yang terbaik yang mereka bisa, sesuai kemampuan, dan jangan berbuat curang. Jika gagal, jangan menyalahkan diri sendiri dan keadaan, lalu move on.
7. Menghargai ketekunan
Ketekunan bisa membuat seseorang berhasil. Jika anak pulang dengan wajah murung sambil membawa kertas ujian yang nilainya jelek, hibur dia. Jangan biarkan ia menyerah. Bantu anak untuk bangkit kembali dan mau mencoba lagi. Ketekunan pada akhirnya akan memberikan hasil positif dan ia akan belajar hal baik dari ketekunan.
8. Tahu cara untuk menang
Contoh: Anak Anda menjual popcorn untuk Pramuka. Dia mengetuk 60 pintu secara acak dan menjual 15 paket dalam 3 jam. Usaha yang cukup besar untuk keuntungan yang sedikit. Besoknya, dengan seragam Pramuka kebanggaan, dia mendirikan stand di depan toko kelontong yang ramai, berhasil menjual 60 paket dalam satu jam. Ajari anak taktik untuk menang.
9. Memaknai kesuksesan
Apa yang Anda inginkan untuk anak Anda? Ingin mereka bahagia lahir batin, jasmani dan rohani. Hidup dengan punya nama baik, pasangan yang setia dan pengasih, serta anak-anak yang menghormatinya. Bukan definisi sukses kebanyakan orang yaitu terpandang, tajir melintir nggak peduli bisnisnya apa, dan keluarga yang (di-setting) tampak harmonis. Seperti itulah dunia menjual imej sukses, kegagalan abadi dikemas dalam kesuksesan semu. Sebagai orang tua, terserah Anda bagaimana mendefinisikan kesuksesan.
10. Punya selera humor
Ada saat-saat dalam hidup ketika kita melakukan banyak kebodohan. Kemampuan untuk bisa menertawakannya akan membuat saat-saat itu jauh lebih mudah untuk dihadapi dan dilewati. Ketika Anda membuat kesalahan di depan anak-anak, berikan contoh itu. Jangan mengutuk dan berteriak-teriak marah. Tertawakan saja.
Photo by Fabian Centeno on Unsplash