Sorry, we couldn't find any article matching ''
Film Sebagai Alat Bantu Orangtua Bicara Soal LGBT: dari Film Parts Of The Heart
“Bu, ibu setuju LGBT nggak?” Film “Parts of The Heart” dapat menjadi modal bagus mempersiapkan para orangtua menjawab pertanyaan-pertanyaan anaknya akan LGBT.
“Bu, ibu setuju LGBT nggak?”
Saya teringat pertanyaan si bungsu ketika menonton film “Parts of The Heart” karya Paul Agusta; sebuah film yang berkisah tentang pria gay Indonesia. Sebetulnya ini film lama namun jadi menarik untuk kita kunjungi lagi ketika anak-anak bertambah besar dan penuh pertanyaan soal seksualitas.
Bila merefleksikan pada realita sehari-hari, komunitas LGBT merupakan kelompok minoritas seksual dan sebagaimana kerap terjadi, rentan tertimpa diskriminasi. Media sedikit banyak cukup berperan melanggengkan stereotip tersebut. Penokohan lelaki yang feminin serta perempuan yang maskulin dianggap sebagai representasi LGBT dan menjadi obyek olok-olok dalam budaya populer kita. Namun tafsir agama kebanyakan orang di Indonesia memosisikan mereka sebagai pendosa yang seolah mendapat justifikasi untuk menerima perlakuan diskriminatif, bahkan kekerasan.
Baca juga: If My Son Comes Out as LGBT
Lalu bagaimana kita, sebagai orangtua, menjawab pertanyaan sulit soal LGBT ini?
Lepas dari keyakinan pribadi kita akan LGBT, pertanyaan anak-anak ini harus dijawab dengan koheren dan rasional. Sulit mengandalkan jawaban bermodalkan ayat kitab suci belaka; karena generasi ini bisa mencari dan mengolah informasi dari berbagai sumber yang tak mungkin terbayangkan sebelumnya. Anak-anak kita perlu teryakinkan bahwa orangtuanya berusaha mencari dan menjawab pertanyaan mereka dengan sebaik-baiknya. Menjawab pertanyaan dengan asal-asalan berisiko membuat rasa percaya mereka pada orangtuanya turun.
Bila kembali ke film “Parts of The Heart” (2012), kita akan belajar bahwa tidak ada yang janggal maupun aneh dari seorang gay.
Film ini berkisah tentang berbagai tahapan kehidupan seorang lelaki gay bernama Peter. Kita menyaksikan Peter cilik bermain mengenakan baju Pramuka, ciuman pertama-nya hingga jatuh bangun urusan cinta sampai menjadi lelaki dewasa memiliki bisnis sendiri.
Kita melihat Peter memiliki sistem pendukung berupa teman dan ibu yang menyayanginya. Ibu serta teman-teman Peter, - ada yang hetero maupun gay, hadir ketika Peter dalam kondisi rentan. Betul, mungkin ada beberapa petualangan khas kota besar seperti clubbing atau penggunaan aplikasi kencan untuk menambah bumbu dengan pasangan. Tapi secara umum yang kita lihat adalah seorang lelaki dengan berbagai permasalahan pribadinya seperti patah hati, merasa tidak dibela pacar, jenuh dengan pasangan hingga nyaris tergoda untuk selingkuh.
Film seperti “Parts of The Heart” dapat menjadi modal yang bagus untuk mempersiapkan para orangtua menjawab pertanyaan-pertanyaan anaknya akan LGBT. Bahwa persoalannya bukan setuju atau tidak akan orientasi seksual seseorang, tapi bagaimana membuka pembicaraan yang sehat lebih dulu dengan anak-anak soal seksualitas.
Film “Parts of The Heart” memberikan cukup amunisi dan pemahaman pada orangtua bahwa seorang gay tidak ada bedanya dengan orang lain; merasakan sedih, sakit dan kecewa sebagaimana manusia pada umumnya. Hadirnya empati ini akan mempermudah terjadinya pembicaraan yang sehat antara orangtua dan anak mengenai LGBT sebagai sebuah realitas di masyarakat.
Bukankah itu tujuan pendidikan; mempersiapkan anak sebaik-baiknya akan kenyataan hidup sehari-hari ?
Catatan: Film “Parts of The Heart” ditargetkan untuk penonton dewasa dan bisa ditonton secara streaming di situs bioskoponline.id.
Ditulis oleh: Gita Putri Damayana
Baca juga:
Hebog LGBT Anak, Bagaimana Harus Bersikap?
Saat Anak Mengaku Gay, Bagaimana Reaksi Kita Sebagai Orang tua?
Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash
Share Article
COMMENTS