banner-detik
SEX & RELATIONSHIP

15 Alasan Orang-orang Menjadi Swingers

author

Fannya Gita Alamanda16 Sep 2021

15 Alasan Orang-orang Menjadi Swingers

Swinging adalah aktivitas seksual di mana kedua pasangan  berkomitmen, tapi juga terlibat secara seksual dengan orang lain. Apa alasan orang menjadi swingers?

Saya yakin nggak ada satu pun manusia yang lahir ke dunia ini ketika kecil bermimpi kelak tumbuh dewasa bakal jatuh cinta setengah mati dengan seseorang, menikahinya, tapi berhubungan seks juga dengan orang lain atau menikmati pasangannya bercinta dengan orang lain. Dengan kata lain, kebanyakan dari kita tidak secara alami punya kecenderungan menjadi swinger atau pelaku bertukar pasangan seks.

Dr. Donna Oriowo, terapis seks dan pendiri AnnodRight bilang, “Merasa jenuh karena rutinitas hidup bukanlah hal yang menyenangkan, tetapi lebih buruk lagi jika kebosanan itu berkaitan dengan urusan seks.”

Berikut adalah 15 alasan yang mendorong orang menjadi swinger

1. Tidak mau selingkuh atau berpisah

Terkadang pasangan menyadari bahwa mereka berdua memiliki dorongan yang kuat untuk berhubungan seks dengan orang lain, tapi bukan karena perasaan cinta di antara mereka sudah berkurang. Mereka hanya tidak ingin berselingkuh lalu bercerai sehingga pola hubungan bertukar pasangan seks inilah yang dipilih.

Baca juga: 10 Alasan Kenapa Perempuan Selingkuh

2. Biseksual

Jika salah satu atau keduanya adalah biseksual, maka satu-satunya cara mereka benar-benar dapat puas secara seksual adalah dengan menjadi swinger.

3. Kehidupan seks mati, tapi ikatan cinta masih ada

Beberapa pasangan sadar cinta di antara mereka kian memudar, tetapi masih tetap ingin bersama karena ikatan emosional yang kuat. Tidak ingin berpisah, tapi juga tetap ingin memiliki kehidupan seks yang membara, maka menjadi swingers dianggap sebagai solusi terbaik.

4. Sudah memiliki anak

Beberapa pasangan memutuskan menjadi swinger sebagai cara untuk tetap bersama secara fisik. Maksudnya, sebagai orang tua, pasangan ini adalah orang tua yang hebat dan penuh cinta, tapi perasaan cinta di antara mereka sendiri sudah hilang. Karena tidak ingin anak-anak mereka tumbuh di keluarga dengan orang tua terpisah, pasangan ini memutuskan tetap bersama dan menjadi swinger agar kebutuhan seks tetap terpenuhi.

5. Pasangan seorang voyeuristik

Bertukar pasangan seksual bisa menjadi sensasi besar bagi seorang voyeuristik. Pasangan ini mungkin tidak bertukar pasangan seks secara teratur, hanya kadang-kadang untuk memenuhi fantasi seksualnya.

6. Anda cemburuan dan gemar bersaing

Beberapa pasangan membutuhkan tingkat kecemburuan dan persaingan tertentu untuk merasa terangsang. Bertukar pasangan seks memungkinkan mereka mendapatkan sensasi cemburu, tanpa dibarengi amarah akibat diselingkuhi karena ada batas-batas yang jelas.

7. Tidak peduli dengan norma umum

Jika kedua individu bukan jenis orang yang peduli dengan norma umum yang berlaku di masyarakat, menjadi swinger bukanlah hal tabu bagi mereka.

8. Monogami bukan panggilan jiwa

Beberapa orang sangat yakin mereka tidak terlahir untuk bermonogami. Mereka tidak tega menyakiti perasaan pasangan mereka, tapi mereka juga nggak sanggup berkomitmen untuk berhubungan seks hanya dengan satu orang seumur hidup. Dengan menjadi swinger ini memberi mereka pilihan untuk menjalani sifat sejati mereka tanpa menyakiti siapa pun.

9. Seks tidak perlu melibatkan perasaan

Bagi sebagian orang, seks dan perasaan tidak satu paket. Seks hanyalah tindakan fisik yang menghasilkan kenikmatan. Untuk alasan ini, mereka tidak merasa butuh hubungan monogami.

10. Butuh meningkatkan rasa percaya diri

Banyak pasangan percaya bahwa bertukar pasangan adalah cara terbaik untuk meningkatkan kepercayaan dalam suatu hubungan. Anda berpikir dengan melonggarkan ‘tali kekang’ pasangan dan membiarkan dia bermain hingga di taraf yang berterima bagi Anda dan ia tidak berusaha lebih dari itu, maka Anda dapat mempercayainya dalam keadaan apa pun.

Baca juga: 14 Hal yang Membuat Laki-laki Insecure

11. Pernikahan sudah di ujung tanduk

Kenyataannya adalah bahwa bagi beberapa pasangan, menjadi swinger hanyalah perhentian terakhir sebelum menuju perceraian. Berharap pernikahan mereka mungkin bisa diselamatkan dengan melakukan hal-hal seru meskipun tabu.

12. Anda siap untuk bergabung

Komunitas swinger lebih dari sekadar seks. Mereka punya club, bar, pesta kolam, kapal pesiar dan resor mewah yang dikhususkan bagi para swinger. Lokasinya bertebaran di banyak negara seperti Meksiko, Spanyol, Kepulauan Karibia, Jamaica, Canary Islands, dan Amerika Serikat. Meski senyap, di Indonesia, pelaku bertukar pasangan seks semakin banyak dan menjadi lahan bisnis. Mereka kerap menggelar acara rahasia di club-club tertentu di beberapa kota besar di Indonesia.

13. Seks yang tak seimbang

Jika satu orang tidak memiliki dorongan seks atau sangat rendah, dan yang lainnya memiliki dorongan seks yang sangat tinggi, mereka mungkin setuju untuk menjadi swinger sehingga orang dengan dorongan seks yang lebih tinggi dapat dipuaskan kebutuhan seksnya.

14. Butuh dilengkapi 100%

Bagi sebagian orang, bertukar pasangan seks lebih dari sekadar kepuasan fisik. Mereka berkencan dengan sesame swinger bahkan pergi berlibur bersama. Dalam beberapa kasus, pasangan mereka sudah memenuhi 80% dari harapannya akan pasangan ideal dan ia mencari pasangan lain untuk memuaskan sisa yang 20%.

15. Seks dan pernikahan adalah dua hal terpisah

Beberapa orang menganggap pernikahan sebagai institusi untuk membesarkan anak-anak di lingkungan yang stabil, tetapi di pandangan pribadi mereka seks dan pernikahan tidak saling terkait.

Pikirkan risikonya

Sebuah penelitian di Belanda menyatakan para swinger heteroseksual berisiko mengalami penyakit menular seksual sama besarnya dengan kaum homoseksual atau biseksual seperti klamidia, gonore, herpes genital, sifilis, dan HIV/AIDS.

Plus, menjadi swinger tidaklah mudah karena akan ada proses negosiasi yang sulit. Tidak semua manusia ‘terlahir’ untuk menjadi swinger sehingga pasangan yang memilih untuk secara terbuka membawa pasangan seksual lainnya ke dalam hubungan mereka mungkin akan mengalami kesulitan menghadapi pandangan miring orang-orang, emosi-emosi negatif, bahkan di banyak negara, bakal berurusan dengan hukum.

Sumber artikel dari sini

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan