banner-detik
KIDS

Menularkan Semangat Berbagi dari Ikoy-Ikoy

author

Ficky Yusrini05 Aug 2021

Menularkan Semangat Berbagi dari Ikoy-Ikoy

Benarkah aksi berbagi ikoy-ikoy ini jadi tidak mendidik, dan mengarahkan orang untuk punya mental peminta-minta?

Ramai di media sosial, tren ‘Ikoy-ikoyan’. Istilah ini dipopulerkan oleh influencer Arief Muhammad (31) untuk menyebut Give Away, yang diambil dari nama asisten pribadinya, Ikoy. Cara Arief -yang akun IGnya punya 3,8 juta follower- terbilang unik. Di permainan ‘Ikoy-ikoyan’, hadiahnya apa pun yang diminta. Ngeri, ya! Lewat akun IG-nya, tidak tanggung-tanggung, hadiah yang diberikan Arief, dari produk bisnis jualannnya, hingga bernilai jutaan rupiah, dibagikan secara acak.

Dasar influencer, bisa saja bikin viral. Iyalah, di masa sulit seperti sekarang, banyak orang kesusahan. Kehilangan pekerjaan, pendapatan, dan peluang. Cara ini bisa menjadi penyelamat dan mukjizat, bagi yang dibantu. Namun, aksi positif ini berbuntut panjang. Tak sedikit yang ‘melunjak’ dan jadi kebablasan. Kebayang, sebanyak apa pun pemenangnya, tapi yang tidak terpilih jauh lebih banyak. Gagal di permainan yang digelar Arief, netizen meminta ke influencer lain yang juga ikutan menggelar ‘Ikoy-ikoyan’ (mumpung viral). Nggak dapat juga, imbasnya kemana-mana. Mereka yang berlabel influencer atau selebgram ramai-ramai mendapat serbuan DM, dipaksa ikutan Ikoy-ikoyan, atau diminta untuk memberi ini dan itu.

Bagaimana sebaiknya menanggapi fenomena ikoy-ikoy ini?

Sosial atau Marketing Gimmick?

Ide Arief ini cukup kreatif. Sebelum mengikuti permainan, Arief memberikan syarat, netizen harus follow dulu akun-akun IG bisnisnya yang lain, seperti Baso Aci Akang, Prepp Studio, Billionaire's Project, Ternak Kostan, Cakekinian, GREBE, Mie Bangcad, dan Cuan Cuan. Mereka yang tidak follow, gagal dapat hadiah. Yang beruntung, ada yang mendapat kiriman makanan, produk dagangan dari lini bisnisnya, kado yang diminta, gadget baru, sampai uang jutaan rupiah. Durian runtuh!

Dari sisi marketing, aksi ini juga menarik, karena otomatis platform bisnisnya ikut terangkat dan panen follower baru. Untuk beberapa hadiah, Arief juga melibatkan sponsor brand ‘titipan’ untuk ikutan bagi-bagi hadiah. Sebuah kampanye PR yang bagus jika diukur dari sisi brand awareness. Tak sedikit influencer lain yang mengikuti jejak Arief, menggelar permainan Ikoy-ikoyan, termasuk Rachel Venya, Tasya Farasya, Fadil Jaidi, Dwi Handayani, Nafa Urbach, dan lainnya.

Soal motivasi? Kembali ke masing-masing pribadi. Yang jelas, permainan dalam bentuk aksi sosial, entah itu give away, hibah, saweran, donasi, atau sedekah, tentu sebuah aksi positif yang patut diapresiasi, terlepas dari apa pun motif di baliknya.

Baca juga: Empati pada Anak Tidak Berkembang? Ini Tanda-tandanya.

Mental Peminta-Minta

Tidak heran sih, dengan adanya imbas yang kurang menyenangkan setelah netizen menyerbu sejumlah influencer ternama lain untuk ikutan Ikoy-ikoyan. Dari yang bernada menyindir hingga setengah pemaksaan. Kebanjiran DM orang yang ‘menembak’ hadiah, pastinya sangat tidak nyaman. Tidak cuma influencer yang jadi korban, ada juga yang nekad minta jatah Ikoy-ikoyan’ ke akun IG presiden. Ada-ada saja!

Dikemas dalam permainan seru-seruan, wajar jika akhirnya banyak orang tergelitik ikut serta. Berkompetisi adalah hasrat yang manusiawi. Soal hadiah, kadang bukan tujuan utama yang dikejar. Jadi, saya juga tidak setuju kalau dikatakan, mereka yang suka berburu give away punya mental penyuka gratisan.

Lain halnya jika akhirnya ditanggapi oleh follower untuk berlomba melempar kisah dramatis supaya terpilih, sampai dibuat-buat lebay. Helow! Jangan jadikan musibah sebagai candaan!

Kontes ini seperti menguak fakta, di luar sana, banyak masyarakat kita yang punya mindset berkekurangan. Ini yang perlu dicubit dan dikeramasin. Mindset berkekurangan seringnya bukan karena kondisi finansialnya yang susah. Bisa jadi, sebetulnya kelas menengah, atau malah kelas atas, tapi dia selalu merasa kurang dan hidupnya susah. Sementara, ada orang yang secara ekonomi levelnya jauh lebih rendah, tapi hidupnya lebih tenteram dan anti-gratisan.

Saya jadi teringat, ada seorang teman yang gajinya jauh lebih besar, mobilnya dua, rumahnya besar, tapi kemana-mana selalu ingin ditraktir. Sepertinya sudah jadi karakter. Ada kebutuhan jiwa yang tidak terpenuhi.

Semangat Berbagi

Fenomena ini menurut saya, perlu dilihat semangatnya. Sebaiknya jadikan buat menularkan semangat berbagi, bukan sebaliknya, semangat hunting minta hadiah. Lakukan dari apa yang kita punya. Jika kita bisa berbagi lewat bisnis, kenapa tidak? Ini saatnya untuk menggencarkan kewirausahaan sosial.

Meski bukan influencer seperti Arief, Rachel, dan kawan-kawan, juga bukan hartawan, banyak cara untuk berbuat sesuatu. Di antaranya, bantu me-retweet atau mengunggah story di akun IG dari cerita-cerita orang yang membutuhkan. Bisa bantu share usaha mereka yang terimbas pandemi. Ada lagi, yang punya stok vitamin dan suplemen setumpuk di rumah, untuk dibagikan ke sopir ojek delivery atau pengantar paket ke rumah. Sekecil apa pun kontribusi, buat orang lain bisa bermakna besar. Lihatlah ke sekeliling kita, dan ikuti jejak mereka yang rajin berbagi.

Semua memang sedang susah, tapi sebaiknya jangan jadikan halangan untuk mengubah mindset kita menjadi mindset berkelimpahan.

Photo by Don Agnello on Unsplash

Share Article

author

Ficky Yusrini

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan